BANI Gantikan VUCA: Resep Rhenald Kasali untuk Organisasi yang Lebih Tangguh di Masa Depan

Lupakan VUCA. Di tengah invasi Kecerdasan Buatan (AI), perubahan perilaku konsumen, dan tekanan global, tantangan dunia bisnis telah bermetamorfosis menjadi BANI (Brittle, Anxious, Non-linear and Incomprehensible).
Guru Besar Ilmu Manajemen, Prof. Rhenald Kasali Ph.D., tidak hanya mendefinisikan krisis baru ini, tetapi juga menawarkan solusi fundamental: transformasi SDM dan organisasi menuju kelincahan radikal. Hal tersebut disampaikannya dalam sesi pleno acara 20th HR Expo yang berlangsung 10-11 Desember 2025 di JICC Jakarta.
Kunci adaptasi ada dua: SDM Lintas Sektor dan Organisasi ‘Sense of Smallness’.
Pertama, di tengah derasnya AI, keahlian yang terspesialisasi (incomprehensible) tidak lagi cukup.
Prof. Rhenald menekankan, “Kalau orang manajemen ke depan itu harus interconnected, dan manusianya harus bisa memuasai lintas sektor.”
Praktisi SDM wajib menjadi strategis dan holistik, bahkan menguasai dasar-dasar laporan keuangan.
Kedua, untuk melawan birokrasi, organisasi besar harus mengadopsi “the sense of smallness” atau kesadaran bentuk organisasi yang lebih kecil. Ini penting karena organisasi lincah (agile) yang “adaptif, cepat mengambil keputusan, tidak birokratik,” adalah model yang dibutuhkan. Otomatisasi (seperti kasus penggantian ribuan SDM dengan satu sistem di perusahaan telekomunikasi) membuktikan bahwa organisasi harus gesit, kecil dan efisien.
BANI adalah istilah baru untuk menggambarkan dunia kita sekarang, menggantikan istilah lama (VUCA). BANI pada dasarnya menjelaskan mengapa segala sesuatu terasa lebih sulit, cemas, dan tidak pasti.
B – Brittle (Rapuh): Terlihat Kuat, padahal mudah sekali hancur. Sama seperti gelas kristal yang sangat indah dan mahal. Terlihat sangat kuat dan mewah, sehingga kita merasa aman, tapi begitu tersentuh sedikit atau terbentur, Langsung pecah berkeping-keping.
Artinya banyak perusahaan atau ekonomi terlihat stabil di luar, tapi ternyata punya kelemahan besar di dalam (misalnya utang tersembunyi atau sistem yang outdated), yang bisa membuat mereka kolaps mendadak tanpa peringatan.
A – Anxiety (Cemas): Takut Karena Tidak Bisa Mengontrol. Ini sama seperti kita menaiki mobil yang dikendarai oleh orang lain, dan dia ngebut di jalan yang berkabut. Anda ingin sekali memegang setir atau rem, tapi tidak bisa. Hasilnya? Anda panik dan cemas sekali.
Ini sama halnya ketika kita selalu ingin mengontrol hasil (penjualan, masa depan karir), tapi perubahan terjadi sangat cepat dan di luar kendali kita (AI mengambil alih pekerjaan, berita mendadak). Ketidakmampuan mengontrol inilah yang menciptakan rasa cemas (anxiety) yang meluas.
N – Non-linear (Tidak bisa ditebak): Sama halnya ketika kita menanam satu benih (usaha kecil), hasilnya kira-kira satu pohon (usaha menengah). Sekarang, Anda menanam satu benih, tahu-tahu hasilnya bisa menjadi hutan (viral mendunia), atau sebaliknya, Anda menanam seribu benih, tapi tidak tumbuh apa-apa.
Ini artinya, usaha atau investasi kecil bisa menimbulkan efek raksasa (disrupsi), atau sebaliknya, strategi besar dan mahal tidak menghasilkan apa-apa. Hasil tidak lagi sebanding dan tidak bisa diprediksi secara lurus.
I – Incomprehensible (Tidak bisa dipahami): Banyak Info, Tapi Tidak Mengerti Apa-Apa. Ini terlihat ketika Anda punya akses ke jutaan buku di perpustakaan digital (internet), tapi Anda hanya membaca ringkasan yang dikirim di grup WhatsApp. Anda merasa tahu banyak, padahal Anda hanya tahu sebagian kecil dan belum tentu benar.
Artinya kita sering dibanjiri data dan fake news. Setiap orang punya “fakta” sendiri-sendiri (berada di silo pengetahuan). Ini membuat kita sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang hoax dari AI, sehingga sulit untuk mengambil keputusan yang benar.
“Hari ini kita incomprehensible. Jangan cepat-cepat memutuskan. Tetap harus di interconnected. Lihat, dengarkan pendapat tertentu. Baru make decision,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, hanya dengan meninggalkan spesialisasi tunggal dan mengedepankan kelincahan lintas sektor, organisasi dapat bertahan di era turbulensi BANI/


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS