Mengapa Banyak Perusahaan (Masih) Merahasiakan Gaji Karyawannya ?

Ada banyak alasan mengapa perusahaan sering memberikan gaji yang tidak sama, pada setiap karyawan. Bahkan untuk mereka yang memiliki jabatan ataupun kualifikasi hampir setara. Akibatnya hal ini membuat masalah gaji menjadi rahasia yang rumit, diantara pemberi kerja dengan karyawan dan membuat siapa saja merasa sulit untuk terbuka mengenai masalah ini kepada orang lain. Khususnya teman sekerja.
banyak orang berpendapat bahwa gaji lebih bersifat personal, terkait dengan harga diri masing-masing karyawan. Orang selalu berekspektasi kalau bekerja di perusahaan besar akan selalu mendapatkan gaji yang besar, padahal tidak selamanya begitu.
Terkadang demi menjaga nama baik perusahaan dan diri sendiri, banyak orang yang berusaha merahasiakan pendapatan per bulannya, bahkan dengan teman terdekatnya sekalipun. Akibatnya transparansi gaji menjadi tabu untuk dibicarakan, walaupun itu sebenarnya merupakan hak karyawan untuk mengetahuinya.
Menurut Charles Towers-Clark, direktur pada perusahaan Pod Group menyebutkan bahwa sebenarnya dengan penerapan transparansi gaji kepada setiap karyawan akan dapat meningkatkan engagement mereka. Karena pada sebuah penelitian mengenai engagement menyebutkan 79% karyawan merasakan kurangnya penghargaan dalam bentuk gaji yang sesuai, menjadi alasan terbesar mengapa mereka meninggalkan perusahaan dan mencari yang baru.
Meskipun mungkin tindakan seperti ini beresiko, namun setidaknya akan memberikan mereka pemahaman lebih baik tentang bagaimana cara perusahaan menghargai pengalaman ataupun kualifikasi kerja mereka. Sehingga kemudian akan menjadi langkah besar dalam meningkatkan rasa keterlibatan karyawan di perusahaan. Dengan bertambahnya engagement tersebut akan membuat karyawan merasa nyaman dan ini akan berdampak pula bagi tingkat kepuasan pelanggan.
“Perusahaan dengan karyawan yang memiliki tingkat engagement yang tinggi-lebih dari 50%, akan meningkatkan tingkat retensi pelanggan hingga 80%,” jelasnya.
Dengan semakin banyaknya pekerja dari generasi yang lebih muda menjadi karyawan, maka kini perusahaan tidak hanya harus meningkatkan transparansi eksternal untuk mempertahankan basis pelanggan mereka. Tetapi juga bekerja pada transparansi yang lebih besar di tingkat internal, untuk menarik karyawan terbaik.
Mengungkapkan berapa penghasilan setiap karyawan dan menawarkan kebebasan untuk memilih berapa banyak yang akan mereka bawa pulang, dapat menjadi bukti bahwa perusahaan mendukung bisnis yang transparan.
Dalam sebuah penelitian oleh Qualtrics mengatakan bahwa mereka akan dengan senang hati tinggal di perusahaan selama 10 tahun ke depan, jika karyawan mengetahui bahwa gaji dan status mereka akan meningkat.
Namun demikian dalam jangka pendek, mengandalkan negosiasi gaji terhadap karyawan baru tetap lebih menguntungkan secara finansial bagi perusahaan. Karena hal ini memungkinkan perusahaan dapat memberikan karyawan apa yang akan mereka terima, bukan apa yang pantas mereka terima.
Ini juga berarti bahwa dua orang karyawan dapat dibayar secara berbeda ketika melakukan pekerjaan yang sama, berdasarkan kemampuan dalam melakukan negosiasi gaji mereka sendiri. Namun hal ini kemudian juga meningkatkan kontribusi pada kesenjangan upah berdasarkan gender. Disinilah kemudian transparansi gaji menjadi hal yang paling penting untuk dibicarakan secara tebuka.
Ketika seorang karyawan mengetahui bahwa teman sekerjanya dibayar lebih dari mereka untuk pekerjaan yang sama, maka bisa dipastikan bahwa produktivitas mereka akan anjlok. ini kemudian akan berdampak lebih buruk lagi, dimana mereka kemudian akan mencari pekerjaan baru lagi yang sesuai dengan keinginan mereka. Akibat yang bisa terjadi adalah perusahaan harus membayar hingga 400% dari gaji karyawan yang lama, untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan.
Bagi sebagian besar orang ataupun perusahaan gaji adalah topik yang sensitif, bukan hanya karena 72% orang menilai kompensasi sebagai salah satu pertimbangan utama mereka sebelum menerima pekerjaan. Namun juga karena kerahasiaan gaji telah menjadi norma sejak lama, sehingga banyak orang (69%) tidak mengetahui secara pasti apakah gaji yang mereka terima sudah sesuai dengan kualifikasi mereka.
Selain itu ketika gaji tidak transparan, maka 60% karyawan akan menganggap bahwa mereka tidak dibayar secara adil. Terlepas dari onotasi apakah gaji mereka di atas, sesuai atau di bawah upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Ketidaktahuan tentang gaji di pasar dan di dalam perusahaan dapat menciptakan asumsi yang kurang akurat, seperti asumsi bahwa ada karyawan yang dibayar terlalu banyak ataupun terlalu sedikit, Hal seperti ini tentunya akan menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dan bisa berdampak negatif terhadap produktivitas.
Begitu gaji diungkapkan secara terbuka, maka berbagai asumsi yang salah atau perasaan negatif terhadap rekan kerja lain dapat dengan mudah dihilangkan. Untuk itu perusahaan harus menjelaskan perbedaan gaji yang terjadi secara eksplisit.
Sehingga menurut Charles Towers-Clark apabila seseorang memang menghasilkan lebih banyak ketika melakukan pekerjaan serupa, maka keinginan yang sama tentunya akan mendorong lain untuk bekerja lebih keras guna mendapatkan gaji yang lebih tinggi.
Sumber/foto : forbes.com/fool.com


Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS