Terlalu Banyak Les bisa Membuat Anak Stres
Tingginya tuntutan pendidikan anak pada saat ini telah memaksa sebagian besar dari mereka untuk menginkuti pelajaran tambahan di luar sekolah, kegiatan tersebut sering disebut dengan istilah les. Ada beragam jenis les yang ditawarkan, mulai dari les pelajaran sekolah hingga kepada les ketrampilan. Hal ini terus berlanjut hingga mereka mencapai perguruan tinggi. Jam untuk les biasanya berlangsung dari siang hingga malam hari. Hal ini biasanya dilakukan dengan tujuan agar anak serba bisa dalam berbagai bidang, mengoptimalkan bakat anak, dan tentu saja agar anak pintar dalam berbagai hal.
Banyak sekolah yang demi menjaga nama baik sekolah dan takut reputasi sekolahnya jatuh, maka pihak sekolah mengadakan tambahan pelajaran untuk anak didik yang tertinggal. Pihak sekolah juga mengadakan tambahan pelajaran untuk anak-anak dengan nilai akademis yang tinggi, agar dapat mempertahankan nilainya dan diharapkan bisa ditingkatkan lagi. Sehingga ranking sekolah mereka juga meningkat secara tidak langsung. Namun benarkah mereka membutuhkan les tersebut ? Apakah bidang les yang diikuti memang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan si anak? Ataukah hanya obsesi orang tua yang menginginkan anak untuk serba bisa dalam segala bidang? Sadarkah jika obsesi untuk menjadikan anak pintar justru malah membebani anak tersebut? Agar wawasan Anda semakin terbuka berikut akan dijelaskan lebih lanjut, beberapa dampak psikologis apabila anak terlalu banyak mengikuti les, diantaranya adalah :
Tidak semua anak bisa bertahan dalam kondisi dengan jadwal yang padat
Bagi beberapa anak ada yang tidak dapat menyesuaikan diri untuk bertahan dalam kondisi jadwal yang padat. Jadwal yang padat justru akan membuat anak rentan terhadap stres, mengalami kejenuhan dan kelelahan sehingga membuat anak tidak belajar secara optimal di kelas dan di tempat les. Anak yang awalnya memiliki prestasi akademik yang baik justru bisa jadi menurun. Anak bisa enggan untuk belajar lagi karena merasa sudah karena tidak ada waktu istirahat untuk anak. Hal ini disebabkan anak terlalu diforsir untuk terus-menerus belajar.
Ketika anak memang siap maka proses belajar akan lebih baik
Jerome Bruner, psikolog pendidikan dan kognitif, mendukung pandangan “golden age” dengan mengatakan bahwa pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif pada anak dengan berbagai tingkat usia manapun. Hal ini membuat banyak pihak baik sekolah maupun orang tua yang optimis bahwa anak dapat belajar dengan cepat dan menangkap apapun yang dipelajari dengan baik. Padahal ada keterbatasan biologis dalam proses belajar pada anak. Sesuaikan sistem belajar anak dengan usianya. Jika anak dirasa memang telah siap maka proses belajar akan lebih baik dan anak akan belajar lebih optimal.
Anak-anak akan kekurangan waktu untuk bermain/bersosialisasi
Beratnya tuntutan akademik pada anak menyebabkan anak dituntut untuk memikul banyak beban belajar, memaksa anak untuk menguasai pelajaran dalam waktu cepat, mengikutsertakan anak pada bimbingan belajar atau les sehingga anak-anak tidak memiliki waktu bermain. Orang tua tampaknya justru merasa bangga jika anak-anaknya pintar dan menjadi seperti apa yang diinginkan orang tua. Tuntutan orang tua yang menginginkan anak-anaknya untuk pintar dalam berbagai hal justru membuat anak tidak dapat menikmati masa kanak-kanak mereka serta tidak memiliki waktu yang cukup untuk bermain.
Kenali kondisi anak Anda
Pemberian tambahan pelajaran seperti mengikutsertakan anak dalam kegiatan les tidak sepenuhnya buruk. Namun, yang menjadi masalah adalah orang tua terlalu menuntut anak untuk mencapai berbagai prestasi tertentu yang dirasa kurang realistis dibandingkan dengan kemampuan serta mengabaikan perasaan dan kondisi anak ketika menjalaninya. Memang benar dengan memberikan kelas tambahan dan tambahan les di luar jam pelajaran sekolah memiliki peranan yang penting untuk perkembangan anak dan membantu anak untuk mengasah potensi yang mereka miliki. Hanya saja jadwal kegiatan yang padat justru akan menyebabkan anak merasa jenuh, kelelahan secara fisik dan juga mental. Anak juga tidak menikmati kegiatan yang mereka jalani dan hal tersebut akan membuat anak rentan mengalami stres.
Orang tua hendaknya jangan memarahi anak jika anak mendapatkan nilai yang tidak memenuhi standar, tapi bimbinglah secara baik-baik anak agar anak tidak tertekan. Memaksa anak dengan mengikutsertakan dalam berbagai banyak kegiatan justru tidak baik untuk anak, jika stres dampaknya anak akan memberontak dan setengah hati dalam belajar. Jika ingin mengikutsertakan anak dalam les pastikan anak bersedia dan sesuai dengan minat anak. Ingat yang belajar adalah anak Anda bukan? Janganlah melakukan sesuatu yang sia-sis kepada anak dan diri Anda sendiri. (Artiah)
Sumber/goto : pijarpsikologi.com/npr.org
Facebook
Twitter
RSS