Setiap Karyawan Perlu Mempelajari Keahlian Baru untuk Bisa Bertahan di Era Pandemi
Randstad Malaysia pada beberapa waktu yang lalu telah merilis edisi kedua dari survei Workmonitor 2020, yang menyoroti kekhawatiran dan tantangan terbesar yang dihadapi kandidat di pasar kerja. Survei tersebut dilakukan pada bulan Oktober di 34 pasar di seluruh dunia, dengan melibatkan sekitar 400 responden di setiap pasar.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tiga dari lima responden (61 persen) mengatakan bahwa sulit untuk memperoleh keterampilan baru dalam peran mereka saat ini untuk beradaptasi dengan pandemi. Sentimen ini paling tinggi di antara pekerja yang lebih muda (berusia 18 hingga 24 tahun), dengan 69 persen menghadapi kesulitan untuk memperoleh keterampilan baru dalam iklim ini; dibandingkan dengan 49 persen responden berusia 55 hingga 67 tahun.
Menurut Fahad Naeem, Head of Operations at Randstad perilaku para pelaku pasar tadi setidaknya menmperlihatkan bahwa transformasi digital yang terjadi pada tahun 2020 telah mendorong permintaan akan para profesional yang memiliki pengetahuan teknis dan soft skill yang lebih baik.
“Oleh karena itu kesempatan untuk mempelajari keterampilan manajemen pemangku kepentingan, sistem baru serta perencanaan sumber daya sangat penting untuk pengembangan karir pekerja muda. Karena peluang belajar ini berkurang selama bekerja jarak jauh, tanggung jawab ada pada pemberi kerja untuk menciptakan peluang belajar baru dan mendorong inisiatif keterlibatan karyawan,” jelasnya lenih jauh.
Untuk itu sebagian besar responden merasa perlu untuk meningkatkan kemampuan kerja mereka sendiri di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif. Sehingga membuat sembilan dari 10 responden secara teratur memperbarui keterampilan dan kompetensi mereka.
Fahad Naeem menambahkan bahwa persyaratan pekerjaan dan keterampilan, bahkan untuk jabatan yang sama, telah berubah secara signifikan sebelum dan setelah pandemi sebagai akibat dari transformasi digital. Dalam jangka panjang, tenaga kerja tidak terampil dapat berarti kumpulan bakat yang lebih kecil untuk dimanfaatkan oleh pemberi kerja. Tujuh dari 10 responden yakin bahwa pemberi kerja akan mengalami kesulitan dalam menentukan ketrampilan seperti apa yang tepat di masa mendatang.
“Pengusaha memiliki harapan yang tinggi terhadap kandidat mereka karena mereka ingin berinvestasi pada seseorang yang mahir secara digital, gesit, inovatif, mandiri namun kolaboratif. Pengembangan sumber daya manusia membutuhkan upaya kolektif antara lembaga pendidikan, pemerintah, organisasi, dan karyawan itu sendiri. Karyawan harus secara proaktif mengikuti tren industri dan meningkatkan keterampilan mereka sendiri untuk memenuhi persyaratan keterampilan baru. Pengusaha juga harus memprioritaskan investasi mereka pada sumber daya manusia mereka sendiri, karena perusahaan dengan budaya dan program pelatihan yang baik cenderung lebih menarik bagi kandidat dan menikmati retensi karyawan yang lebih tinggi, ”kata Naeem.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari satu dari lima responden (55 persen) ingin bekerja di lingkungan terbuka, dimana mereka dapat dengan aman berbagi dan menerima respon atau kritikan yang membangun. Selain itu, 41 persen responden tertarik pada perusahaan yang menyediakan program pelatihan karyawan. Hal ini setidaknya memberikan bukti bahwa pekerja sekarang banyak yang tertarik pada lingkungan kerja yang memberikan kesempatan belajar dan berkembang untuk perkembangan karir mereka.
Naeem menjelaskan bahwa tren seperti ini dimana orang memiliki kemauan belajar yang lebih tinggi ketika mereka memiliki kesempatan untuk menyelesaikan masalah dan tantangan bisnis yang nyata. Melalui bimbingan dari mentor, umpan balik konstruktif dari klien dan kolega, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek baru, karyawan dapat memperoleh keterampilan baru dan mendapatkan pengalaman berharga. Sehingga karyawan juga akan merasa lebih dihargai ketika pemberi kerja mereka memiliki komitmen yang sama terhadap kesuksesan karir mereka.
“Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki budaya belajar yang berfokus pada pengembangan keterampilan sehingga mereka dapat memiliki tenaga kerja yang gesit yang selalu siap merespons terlepas dari krisis yang mereka hadapi, ” ungkapnya.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com/linkedin.com