• Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikology Anak
    • Education
    • Entrepreneurs
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • More
    • My account
    • Konfirmasi Pembayaran
    • HR Career
    • Kirim Karir
    • Contact
IntiPesan.com
  • Home
  • News
    • Human Capital
    • Leadership
    • Culture
    • Psychology
      • P.I.O
      • Psikologi Pendidikan
      • Psikologi Perkawinan
      • Psikologi Remaja
      • Psikologi Anak
    • Education
    • Entrepreneur
  • Conferences
    • Intipesan Conference
    • Annual Conference
    • Current Conference
    • Partners
    • Sponshorship
    • Gallery
  • Training
    • Intipesan Learning Centre
    • Training Persiapan Pensiun
    • Annual Event 2020
    • Public Training
    • In House Training
    • Kirim TNA
  • IPShow
  • Event
    • Outbound
    • Corporate Event
  • IP Network
  • Book
  • More
    • Konfirmasi Pembayaran
    • Login / Register
    • View Cart
    • Contact
    • HR Career
    • Kirim Karir
  • Facebook

  • Twitter

  • Instagram

  • YouTube

  • RSS

Culture

Apa Itu Budaya Self-Leadership ?

Apa Itu Budaya Self-Leadership ?
Redaksi
September 19, 2022

Apa Itu Budaya Self-Leadership ?

Salah satu tantangan terbesar bagi organisasi yang tumbuh dengan cepat, adalah dengan tetap gesit dalam sebuah perkembangan jaman. Hal tersebut dinyatakan oleh  Chris Cancialosi dalam artikelnya.  Dengan membesarnya ukuran perusahaan, lebih banyak proses diperlukan untuk mengelola tenaga kerja yang bertambah.   Otomatis juga terjadi penambahan lapisan-lapisan  manajemen yang dapat memperlambat gerak organisasi.  Itulah sebabnya mengapa organisasi yang besar sering dibebani dengan masalah birokrasi sementara perusahaan-perusahaan kecil tetap lincah.

ini setidaknya pernah diceritakan oleh Ryan Holmes, CEO Hootsuite, perusahaan pengelola jejaring sosial,  pada awal tahun ini, seorang karyawan ingin mengirimi seorang pelanggan dengan T-shirt yang ada logo perusahaan, sebagai hadiah. Tidak ada yang khusus tentang kaos itu. Itu biasa saja,  bahan 100%  dari katun, dengan kerah di leher.  Tetapi waktu yang diperlukan untuk mendapat persetujuan dari berbagai pihak yang berada di level atas begitu lama, sehingga harga kaos itu sudah membumbung  hingga 200 dollar.  Ini jelas tidak efisien.

Banyak organisasi kini berhadapan dengan situasi birokratis seperti terjadi di Hootsuite.  Dalam lingkungan bisnis yang bergerak cepat sekarang ini, organisasi perlu tetap bertindak cepat dan efisien. Beberapa  perusahaan secara struktur memang kompleks, namun ketika mereka semakin membesar dan semakin besar, tentunya kegesitan ini akan mulai menurun. Sehingga dibutuhkan pendorong untuk membuat mereka bisa mengendalikan tingkat kegesitan lebih baik lagi.

Bagaimana Mereka Melakukan?

Nurse Next Door adalah salah satu contoh organisasi yang tanggap untuk mengatasi masalah birokrasi ini, dan memeluk suatu budaya yang disebut sebagai self-leadership.   Perusahaan ini adalah salah satu  organisasi terbesar di Amerika Utara, yang bergerak di bidang layanan kesehatan bagi orang-orang jompo.    Ada  kurang lebih 150 franschisee yang tersebar  AS dan Kanada.

Berikut adalah perbincangan antara Chris Cancialosi, penulis artikel  dengan CEO Nurse Next Door, Cathy Thorpe. Cathy  mulai memimpin perusahaan layanan kesehatan ini  2014. Kemudian  pada awal 2016 ia mulai sangsi terhadap efisiensi  dari struktur organisasi di dalam perusahaan yang dipimpinnya.

Menurut Cathy Thorpe dirinya tidak melihat manfaat dari adanya struktur manajemen di level menengah, dan  mulai mempertanyakan  peran manajemen secara umum.   Ketika ada masalah di  pusat  pelayanan pelanggan, misalnya ada perubahan jadwal kunjungan dari Care Service Specialist karena permintaan klien, maka spesialis ini harus mengirim email ke tim manajemen.  Lantas tim manajemen  akan mengkaji, menilai dan menginvestigasi, dan berjam-jam kemudian baru memberikan jawaban.

“Dalam beberapa hal manajemen, menurut saya terbukti malah tidak efektif.” jelasnya.

Kemudian beberapa bulan berikutnya Cathy melihat sebuah postingan di situs LinkedIn yang berjudul “10 Things That Require Zero Talent,” saat itulah dirinya mulai menyadari bahwa dalam sebuah manajemen yang dibutuhkan adalah keterampilan.

Para manajer menengah sering kali berurusan dengan orang yang datang terlambat atau tidak siap ketika diajak rapat. Hingga kemudian itu dianggap hal yang lumrah.  Perilaku demikian  menambah panjang terjadinya penundaan-penundaan yang tidak perlu.   Ada informasi yang tidak diperoleh dalam suatu rapat, karena orangnya tidak datang. Sehingga mengharuskan adanya rapat lagi dan rapat lagi.

“Para pimpinan  juga sadar bahwa kami terlalu ikut campur pada hal-hal yang sebetulnya tidak perlu. Kami melibatkan diri terlalu dalam padahal sebetulnya tidak perlu.    Hal seperti itu mulai memengaruhi  karyawan, sehingga mereka selalu menunggu pengarahan dari kami dan mereka menjadi kurang proaktif.” Dirinya menerangkan.

Cathy dan timnya segera sadar bahwa manajemen tidak selalu dapat memantau orang setiap saat.  Menurutnya bukan manajer menengah yang harus memimpin mereka, sebaliknya mereka harus mampu memimpin diri mereka sendiri.  Untuk itu dirinya menginginkan agar setiap orang di dalam organisasi memiliki keterampilan ini dan juga dapat diandalkan setiap waktu.

“Kami ingin setiap karyawan dapat melakukannya setiap hari, tanpa kecuali.” ungkapnya.

Dasar pemikiran Cathy adalah bahwa perusahaan Nurse Next Door sedang tumbuh begitu cepat, dan mereka tidak ingin kehilangan momentum.  untuk bisa mengimbanginya mereka  harus membuat keputusan terbaik bagi perusahaan pada saat diperlukan.   Untuk itu karyawan harus 100 persen dapat diandalkan (accountable) dan berorientasi pada hasil.  Tidaklah mungkin menerapkan budaya gerak cepat kalau tim yang ada tidak dapat mengelola diri mereka sendiri.

Beberapa bulan kemudian tim Cathy mulai membagikan selebaran berjudul  “10 Things That Require Zero Talent,” yang dikemas secara artistik.  Sepuluh hal itu adalah: selalu tepat waktu ketika menghadapi deadline, memiliki etika kerja, tuntas dalam melakukan tugas, sopan,  bersemangat, sikap mental/perilaku baik, bergairah,  mau mendengar dan belajar, bekerja lebih – tidak rata-rata, dan selalu siap sedia.    Sejak itulah self-leadership dimulai.

Manfaat Self-Leadership

Cathy dan timnya menghapus sebagian besar peran manajer menengah di seluruh perusahaan  agar tercipta struktur organisasi yang lebih rata (flat).

Upaya Cathy untuk memeluk suatu budaya self-leadership telah menampakkan hasil yang nyata.   Hal itu terlihat dari adanya perubahan di beberapa hal.

Meningkatkan produktivitas.  Karyawan lebih produktif karena mereka  dapat memimpin diri mereka sendiri dan bertanggungjawab terhadap hasil.  Secara proaktif mereka memecahkan masalah dan mengembangkan gagasan baru untuk mencari jalan  terbaik, daripada menunggu arahan.

Meningkatkan kepuasan.  Karyawan merasa lebih memiliki karena perannya dalam organisasi diakui oleh pimpinan dan mereka bertindak sebagai pembawa brand (brand ambassadors) mewakili perusahaan.   Hasil survai tentang kelekatan (engagement)  pada musim gugur 2016  menyatakan bahwa 94 persen karyawan  merasa terinspirasi untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaan, setelah diterapkannya budaya self-leadership.

Menciptakan para pemimpin.   Cathy yakin bahwa setiap orang dalam tim dapat bertindak sebagai pemimpin terlepas dari jabatannya.    Orang saling berbagi informasi kepada rekan kerjanya dan masing-masing dapat diandalkan.  Mereka dapat mengambil keputusan dan pada gilirannya mampu meningkatkan keterampilannya secara  lebih cepat.

Meningkatkan kinerja usaha.  Perusahaan Nurse Next Door telah mengalami pertumbuhan sebesar 20 persen dari tahun ke tahun.  Dengan mendorong anggota tim untuk berani dan tidak ragu-ragu, mereka dapat  melakukan inovasi dan membangun keunggulan kompetitif bagi perusahaan di bidang layanan kesehatan.

Sebagai sebuah organisasi dengan ukuran menengah, suatu budaya self-leadership telah terbukti dapat bekerja efektif.  Tapi Cathy juga yakin bahwa budaya ini juga dapat diterapkan di organisasi apa pun.    Meskipun  memang, katanya melanjutkan, beberapa orang lebih senang diberi pengarahan dan para manajer juga ada yang tidak mau dikurangi perannya.  Dari pengalamannya, model ini cocok pada karyawan yang mampu memimpin diri mereka sendiri  tetapi   bersedia menerima umpan balik.

 

Sumber/foto : forbes.com/designingtodelight.com


Related ItemsFeatured
Culture
September 19, 2022
Redaksi
Related ItemsFeatured
Scroll for more
Tap

Psychology More Psychology

  • Read More
    P.I.O
    Rahasia Mengendalikan Diri agar Tetap Produktif

    Rahasia Mengendalikan Diri agar Tetap Produktif TalentSmart sebuah konsultan di bidang pelatihan dan pengembangan kecerdasan emosional dari...

    Redaksi March 31, 2021
  • Read More
    P.I.O
    Meniti Karir Secara Lebih Baik Dengan Bantuan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

    Meniti Karir Secara Lebih Baik Dengan Bantuan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Dalam sebuah studi baru yang baru...

    Redaksi February 27, 2021
  • Read More
    Psychology
    Lima Faktor Penentu Kesuksesan Seseorang Dalam Bekerja

    Lima Faktor Penentu Kesuksesan Seseorang Dalam Bekerja Sebagian besar orang menganggap bahwa untuk dpat sukses dan berprestasi,...

    Redaksi December 1, 2020
  • Read More
    Psychology
    Adam Grant : Tipe Pemberi Lebih Menarik dalam Sebuah Hubungan

    Adam Grant : Tipe Pemberi Lebih Menarik dalam Sebuah Hubungan Kapan saja suatu hubungan gagal karena kita...

    Redaksi November 24, 2020

Web Analytics

IntiPesan.com

INTIPESAN adalah perusahaan yang fokus dalam pengembangan SDM, baik untuk perusahaan maupun masyarakat umum di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengembangan SDM adalah melalui Conference, Training, Media Online, Media Cetak dan event-event yang berkaitan dengan pengembangan SDM. Intipesan didirikan pada bulan September tahun 1995, dengan modal semangat dan bagian dari passion pendirinya.
Visi : Menjadi media perubahan kehidupan orang untuk menjadi lebih baik.
Misi : Bekerja dengan standar moral yang baik dan menjunjung tinggi profesionalisme dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.

Facebook

Contact of Redaksi

KONTAK REDAKSI : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

Telepon : (021) 781 9844

IKLAN : Telepon : (021) 781 9844, Fax. (021) 7883 8781

Email : sales[at]intipesan.com

Contact of Conference

OFFICE : Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.
CP : Winda
Telepon : (021) 781 5858 (hunting), (021) 781 9844

, Fax. (021) 7883 8781

Email : info[at]intipesan.co.id

Contact of Training

Intipesan Building Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta 12520.

CP : Sisca
Telepon : (021) 7815858 ext. 107

Fax. (021) 7883 8781

Email : learningcenter[@]intipesan.co.id

Newsletter (Every Week)

Get all the latest information on Events, and News. Sign up for newsletter today. [mc4wp_form id="2001"]

Copyright © 2011 - 2020 IntiPesan.com!. All Rights Reserved.