Husein Samy : Membangun Budaya Perusahaan Yang Kuat, Harus Ada Contoh Dari Pimpinannya
Berbicara mengenai budaya, tidak lepas dari pada tindakan, kebiasaan atau bisa dikatakan sebagai jalan hidup. Sama halnya di organisasi, hal itu dilihat dari bagaimana cara cara semua komponen bertindak, berkomunikasi sehingga bisa membantu atau mendukung suksesnya perusahaan.
Seperti yang diketahui bahwa, kesuksesan perusahaan salah satu komponen penting adalah memiliki budaya perusahaan kuat. Budaya perusahaan yang kuat, biasanya didasari oleh nilai-nilai perusahaan yang dibangun oleh semua anggotanya. Sehingga masing-masing komponen di perusahaan bisa bersinergi menuju pencapaian yang setinggi-tingginya. Hal tersebut disampaika oleh Husein Samy, Country Manager HR PT IBM Indonesia, saat ditemui oleh Redaksi Intipesan dalam Seminar Effective Performance Management pada Rabu (4/3) di Aryaduta Jakarta.
Dirinya menambahkan bahwa untuk membangun budaya yang kuat, harus ada contoh dari para pimpinan. Kemudian budaya perusahaan tersebut dikomunikasikan secara terus-menerus sehingga melekat di setiap komponen perusahaan
Sehingga kemampuan membangun budaya yang kuat, harus dimulai dari contoh yang dilakukan oleh atasannya. Kemudian dikomunikasikan secara terus menerus, sehingga melekat di setiap komponen perusahaan tersebut. Selanjutnya diberi penghargaan bagi mereka yang menunjukkan tindakan atau kegiatan, yang searah dengan budaya perusahaan. sebaliknya, diberikan teguran jika jalannya tidak sesuai.
“Jadi kalau itu sudah terbentuk, maka orang sudah akan merasakan bahwa dia itu happy dan semangat bekerja, selama dia memiliki kesesuaian dengan budaya perusahaannya. Atau sebaliknya, kalau dia merasa melenceng dari budaya perusahaan maka dia akan merasa tidak enak sendiri, tidak ingin melanjutkan tindakannya lagi,” katanya.
Samy menambahkan, bahwa budaya perusahaan sendiri sangat bergantung pada orang-orang di dalamnya. Oleh karenanya setiap komponen harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, juga pimpinan yang mampu memberikan contoh baik kepada mereka.
Komunikasi di dalam perusahaan juga sangat diperlukan sebagai pemicu dan pendorong terbentuknya budaya perusahaan yang baik.
“Intinya balik lagi bahwa kita lakukan akan menjadi contoh bagi karyawan. Mereka yang bagus akan diberikan reward atau hadiah, kemudian yang melenceng harus diingatkan terus menerus jadi proses seperti itu akan membangun budaya kerja yang tinggi,” ungkapnya.
Samy melanjutkan bahwa pemimpin memiliki peran dalam membangun budayanya sendiri. Kemudian bagaimana pemimpin memberikan contoh. Artinya para pemimpin itu sendiri dalam menjalankan tindakannya di perusahaan harus diperhatikan betul, misalnya pada waktu mengambil keputusan, pada waktu berkomunikasi, pada saat bertemu dengan klien, maupun saat berbicara dengan karyawannya. Semuanya itu harus sejalan dengan budaya perusahaan tersebut.
“Hal itu bisa dikatakan sebagai role model atau contoh tadi. Jadi segala tindakan yang dilakukan pimpinannya, harus sejalan dengan budaya itu. Kalau budaya perusahaan atau value perusahaan mengatakan kita tidak akan melanggar aturan, pimpinan harus benar-benar menunjukkan bahwa setiap hal yang melanggar aturan harus dihentikan, pemimpinnya sendiri harus menunjukkan hal itu,” tuturnya.
Selain itu membangun budaya berkinerja tinggi sendiri, memiliki banyak tahap-tahap yang harus dijalankan. Pertama, nilai perusahaan harus terbentuk terlebih dahulu. Dimana nilai-nilai budaya perusahaan itu dibangun oleh karyawan secara keseluruhan. Memberikan masukkan-masukkan kemudian dicompile sampai keluarlah nilai-nilai perusahaan.
“Jadi di tempat kami sendiri pada saat proses budaya dibentuk itu awalnya adalah pada saat perusahaan membangun nilai-nilai perusahaan. Pada waktu nilai-nilai perusahaan dibangun, kami menyertakan semua karyawan. Jadi mereka memberikan masukan, bagaimana sebaiknya nilai-nilai perusahaan itu yang setelah jadi menjadi komitmen bersama semua anggota perusahaan tersebut. Setelah nilai-nilai itu terbentuk, maka dikomunikasikan diterjemahkan setiap nilai itu cara mempraktikannya seperti apa. Hasil praktek-praktek sesuai nilai tersebut yang terbentuk menjadi budayanya,” jelasnya.
Jadi itu tadi adalah nilai-nilainya dibentuk diterjemahkan, dikomunikasikan dan kemudian dipraktikan dalam keseharian. Kemudian ditunjukkan siapa yang menjalankan pekerjaannya sesuai dengan buidaya perusahaan tersebut, diberi penghargaan. Kalau yang tidak sesuai justru mendapatkan peringatan. Dengan demikian pelan-pelan akan terus menjadi, budaya perusahaan tersebut semakin kuat menjadi budaya berkinerja tinggi. Budaya perusahaan yang telah dibentuk dan dijalankan juga akan ada evaluasi apakah budaya tersebut berjalan dengan baik atau tidak.
Kemudian juga dilaukan pengukuran berapa banyak prestasi yang timbul, karena orang menjalankan budaya perusahaan yang sesuai dengan yang telah dibangun tersebut. Atau sebaliknya berapa banyak pelanggaran yang timbul, karena orang melanggar, orang tidak mengikuti budaya perusahaan tersebut dan itu dilakukan terus-menerus.
“Seperti misalnya di tempat kami yang namanya recognition atau awards sangat di encourage, sangat di dorong kepada setiap komponen pimpinan perusahaan untuk terus-meneur siapa yang berjalan dengan nilai-nilai perusahaan dan diberi rewardnya. Di setiap performance evaluation juga semuanya evaluasi dilakukan berdasarkan budaya perusahaan yang sudah kita canangkan. Jadi kelihatan nanti berapa banyak effort yang mesti kita lakukan untuk supaya budaya perusahaan ini melekat betul-betul di setiap komponen perusahaan,” tutupnya.(Artiah)
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS