Chris Shanon : Fleksibilitas adalah Kunci Keberhasilan Kerja Hybrid
Pandemi COVID-19 memaksa banyak perusahaan untuk beradaptasi dengan menerapkan kebijakan bekerja secara fleksible atau bahkan bekerja dari rumah (work from home). Namun demikian banyak diantara mereka yang kemudian menyadari bahwa bekerja secara remote memiliki banyak kekurangan dan kelebihannya sendiri. Akibatnya mereka mulai beralih ke model kerja hybrid.
Banyak penelitian menyebutkan bahwa kerja remote jauh menghasilkan keuntungan, mulai dari memperkecil kesenjangan gender dan sosial-ekonomi hingga kepada pengurangan gas emisi karbon yang diakibatkan menurunnya jumlah transportasi ke kantor. Bagi sebagian karyawan yang telah menjalani work from home dan kemudian kembali ke model kerja tradisional yang berbasis kantor 100 persen, tentunya dapat merugikan mereka.
Menurut Chris Shanon, CEO dari Fotech perusahaan penyedia jasa pemantau produtivitas dari london INggris menyebutkan bahwa di kalangan pengusaha sendiri tidak semua tertarik dengan konsep bekerja secara remote bagi sebagian besar karyawannya tanpa batas waktu, seperti yang banyak dilakukan oleh perusahaan besar lainnya semacam Google hingga Twitter. Sleain itu beberapa karyawan merasa bahwa interaksi manusia di tempat kerja juga sangat penting bagi mereka dalam kehidupan bersosial. Sementara bagi yang lain, prospek kembali ke kantor menyebabkan kecemasan.
Namun demikian apabila kita mau melihat kenyataan dan berpikir secara jernih, tentunya model kerja hybrid bisa menjadi salah satu alternatif tambahan yang dapat menguntungkan semua pihak.
Para pemimpin organisasi yang mengadopsi sistem kerja hybrid tentunya harus lebih fokus dalam menciptakan tim yang tangguh dan memiliki fleksibiltas yang tinggi. Agar mereka bisa lebih produktif daripada tim yang berbasis kerja tradisional di kantor. Dengan mengutamakan fleksibilitas dan secara aktif mempromosikan keseimbangan kerja / kehidupan yang baik, bagi beberapa orang mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, tetapi mereka akan mendapatkan hasilnya secara positif dan yang terpenting imbalan mendukung kesehatan mental yang lebih baik bagi karyawan.
Sebagian besar pemimpi, setelah lebih dari satu tahun menerapkan sistem kerja fleksibel, tentunya sudah memiliki berbagai pertimbangan dan penilaian mengenai hal itu. Namun demikian penerapan kerja model hybrid tetap membutuhkan perencanaan yang matang.
Memberdayakan orang dengan peralatan yang tepat adalah langkah pertama yang paling penting untuk dilaksanakan. Seperti misalnya mempergunakan memo untuk mengingat hal yang penting atau catatan bagi rekan kerja, bisa sama efektifnya ketika mempergunakan reminder dalam aplikasi Zoom. Setiap karyawan hanya memerlukan sedikit latihan agar menjadi kebiasaan mereka.
Ketika Anda mempertimbangkan lingkungan apa yang paling mendukung kerja hybrid, ruang kerja secara fisik di kantor mungkin perlu dirancang ulang. Para pemimpin perlu mengambil pandangan strategis: tempat kerja mungkin memerlukan perombakan total untuk menciptakan model kerja hybrid berdasarkan dari penerapan kerja fleksibel yang unik dari setiap karyawan. Akibatnya akan banyak kantor yang bertransformasi dalam hal peran dan fungsinya.
Manajemen perusahaan juga menyadari bahwa menciptakan model kerja baru mengharuskan para pemimpin untuk memperhatikan timbulny perbedaan sikap dan pemahaman dari setiap karyawan. Ini tentunya akan menyebabkan timbulnya potensi masalah dan menyadari hal ini dan pemahaman atas persoalan yang timbul akan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kemudian para pemimpin harus dapat bertindak untuk menghindari perbedaan yang negatif, memastikan inklusivitas, dan secara sadar menghentikan berkembangnya perbedaan pemahaman tertentu.
Setiap atasan juga menyadari memimpin bisa lebih merupakan seni daripada sains, dan beberapa proses produktif mungkin muncul secara tak terduga. Kerja jarak jauh dapat meningkatkan keterlibatan bagi perusahaan dengan karyawan di berbagai lokasi yang terpisah jauh ; misalnya, staf yang tidak bekerja di kantor pusat perusahaan sekarang merasa setingkat dengan rekan kantor pusat mereka.
Selain itu transparansi dalam sistem kerja hybrid juga menjadi lebih penting daripada sebelumnya, dengan pekerjaan hibrida dan jarak jauh – para pemimpin tidak bisa hanya berasumsi bahwa orang-orang secara otomatis menyadari masalah. Proses menyaring informasi harus ditangani dengan hati-hati. Jangan hanya menyebarkannya ke komunikasi internal atau tim SDM – ini adalah sesuatu yang perlu disadari oleh para pemimpin dan terlibat secara aktif. Karena membangun transparansi, yang pada gilirannya menumbuhkan kepercayaan.
Para pemimpin dan manajer harus memperhatikan kecenderungan untuk bersembunyi di balik layar. Kita tidak perlu takut akan konflik – penting untuk mempelajari cara menangani percakapan yang sulit melalui panggilan video. Di awal pandemi, diskusi yang sulit sering didorong lebih jauh dengan harapan menunda konfrontasi tatap muka. Tetapi menemukan cara untuk berkomunikasi secara efektif, bahkan jika percakapan itu menantang, merupakan langkah penting untuk memungkinkan kerja jarak jauh yang sukses.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com/workflex.solutions