IntiPesan.com

Sembilan Cara Memimpin Tim Melewati Masa Krisis

Sembilan Cara Memimpin Tim Melewati Masa Krisis

Pada saat banyak tempat bekerja telah berubah drastis, sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Walaupun telah ada pelonggaran pembatasan di berbagai negara, banyak organisasi tetap menerapkan berbagai pembatasan ketika karyawan mereka kembali bekerja secara bertahap. Perubahan lewat beragam pembatasan tersebut sering disebut istilah New Normal, dan ini membutuhkan kepemimpinan yang baik agart tim tetap solid dan fokus ke depan.

Untuk itu setiap pemimpin harus menunjukkan semangat tujuan dan optimisme untuk memperkuat gagasan bahwa ketidakpastian di masa depan tetap memiliki potensi untuk berkembang menuju ke arah yang lebih baik.

Untuk itu pemimpin membutuhkan delapan cara di bawah ini, dalam mengelola tim mereka melewati masa ketidakpastian untuk menuju masa depan.

1.Memberikan Gambaran Jelas Tentang Masa Depan

Menurut Deloitte dalam membimbing tim melewati masa krisis, setiap pemimpin harus mampu memberikan pemahaman yang jelas dan tegas mengenai masa depan seperti apakah yang akan mereka capai nantinya. Setelah kita mampu menjelaskan tujuannya secara jelas, selanjutnya, adalah menetapkan serangkaian langkah secara cepat dan efektif dan mengimplementasikannya. Dengan berpedoman dari panduan tersebut maka tim akan dapat segera bergerak untuk mewujudkannya, dengan cara bekerja secara efektif dan efisien.

Sebagai awal dari tindakan persiapan untuk kembali bekerja, para pemimpin harus memahami dan meninjau ulang sistem kerja yang ada sebelumnya dan mengevaluasinya. kemudian mulai menetapkan target, standar dan nilai baru yang akan mereka pakai sebagai pedoman nantinya. Cobalah berkomunikasi dengan tim untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk memulai, berhenti atau terus melakukan sistem kerja yang baru guna mencapai masa depan.

2.Menumbuhkan Kepercayaan

Menurut Steven Covey kepercayaan adalah inti dari kehidupan, dan ini juga merupakan unsur terpenting dalam sebuah komunikasi yang efektif. Serta merupakan prinsip dasar yang memegang semua interkasi yang terjadi antara atasan dan bawahan antara karyawan dengan klien dan diantara semua yang terlibat.

Para pemimpin harus mampu mentransisikan organisasinya dari keadaan krisis,menuju ke masa depan yang akan mereka tuju nantinya. Agar bisa mencapai hal tersebut kepercayaan diantara mereka haruslah ditumbuhkan. Banyak pemimpin telah melakukannya sejak saat awal pandemi, dengan bersama sama menghadapi krisis yang terjadi, Sekarang adalah waktu untuk membangun fondasi itu dengan tindakan yang menyatukan semua potensi yang dimiliki oleh tim.

3.Menjaga Produktivitas

Pada masa pandemi seperti sekarang ini menjaga produktivitas merupakan hal yang sangat penting, dan banyak menuntut pemahaman serta pemikiran mengenai sistem kerja yang baru dan mampu beradaptasi dengan situasi yang ada. Pemimpin juga harus menetapkan batas kerja yang jelas untuk memastikan produktivitas yang berkelanjutan. Pemimpin dan anggota tim harus duduk bersama membahas jam kantor, berbagi kiat tentang produktivitas waktu kerja, dan membuka komunikasi secara kontinyu dengan kantor dan anggota tim lainnya.

Salah satu keuntungan terbesar bagi organisasi dari pandemi adalah pengurangan jumlah pertemuan tatap muka secara fisik. Meskipun ada beberapa argumen yang menyatakan bahwa pertemuan tatap muka dalam bentuk rapat tetap diperlukan, dan tentunya bisnis tidak berhenti ketika pertemuan berhenti sebagai akibat dari pandemi. Sehingga di masa mendatang pemimpin harus mampu mengorganisasikan rapat secara virtual dengan baik melalui bantuan teknologi.

4.Mendokumentasikan Setiap Tahapan

Setiap mengawali sesuatu hal ataupun sistem kerja yang baru, kita selalu membutuhkan jawaban untuk pberbagai pertanyaan yang mungkin muncul. Seperti kapan akan memulainya, bagaimana cara menjaga karyawan dan pelanggan tetap aman dan sehat, kapan harus berkomunikasi, dan apa langkah selanjutnya. Sama seperti ketika PricewaterhouseCoopers mulai mengembangkan panduan untuk kembali ke tempat kerja, dengan berbasis pada pertanyaan tersebut dan ini juga harus direspon oleh pemimpin dengan cepat. Ataupun ketika para pemimpin Tesla merancang buku pedoman kembali bekerja, yang menguraikan rencana perusahaan untuk menyediakan lingkungan kerja aman dan sehat bagi karyawannya.

5. Memprioritaskan Kebutuhan Tim

Setiap organisasi tentunya menginginkan agar para pemimpin memiliki empati yang lebih besar terhadap anggota tim, dan ini dapat merka lakukan dengan menunjukkan rasa solidaritas dengan mereka yang terkena dampak pandemi. Dalam hal ini para pemimpin perempuan memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dibandingan dengan para pemimpin pria lainnya. Seperti yang ditujukkan oleh Kanselir Angela Merkel dari Jerman hingga PM Jacinda Ardern dari Selandia Baru. Dimana meeka sejak awal pandemi telah menujukkan kepedulian tinggi terhadap rakyatnya dengan menerapkan lockdown di seluruh negara dan melakukan berbagai kebijakan dengan cepat dan tindakan tegas.

Kepemimpinan menuntut hubungan emosional dengan karyawan secara lebih baik. Ketika para pemimpin memprioritaskan orang-orang di atas diri pribadi sendiri. Maka sebenarnya mereka telah mengangkat orang lain dan menumbuhkan kesejahteraan diantara anggota tim.

Selain itu mereka juga memahami bahwa mengharapkan semua karyawan untuk melanjutkan apa yang disebut kehidupan kerja normal tidak realistis. Karena krisis COVID-19 berdampak pada semua orang, meninggalkan banyak penderitaan pada struktur organisasi. Sama seperti halnya kita harus mewaspadai masalah kesehatan yang sedang terjadi yang dihadapi karyawan untuk teman dan keluarga, hingga pada tumbuhnya stres akibat kesulitan keuangan. Sehingga dengan menunjukkan perasaan empati yang lebih besar akan sangat membantu mereka dalam menanamkan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

6.Memberikan Akses Dukungan Kesehatan Mental

Ketika karyawan mulai kembali kembali bekerja, mereka akan berhadapan dengan berbagai emosi. Orang mungkin mengalami perasaan kehilangan, kesedihan, luapan beragam emosi dan ini pasti akan berdampak pada cara mereka bekerja dan bagaimana kinerja tim.

Untuk itu para pemimpin harus membantu karyawan mengatasi kesehatan emosi ini dengan menyediakan akses ke sumber daya pendukung, seperti program bantuan kesehatan mental dari psikolog dan turut memantau kesehatan mental mereka semuanya dalam kurun waktu tertentu.

7.Mendefinisikan Kebutuhan Baru

Ketika organisasi mulai membuka hari pertama dalam bekerja, maka sebaiknya hal yang harus dilakukan oleh setiap pemimpin adalah dengan memastikan para anggota tim telah mendapatkan semuanya dengan baik. Seperti penyiapan tempat kerja yang aman dan sehat, kemudian menciptakan etika dan protokol kesehatan sebelum, selama dan sesudah bekerja dengan baik.

Seperti menerapkan persyaratan guna membuka kembali kantor dengan aman.
Menentukan berapa banyak orang yang dapat kembali selama periode transisi dan berapa orang yang harus menerapkan sistem bekerja secara fleksibel.
Menjaga komunikasi secara kontinyu ​​dan transparan dengan semua orang,
Selalu memperhatikan keadaan setiap orang dan mendapatkan pemahaman serta apresiasi yang lebih dalam terhadap kebutuhan individu.
Saling berkomunikasi dan berdiskusi dengan anggota tim tentang seperti apa masa depan dengan memahami kembali tujuan bersama.

8.Mendengarkan Aspirasi Anggota Tim

Kerja jarak jauh telah membuat biaya kerja menjadi semakin menyusut dan meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Karena bagi banyak orang dengan melakukan kerja dari rumah maka mereka telsah banyak menghemat biaya transportasi dan waktu yang cukup banyak. Ini juga memungkinkan mereka memiliki lebih banyak waktu berkualitas bersama keluarga. Meskipun mungkin kita harus perlu mencari ruang kerja baru, merenovasi ruang yang telah ada saat ini, dan mengubah pemahaman kita tentang bagaimana cara tim berkolaborasi dari tempat yang berbeda. Untuk bisa melakukan sinkronisasi dengan anggota tim yang tersebar pemimpn harus memliki kemampuan mengorganisasi yang lebih baik, dan salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan selalu menyempatkan diri mendengarkan setiap aspirasi mereka. Saling bertukar pikiran dan berdiskusi secara aktif dalam mencari solusi untuk setiap masalah yang timbul.

Sumber/foto : theladders.com/foxbusiness.com