Apa Itu Budaya Self-Leadership ?
Salah satu tantangan terbesar bagi organisasi yang tumbuh dengan cepat, adalah dengan tetap gesit dalam sebuah perkembangan jaman. Hal tersebut dinyatakan oleh Chris Cancialosi dalam artikelnya. Dengan membesarnya ukuran perusahaan, lebih banyak proses diperlukan untuk mengelola tenaga kerja yang bertambah. Otomatis juga terjadi penambahan lapisan-lapisan manajemen yang dapat memperlambat gerak organisasi. Itulah sebabnya mengapa organisasi yang besar sering dibebani dengan masalah birokrasi sementara perusahaan-perusahaan kecil tetap lincah.
ini setidaknya pernah diceritakan oleh Ryan Holmes, CEO Hootsuite, perusahaan pengelola jejaring sosial, pada awal tahun ini, seorang karyawan ingin mengirimi seorang pelanggan dengan T-shirt yang ada logo perusahaan, sebagai hadiah. Tidak ada yang khusus tentang kaos itu. Itu biasa saja, bahan 100% dari katun, dengan kerah di leher. Tetapi waktu yang diperlukan untuk mendapat persetujuan dari berbagai pihak yang berada di level atas begitu lama, sehingga harga kaos itu sudah membumbung hingga 200 dollar. Ini jelas tidak efisien.
Banyak organisasi kini berhadapan dengan situasi birokratis seperti terjadi di Hootsuite. Dalam lingkungan bisnis yang bergerak cepat sekarang ini, organisasi perlu tetap bertindak cepat dan efisien. Beberapa perusahaan secara struktur memang kompleks, namun ketika mereka semakin membesar dan semakin besar, tentunya kegesitan ini akan mulai menurun. Sehingga dibutuhkan pendorong untuk membuat mereka bisa mengendalikan tingkat kegesitan lebih baik lagi.
Bagaimana Mereka Melakukan?
Nurse Next Door adalah salah satu contoh organisasi yang tanggap untuk mengatasi masalah birokrasi ini, dan memeluk suatu budaya yang disebut sebagai self-leadership. Perusahaan ini adalah salah satu organisasi terbesar di Amerika Utara, yang bergerak di bidang layanan kesehatan bagi orang-orang jompo. Ada kurang lebih 150 franschisee yang tersebar AS dan Kanada.
Berikut adalah perbincangan antara Chris Cancialosi, penulis artikel dengan CEO Nurse Next Door, Cathy Thorpe. Cathy mulai memimpin perusahaan layanan kesehatan ini 2014. Kemudian pada awal 2016 ia mulai sangsi terhadap efisiensi dari struktur organisasi di dalam perusahaan yang dipimpinnya.
Menurut Cathy Thorpe dirinya tidak melihat manfaat dari adanya struktur manajemen di level menengah, dan mulai mempertanyakan peran manajemen secara umum. Ketika ada masalah di pusat pelayanan pelanggan, misalnya ada perubahan jadwal kunjungan dari Care Service Specialist karena permintaan klien, maka spesialis ini harus mengirim email ke tim manajemen. Lantas tim manajemen akan mengkaji, menilai dan menginvestigasi, dan berjam-jam kemudian baru memberikan jawaban.
“Dalam beberapa hal manajemen, menurut saya terbukti malah tidak efektif.” jelasnya.
Kemudian beberapa bulan berikutnya Cathy melihat sebuah postingan di situs LinkedIn yang berjudul “10 Things That Require Zero Talent,” saat itulah dirinya mulai menyadari bahwa dalam sebuah manajemen yang dibutuhkan adalah keterampilan.
Para manajer menengah sering kali berurusan dengan orang yang datang terlambat atau tidak siap ketika diajak rapat. Hingga kemudian itu dianggap hal yang lumrah. Perilaku demikian menambah panjang terjadinya penundaan-penundaan yang tidak perlu. Ada informasi yang tidak diperoleh dalam suatu rapat, karena orangnya tidak datang. Sehingga mengharuskan adanya rapat lagi dan rapat lagi.
“Para pimpinan juga sadar bahwa kami terlalu ikut campur pada hal-hal yang sebetulnya tidak perlu. Kami melibatkan diri terlalu dalam padahal sebetulnya tidak perlu. Hal seperti itu mulai memengaruhi karyawan, sehingga mereka selalu menunggu pengarahan dari kami dan mereka menjadi kurang proaktif.” Dirinya menerangkan.
Cathy dan timnya segera sadar bahwa manajemen tidak selalu dapat memantau orang setiap saat. Menurutnya bukan manajer menengah yang harus memimpin mereka, sebaliknya mereka harus mampu memimpin diri mereka sendiri. Untuk itu dirinya menginginkan agar setiap orang di dalam organisasi memiliki keterampilan ini dan juga dapat diandalkan setiap waktu.
“Kami ingin setiap karyawan dapat melakukannya setiap hari, tanpa kecuali.” ungkapnya.
Dasar pemikiran Cathy adalah bahwa perusahaan Nurse Next Door sedang tumbuh begitu cepat, dan mereka tidak ingin kehilangan momentum. untuk bisa mengimbanginya mereka harus membuat keputusan terbaik bagi perusahaan pada saat diperlukan. Untuk itu karyawan harus 100 persen dapat diandalkan (accountable) dan berorientasi pada hasil. Tidaklah mungkin menerapkan budaya gerak cepat kalau tim yang ada tidak dapat mengelola diri mereka sendiri.
Beberapa bulan kemudian tim Cathy mulai membagikan selebaran berjudul “10 Things That Require Zero Talent,” yang dikemas secara artistik. Sepuluh hal itu adalah: selalu tepat waktu ketika menghadapi deadline, memiliki etika kerja, tuntas dalam melakukan tugas, sopan, bersemangat, sikap mental/perilaku baik, bergairah, mau mendengar dan belajar, bekerja lebih – tidak rata-rata, dan selalu siap sedia. Sejak itulah self-leadership dimulai.
Manfaat Self-Leadership
Cathy dan timnya menghapus sebagian besar peran manajer menengah di seluruh perusahaan agar tercipta struktur organisasi yang lebih rata (flat).
Upaya Cathy untuk memeluk suatu budaya self-leadership telah menampakkan hasil yang nyata. Hal itu terlihat dari adanya perubahan di beberapa hal.
Meningkatkan produktivitas. Karyawan lebih produktif karena mereka dapat memimpin diri mereka sendiri dan bertanggungjawab terhadap hasil. Secara proaktif mereka memecahkan masalah dan mengembangkan gagasan baru untuk mencari jalan terbaik, daripada menunggu arahan.
Meningkatkan kepuasan. Karyawan merasa lebih memiliki karena perannya dalam organisasi diakui oleh pimpinan dan mereka bertindak sebagai pembawa brand (brand ambassadors) mewakili perusahaan. Hasil survai tentang kelekatan (engagement) pada musim gugur 2016 menyatakan bahwa 94 persen karyawan merasa terinspirasi untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaan, setelah diterapkannya budaya self-leadership.
Menciptakan para pemimpin. Cathy yakin bahwa setiap orang dalam tim dapat bertindak sebagai pemimpin terlepas dari jabatannya. Orang saling berbagi informasi kepada rekan kerjanya dan masing-masing dapat diandalkan. Mereka dapat mengambil keputusan dan pada gilirannya mampu meningkatkan keterampilannya secara lebih cepat.
Meningkatkan kinerja usaha. Perusahaan Nurse Next Door telah mengalami pertumbuhan sebesar 20 persen dari tahun ke tahun. Dengan mendorong anggota tim untuk berani dan tidak ragu-ragu, mereka dapat melakukan inovasi dan membangun keunggulan kompetitif bagi perusahaan di bidang layanan kesehatan.
Sebagai sebuah organisasi dengan ukuran menengah, suatu budaya self-leadership telah terbukti dapat bekerja efektif. Tapi Cathy juga yakin bahwa budaya ini juga dapat diterapkan di organisasi apa pun. Meskipun memang, katanya melanjutkan, beberapa orang lebih senang diberi pengarahan dan para manajer juga ada yang tidak mau dikurangi perannya. Dari pengalamannya, model ini cocok pada karyawan yang mampu memimpin diri mereka sendiri tetapi bersedia menerima umpan balik.
Sumber/foto : forbes.com/designingtodelight.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS